Tangisannya Senyum Bahagia Ku

1.6K 66 1
                                    


Tak terasa sudah 1bulan aku di desa. Alhamdulillah Buba tidak seagresif dulu lagi. Aku juga sudah mulai kerasan tinggal disini. Hanya saja aku kangen orang tua ku. Aku ingin sekali bertemu mereka. Tapi aku tidak bisa pulang menemui mereka karena ada perkiraan persalinan. Pasien bumil ku 1 orang yang sudah masuk aterm (cukup bulan). Aku tidak berani meninggalkan desa ku.

Ada beberapa orang ibu-ibu yang ngerumpi tentang ku. Mereka bilang tidak percaya dengan ku karena aku masih muda,  masih perawan alias belum pernah melahirkan bagaimana bisa menolong persalinan. Sehingga lebih baik meminta pertolongan dengan nini Bidan alias dukun kampung. Ya.. Masyarakat disini memanggilnya dengan sebutan nini bidan. Tapi ada juga ibu-ibu yang mengatakan bahwa walaupun aku belum pernah melahirkan dia yakin aku bisa menolong persalinan karena ada pelajaran tentang pertolongan persalinan. Aku dengar nini bidan masih memotong tali pusat dengan sembilu (terbuat dari bambu yang diruncingkan). Ini dapat menyebabkan infeksi untuk bayi. Sulit juga mengubah pola pikir masyarakat desa ini. Ini tantangan ku. Aku yakin Allah akan menunjukkan jalan ku karena niat ku menolong.

-----------------------------------------------------------

Ali datang menemui ku pagi-pagi sekali. Ia mengatakan kalau hari ini sabtu ilmiah di Puskesmas kami. Ia datang menjemput ku. Aku dan Ali menggunakan kendaraan roda 2 yang berbeda. Aku berkendara sendiri begitu juga dengan Ali.
Diperjalanan Ali sering menggoda ku.

"Cantik sekali bidan Muhi hari ini.. Sama seperti hari-hari sebelumnya selalu terlihat cantik.. Seandainya aku lah pangeran yang mendampingi hidupnya.. Tentu aku begitu bahagia" kata Ali dengan menampilkan sederet gigi putih nya.

Aku hanya tersenyum jika dicoba Ali. Aku yakin Ali melihat sebuah garis membentuk sudut bibir ku.

"Senyum mu begitu menusuk jantung ku.. Aku tidak tahan dengan senyum mu Muhi. Andai kau memberi ku kepastian Muhi.. "lanjut Ali

" Maaf Ali... Kita hanya teman" jawab ku

"kenapa kita tak bisa lebih dari itu, aku ingin lebih dari sekedar teman, apa kau sudah punya pacar" Tanya Ali

Aku menggeleng lemah.

"Jika belum.. Kenapa kau tak mencoba membuka hati mu untuk ku"

"Aku belum bisa Al... "jawab ku

" Kenapa... Apa sudah ada yang mengisi hatimu"

Aku mengangguk lemah.

"Siapa" tanya Ali

Aku terdiam. Aku membisu. Bagaimana aku bisa menjelaskan pada Ali, nama nya saja aku tak tau.

"Muhi... Hei... Kok melamun.. Itu ada lubang.hati-hati.. Kamu kan juga sedang berkendara. Tetap fokus.. Jangan ngelamun" teriak Ali

Aku kaget dan benar saja aku mendadak masuk dalam lubang.
Ali tertawa melihat ku terjatuh dalam lubang. Sambil membantu mengangkat kendaraan yang menindih tubuh ku. Aku cemberut. Sakit sih sedikit.. Juga malu bukan kepalang ditertawakan oleh Ali. Untung tidak ada orang lewat. Jalan yang kami lewati memang jalan yang masih belum di aspal. Masih banyak hutan dan kebun karet yang kami lalui. Disini masih asri dan masih sepi.

Ali meminta maaf kepadaku karena telah mentertawakan ku. Mungkin Ali melihat muka ku yang cemberut.

"Maaf ya Muhi.. Aku tidak bermaksud mentertawakan mu,, kamu harus lebih hati-hati"

Aku mengangguk lemah..

---—-----------------------------------------------------

Di Puskesmas acara sabtu ilmiah diisi oleh dokter Puskesmas juga selaku Kepala Puskesmas yang memberikan materi tentang penanganan pertama diare. Kebetulan sudah ada kasus diare di Puskesmas kami.

Setelah acara selesai. Aku pulang bersama Ali. Banyak teman yang menggoda kami. Ali dan aku hanya tersenyum mendengar nya. Bahkan kepala Puskesmas kami pun ikut menggoda kami.
Ah... Aku malu dengan kedekatan ku dengan Ali. Sebenarnya aku sudah berusaha menjaga jarak dengan Ali tapi Ali selalu saja punya alasan untuk mendekati ku.

Di perjalanan.. Kebetulan disini masih ada signal, aku menelpon orang tua. Aku mengatakan akan menengok orang tua ku bila pasien ku sudah partus (melahirkan).

----------------------------------------------------------
Ini pasien pertama ku. Suami nya memanggilku mengatakan bahwa istrinya sudah 2hari ingin melahirkan tapi bayinya belum lahir. Aku sedikit kecewa, kenapa baru sekarang memanggilku. Tapi aku tidak ingin dia melihat rasa kecewa ku. Namun aku juga bersyukur karena kejadian ini ada hikmahnya juga, seandainya pasien ini sudah partus maka lepas lah capaian persalinan nakes ku( persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan). Semua ada hikmah nya. Kita tinggal mensyukuri.

Ternyata pasien ini portio nya tipis. Pembukaan masih 8. Ketuban positif. Kepala di hodge 2. Makanya pasien nya belum partus,  aku tersenyum dalam hati. Ya allah.. Tolong aku.. Mudahkan aku dalam menolong persalinan ini. Aku tidak ingin dianggap gagal dan tidak layak oleh orang desa ku.

Akhirnya sudah saat nya kala 2. Kepala sudah didepan vulva.

"Ayo bu... Kalo sakit.. Tarik napas panjang terus mengedan dengan kuat" kata ku

"Ayo bu.. Semangat.. Semangat.. Kepala bayinya sudah keliatan.. Yang geregetan ya bu.. Ayo bu.. Pinter.. Terus.. Terus.. Kalo masih sakit terus.. Kalo udah reda sakitnya tiup..tiup" lanjutku

Ia pun istirahat. Ku suruh keluarga nya meminuminya air teh hangat manis diantara his (kontraksi).
Ia kembali mengedan. Dan alhamdulillah  bayinya lahir dengan tangisan kuat.
Aku pun menghangatkan bayinya kemudian melakukan manajemen aktif kala 3 dan alhamdulillah  plasenta lahir setelah 5 menit kelahiran bayi.
Ku periksa tidak ada robekan jalan lahir. Alhamdulillah..

Tak bosan bosan ny aku mengucap syukur kepada allah. Alhamdulillah ya allah... Akhirnya ibu dan bayi nya selamat.





Aku dan kamu dalam doa (complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang