Siap

1.5K 51 0
                                    

Setelah sholat ashar, Adnan salah tingkah sendiri. Ia bingung mau ngapain. Dilirik nya jam tangan nya menunjukkan pukul 5 sore. Ingin rasanya ia mendekati istrinya tapi ia takut kalo Muhi belum siap. Tangan nya sibuk memainkan kan hp padahal pikiran nya melayang entah kemana. Ia tidak fokus melakukan sesuatu. Kadang ia sesekali melirik Muhi yang duduk di ujung ranjang tak jauh dari nya, Muhi pun terlihat canggung. Ia duduk dengan posisi memunggungi Adnan. Ia terlihat sibuk menyisir rambut nya yang basah. Ia nampak cantik dengan rambut terurai. Ia tahu muhi masih saja menyisir rambut nya walaupun rambut Muhi sudah rapi. Ia sangat yakin, Muhi pun merasakan kegugupan yang luar biasa sama hal nya seperti apa yang ia rasakan. Hanya saja ia tak bisa melihat rasa gugup itu di wajah imut milik istrinya karena wajah itu disembunyikan oleh punggungnya.

Lama ia memandang Muhi yang masih terus saja menyisir rambut nya.  Entah sudah berapa lama dan sampai kapan gadis itu menyisir rambut indah nya. Ingin rasanya ia bawa gadis itu kedalam pelukan nya. Menari bersama dengan nya di atas kebahagiaan cinta.

"Sayang.."
"A..."
Pada saat yang bersamaan mereka mulai mengangkat suara.

Mereka saling pandang dan saling tersenyum karena mendengar suara mereka yang bersamaan.

"Kenapa"
Lagi-lagi mereka mengucapkan dengan kompak.

Mereka pun tertawa.
Akhirnya Adnan angkat suara duluan

"Kok bisa barengan ya.. Kamu mau ngomong apa sayang"

"Kamu yang dulu an A..kamu mau ngomong apa"

"Kamu aja sayang.. Kamu mau ngomong apa"

"Kita keluar yuk jalan-jalan sambil menunggu adzan maghrib, langsung makan malam juga boleh"

"Kamu mau kemana sayang"

"Terserah A..kaya nya lebih asyik kalo kita keluar"

"Boleh.. Kamu mau kita ke taman, biasanya kalo sore aku lihat banyak anak- anak yang main disana, aku juga ingin punya anak dari rahim kamu sayang... " ucap Adnan dengan senyum menggoda nya

Muhi hanya tersenyum menanggapi omongan Adnan. Ia terlihat gugup dengan meremas jari tangan nya. Ia pun lalu menundukkan wajah nya. Ia takut Adnan akan meminta jatah nya malam ini. Habis lah ia.. Ia tak mungkin menolak keinginan suami nya itu.

"Kamu kenapa sayang.. Kamu mau kan jadi ibu dari anak-anak kita? "

Muhi mengangguk lemah.

"Ya udah.. Yuk kita siap-siap. Kamu ganti baju dulu sayang"

Muhi pun mengambil gaun ungu muda dan kerudung warna senada lalu membawa nya menuju kamar mandi.

"Sayang.. Kok ganti baju nya ke kamar mandi.. Kan aku bukan orang lain.. Aku ini suami kamu.. Jadi kamu engga perlu menjauh dari aku kalo ganti baju.. Aku udah halal buat kamu sayang.. " kata Adnan sambil nyengir

" aku.. Aku malu A.." jawab Muhi gugup. Ia merasakan hawa panas menjalar ke wajah nya. Ia yakin dengan sangat kalo sekarang wajah nya seperti kepiting rebus.

"Ya udah.. Aku tutup mata dech biar kamu engga malu lagi.. " goda Adnan

" Aku tau kamu blushing sayang, kamu makin ngegemesin aja kalo lagi blushing"

Adnan makin menggoda Muhi dan mendekati nya hingga mereka berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. Dada bidang milik Adnan kini telah menyentuh kepala Muhi. Muhi bisa merasakan irama jantung suami nya dengan sangat cepat. Adnan perlahan tapi pasti memeluk erat pinggang Muhi. Ia mencium lembut puncak kepala istrinya. Ia dapat mencium aroma wangi shampo di rambut Muhi. Ia begitu menikmati aroma rambut dan tubuh Muhi. Ia begitu tergoda dengan wanita yang berada dalam pelukan nya ini. Ia ingin sekali mencicipi setiap jengkal tubuh istrinya. Ia begitu tertarik pada wanita di hadapan nya ini. Seolah semua indera nya tak mau melepas ini. Ingin rasanya ia katakan pada Muhi bahwa hasrat nya untuk Muhi terlalu besar. Andai ia berani mengatakannya.. Ah.. Apakah semua harus dikatakan.. Apakah Muhi masih tidak mengerti akan bahasa tubuh nya yang menginginkan itu. Atau jangan-jangan Muhi sebenarnya mengerti akan hasrat nya namun Muhi masih takut akan penyatuan mereka.

Aku dan kamu dalam doa (complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang