•24• Sembilan Tahun Lalu

793 133 28
                                    

Ponsel Rio
© MsLoonyanna

╰•♥♡♥•╮

"Aaaaaaarrrgh!"

BUK!

Rio menghantam hamparan rumput basah dengan cukup keras—setelah berputar-putar dalam kegelapan selama nyaris semenit penuh, disusul oleh Amelia yang jatuh tepat di atasnya beberapa detik kemudian.

Krek ....

"Ouch! Punggung gue, Merlin ...." Itu Rio.

"Oh my God, oh my God, I'm so sorry!" Amelia menggumam panik sembari berusaha menyingkirkan tubuhnya dari Rio.

"It ... it's okay, it's ... life, it's lov—ntong," Rio menyahut pelan dan sedikit terkekeh, mencoba mencairkan suasana sebelum dengan susah payah bangkit berdiri.

"Where the hell are we?" Amelia sibuk memandang sekeliling mereka yang tampak asing, tetapi juga familier di waktu yang sama.

"Somewehere in Neverland," ceplos si cowok berlesung pipi, membuat Amelia berbalik ke arahnya dengan mata menyipit.

"I love that song, but Rio, I'm serious. It looks like we are at the same park, but with some odd differences ...."

Rio menatap berkeliling dan setelah beberapa saat mengamati, akhirnya cowok itu mengangguk setuju.

"Merlin's beard! Gak mungkin, kan, kita ada di masa lalu atau masa depan?! Atau jangan-jangan kita udah mati dan ada di dunia lain?!"

"Wh-what?"

"El, oh my God! I think, we are on the spot—oh, no! I mean, we are in past or future or maybe we have die right now!" Rio memekik heboh dengan kedua mata terbeliak panik.

"But ... but, that's impossible. Isn't it?" Amelia masih enggan percaya dan Rio baru saja akan mengatakan sesuatu ketika ia mendengar suara ribut-ribut di seberang jalan. Ia serta Amelia yang rupanya juga mendengar suara tersebut lantas bergerak maju dan bersembunyi di balik pohon terdekat.

"... tapi aku enggak selingkuh! Emangnya kamu punya bukti, hah?!"

Samar-samar, Rio dan Amelia mendengar pembicaraan dua orang yang tampak seperti sepasang kekasih. Bukannya ingin menguping, hanya saja, jika mereka memang dikirim secara tiba-tiba ke tempat ini—yang entah masa depan atau masa lalu—, pastinya itu karena suatu alasan. Well, siapa yang tahu jika kedua orang yang tengah bertengkar di seberang jalan sana adalah kunci petunjuknya? Maka dari itu, Rio maupun Amelia memutuskan untuk kembali menguping dan menyimak semuanya dengan baik.

"Kamu pikir kamu gak tahu kalau aku ngeliat isi chat kamu di Facebook sama dia?" sewot si cowok dengan nada kesal.

"Demi Tuhan, aku sama Reyhan cuma temenan, Mid!"

"Ah, udahlah! Aku gak percaya lagi sama kamu! Bener, ya, kata orang, media sosial itu bisa ngeubah seseorang. Kalau kamu gak sadar, selama ini kamu tuh udah kecanduan gadget! Sekarang aja baru 2008 dan aku bahkan udah gak bisa ngebayangin masa depan di saat teknologi semakin maju!" Rio dan Amelia serentak saling berpandangan dengan wajah meringis. Sekarang tahun 2008? Itu artinya mereka kembali ke kejadian sembilan tahun lalu? Yang benar saja? Duh!

"Kamu tuh cuma salah paham! Bisa gak, sih, kamu stop ngatain aku kecanduan gadget? Kamu pikir kamu enggak, hah? Kamu pikir selama ini aku enggak merhatiin? Kamu bahkan sering banget ngeabaiin aku kalau udah ketemu sama handphone kamu, terus sekarang kamu mau playing victim, gitu? Udah, ah, aku juga udah capek sama semuanya. Kita udahan aja!"

Sang cewek yang tadinya dalam posisi membelakangi Rio dan Amelia seketika berbalik, berlari pergi dengan cucuran air mata. Di tengah langkahnya, entah mengapa ia tiba-tiba mendongak, menatap lurus ke arah pohon tempat Rio serta Amelia bersembunyi, seolah dapat melihat mereka dengan jelas sebelum kembali berlari—tepat di detik yang sama ketika sepasang manusia dari masa depan itu menyadari sesuatu.

"Raisa?" gumam mereka serempak, kembali saling berpandangan. Namun, kini dengan mata melebar heran.

Lalu ... semuanya terjadi begitu cepat tatkala sebuah decitan ban yang menggesek aspal terdengar mengilukan telinga, bersamaan dengan teriakan histeris yang memenuhi malam sunyi itu, disusul jeritan tidak percaya dari seseorang lainnya sedetik setelahnya.

"Aaaaaaarrrggh!"

"RAISAAAAA!" Itu lolongan kepedihan Hamid, kekasih Raisa. Seseorang yang samar-samar Rio rasa pernah jumpai sebelumnya, di dunianya yang sebenarnya, tetapi di mana ... ia pun tak ta—

Sreeet ... BUK!

Rio dan Amelia mematung di balik pohon, tidak menyangka bahwa mereka baru saja menyaksikan kecelakaan tragis seorang perempuan yang kini mereka asumsikan kuat sebagai ... Raisa. Sosok yang mereka setengah percayai "hidup" di masa mereka. Tepatnya, fi dalam ponsel Rio.

Rio hampir saja berlari keluar dari tempat persembunyiannya untuk bergegas menolong Raisa yang kini tengah tergeletak dengan genangan darah di seberang jalan sebelum sebuah cahaya menyilaukan kembali menariknya dan Amelia ke suatu tempat yang hanya Tuhan yang tahu di mana ....
.
.
.
Bersambung ....

-----

Haloha! Udah ada titik terang, 'kan? Hehe.

Lalu ... apa yang bisa dipetik dari chapter kali ini? Jangan bilang buah apel lho, ya.

Well ... *serious mode* jangan lupa aja kalau teknologi such as phone, etc. itu bak pedang bermata dua; kalau digunainnya untuk hal positif, tentu akan membawa keuntungan dan hal baik. Sebaliknya, kalau digunainnya untuk hal negatif, yang datang pasti hal negatif juga. So, be wise, my pals!:)

Okay, see ya!
.
.
Salam,
MsLoonyanna

Ponsel RioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang