• Epilog •

385 67 43
                                    

I'm not sure if there's anybody who still read it, but well, happy reading!

Song for the chapter :
"Lucky" by Jason Mraz ft. Colbie Caillat

P. S. Ini pertama kalinya chapter epilog ini go public, sebelumnya di-private (untuk meminimalisir kasus plagiarism secara utuh di beberapa mirror web) dan diperuntukkan memang hanya untuk pembaca "Ponsel Rio" yang benar-benar setia /plak. So, if you read it now, then you're lucky!

●●

Ponsel Rio
© MsLoonyanna

╰•♥♡♥•╮

Percayalah, malam tahun baru tak pernah seistimewa ini bagi Rio. Ya, karena kali ini kasusnya memang jelas berbeda. Mungkin menilik fakta bahwa ia akan menghabiskan pengujung tahun 2017 dan membuka lembaran baru tahun 2018 bersama orang terspesial lah yang membuat malam ini tak sama dengan malam-malam pergantian tahun sebelumnya ... dan sepertinya kalian pasti sudah tahu siapa orang spesial itu. Well, benar. Amelia Aussie. Siapa lagi?

Oke, meski ia dan Amelia masih berstatus sebagai 'teman' (dan sangat awet bahkan hingga berbulan-bulan), tetapi semua orang yang melihat kedekatan keduanya sudah jelas tahu bahwa perasaan mereka sebenarnya lebih dari itu.

"El, naik." Rio menoleh, tersenyum manis ke arah si cewek blasteran yang menyambutnya dengan senang hati. Dengan perlahan Amelia menaikkan  kakinya di atas sepeda bagian belakang Rio, lengkap dengan tangannya yang bertengger nyaman di pundak cowok itu."Done?"

"Ay, ay, Captain!" Dengan itu, Rio pun mulai mengayuh dengan frekuensi sedang. Menikmati semilir angin malam yang menampar pelan pipinya. Sesekali ia dan Amelia akan bernyanyi seperti sepasang idiot kasmaran atau hanya sekadar tertawa tak jelas karena candaan yang dilontarkan oleh salah satu dari mereka, mengabaikan tatapan orang-orang yang menatap keduanya dengan aneh di sepanjang jalan. Namun, siapa peduli? Karena sejatinya kita tak butuh pendapat orang lain untuk membuat kita senang, 'kan?

Setelah beberapa saat mengayuh dengan kayuhan sedang, tiba-tiba saja si cowok berlesung pipi itu menambah frekuensinya menjadi lebih cepat, membuat Amelia yang berdiri di belakangnya berteriak-teriak heboh, meski masih diselingi tawa. Rio mau tak mau tersenyum lebar tanpa sadar.

"El!" Cowok itu sedikit berteriak karena suaranya yang terbawa angin.

"What?!" Amelia balas berteriak. Bibirnya masih melengkung membentuk sebuah kurva senyuman, meskipun kedua pipinya tampak memerah karena cuaca yang cukup dingin. Namun, selama bersama Rio, maka ia tak akan keberatan.

"I have question and you must answering it! Okay?!"

"Okay, Captain!" jawab Amelia bersemangat, masih mengabaikan tatapan orang-orang yang merasa aneh dengan pemandangan sepasang remaja bersepeda di malam tahun baru yang saling berteriak dan tertawa tak jelas. Oh, man. Screw them.

"Kucing apa yang paling romantis?" Rio bertanya dengan seulas senyum di bibirnya. Ia kembali memelankan laju sepedanya agar Amelia dapat mendengarnya dengan jelas tanpa harus berteriak melawan angin.

"Hmm ... most romantic cat?" Kening Amelia berkerut dalam. Tak yakin dengan jawabannya.

"Nope. The answer is ... jeng jeng jeng, KUCINGTA PADAMU!"

"What?" Amelia tergelak di balik bahu Rio, sedangkan cowok itu hanya tersenyum cheeky. Merasa seolah ganjalan di hatinya sedikit berkurang. Well, meskipun ia yakin bahwa sebenarnya cewek yang ditaksirnya itu tak menangkap makna terselubung di balik tebak-tebakan cheesy-nya barusan, ia tetap senang.

Ponsel RioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang