Perut Muhi bertambah besar seiring dengan bertambah nya umur kehamilan. Tak terasa sekarang sudah memasuki bulan ke 7. Muhi sering merasakan gerakan janin nya yang aktif menendang dan meninju dinding perut ibunya. Terlebih jika perut itu diusap dan dibelai sayang oleh Adnan. Janin mereka seolah mengerti akan kasih sayang kedua orang tuanya. Adnan juga tak pernah absen membaca alquran bersama Muhi setiap hari sambil menunggu waktu subuh setelah sholat tahajud bersama.
"Sayang.. Aku ke mesjid dulu ya.."
"Iya..habis itu langsung pulang kan A??"
"Pagi ini aku mengisi acara kultum setelah sholat subuh.. Kamu lupa ya sayang?? Ooo iya.. Pagi ini aku jadwal ngajar di Pesantren.. Jadi setelah sarapan nanti langsung berangkat ke pesantren.. Kamu ikut ke rumah bunda?? "
" Iya.. Boleh.. InsyaAllah aku ikut A.."
Adnan pun pergi ke mesjid bersamaan dengan suara adzan subuh. Muhi kemudian menunaikan kewajiban nya. Setelah itu ia membantu cil Inah menyiapkan sarapan. Cil inah seorang janda beranak 5 yang bekerja di rumah Muhi sejak Muhi dan Adnan mengetahui bahwa Muhi sedang mengandung. Muhi terlihat sulit berjalan, beban perut nya sudah mulai berat. Besar Perut nya sama dengan ibu hamil cukup bulan yang mengandung 1 orang janin.
"kamu duduk saja nak.. Kamu terlihat capek.. Biar cil Inah yang masak.. "
" Engga papa cil.. Aku masih kuat.. Biar aku bantu"
Mereka pun memasak untuk sarapan hari ini.
"cil.. Aku dan ka Adnan akan ke pesantren hari ini, setelah sarapan kami berangkat"
"Oo iya nak.. Rencana sampai jam berapa kalian disana, kebetulan hari ini Aisyah minta diajak ziarah ke makam ayah nya"
"Mungkin sampai malam cil.. Soalnya sore nanti mau kontrol kandungan ke dr. Salwa, bawa aja kunci rumah nya cil, kami masih punya kunci cadangan "
" Iya nak.. "
Cil inah memang tidak menginap di rumah mereka. Beliau selalu datang saat adzan subuh ketika Adnan berangkat ke mesjid dan pulang sore hari sebelum adzan ashar. Anak beliau sudah berkeluarga, hanya Aisyah yang masih kecil, masih kelas 1 tsanawiyah.
------------------------------------------------------
Selesai sarapan, Adnan mengendong Muhi ke kamar. Ia angkat Muhi walaupun bobot tubuh Muhi sudah lumayan berat, ia begitu perhatian pada Muhi. Ia melihat Muhi yang semakin susah untuk berjalan. Ia letakkan Muhi secara perlahan di atas tempat tidur. Ia pandangi wajah Muhi yang tampak kelemahan namun senyuman tak pernah luput dari wajah imut nya. Itu lah senyuman yang membuat Adnan semakin menyayangi istrinya.
"Anak ku.. Kalian jaga bunda ya.. Ayah titip bunda sama kalian.. Jangan pernah menyusahkan bunda.. Jadilah anak yang soleh sholehah ya nak.. Kami sayang kalian.. " ucap Adnan sambil membelai lembut perut Muhi yang membuncit dengan telinga menempel pada perut istrinya.
Muhi membelai kepala Adnan.. Ia sudah menyayangi ayah dari anak-anak nya. Ia kalah dan bertekuk lutut dengan cinta Adnan. Perjuangan Adnan untuk mengambil hati Muhi memang tak sia-sia. Sikap Adnan yang sabar dan penuh cinta yang tulus memberikan arti dalam hidup Muhi.
Perut Muhi bergerak seakan menendang Adnan. Janin yang dikandung Muhi seakan bicara pada mereka.
"Hei.. Anak ayah.. Kalian tidak sedang menyakiti bunda kan.. Sedang apa kalian di dalam.. Ayah sudah tak sabar ingin ketemu kalian"
"Tidak ayah.. Kami tidak menyakiti bunda.. Kami pun begitu menyayangi ayah dan bunda..kami pun tak sabar ingin ketemu ayah dan bunda. Doakan kami menjadi anak yang soleh sholehah ya yah.." Muhi menjawab sambil terus membelai kepala Adnan
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan kamu dalam doa (complete)
SpiritualHidup tak selalu seperti apa yang kita harapkan begitu pula dengan hati. Kadang apa yg hati kita ingin kan bisa berbeda jauh dengan apa yang kita ucapkan. Ini tentang aku yang mengharapkan mu menjadi kekasih halal ku dan hanya mengharap kau lah yang...