Dokter

1.3K 48 4
                                    

Manik mata Muhi dan Adnan saling bertatapan seolah sedang berdebat. Adnan tak pernah menatap nya semalam ini. Muhi merasa takut untuk mengartikan tatapan ini. Ia pun menundukkan pandangan nya untuk menghindari tatapan tajam mata Adnan. Ia takut untuk bicara. Ia seakan kehabisan kata-kata untuk sekedar menenangkan hati Adnan yang sedang kacau. Ia terlihat sangat frustrasi. Ia sering mengusap kasar rambut nya. Muhi paham bahwa suami nya sedang syok dengan peristiwa ini. Ia bisa merasakan apa yang dirasakan Adnan namun salahkan ia jika ia pun merasakan sakit yang luar biasa melihat seseorang yang telah terbaring tak berdaya di depan sana. Di dalam ruangan serba hijau seorang pria sedang terbaring lemah, hidup dengan bantuan begitu banyak alat medis. Ia tahu pria itu pun sedang merasakan sakit yang luar biasa. Namun mereka tak bisa berbuat apa-apa. Semua sudah berjalan sesuai takdir-Nya. Mereka hanya menjalani nya. Ia pandangi wajah abi dan umi yang sudah mulai berumur, gurat kesedihan pun terpancar dari wajah mereka. Abi dan umi pun masih belum berbicara. Bibir mereka masih terkunci rapat dengan posisi berdiri saling berpandangan. Tak ada diantara mereka semua yang mengeluarkan suara, hanya suara isak tangis yang terdengar.

Hingga akhirnya keheningan itu pecah saat dokter keluar dari ruangan Ari. Dokter itu telah memeriksa kondisi Ari saat Adnan sibuk membaca buku harian Ari.

"Keluarga Ari?? " kata dokter

"  Ya dokter.. Saya abi nya.. Bagaimana kondisi putra kami"

"Maaf pa.. Saya mohon maaf jika saya harus mengatakan nya... " lanjut dokter itu bicara

" iya... Dokter.. Apa yang terjadi dengan putra kami"

" Begini pa.. Ini sudah sebulan Ari dirawat dengan bantuan alat bantu pernapasan.. Napas spontan Ari sampai sekarang tidak ada dan itu tidak ada perkembangan.. Hanya ada denyut jantung nya yang bergerak.. Maka dari itu kami jelaskan kalau kondisi Ari tidak baik.. Ari sepertinya sudah tidak bisa bertahan lagi namun seperti masih ada yang belum selesai disini.. Jika bapa dan keluarga sudah merelakan nya untuk beristirahat dengan tenang dan menyuruh kami untuk melepas semua alat bantu pada Ari.. Kami akan melepaskan nya karena sudah tak ada harapan lagi pa"

Semua yang mendengar penjelasan dokter menangis tak terkecuali Muhi dan Adnan. Walaupun Adnan kecewa dengan Ari yang telah mencintai orang yang sama dengan nya namun Ari tetap sahabat karib nya sekaligus saudara nya. Ia begitu menyayangi Ari. Begitu pu  Muhi yang tak bisa membandingkan perasaan cinta nya Pada Ari. Ia tahu cinta yang ia rasakan sekarang adalah cinta terkadang karena ia sudah menjadi istri Adnan sahabat dari orang yang ia cintai namun cinta ini yang salah tetap saja tak kunjung menjauh dari hatinya. Ya allah.. Ampuni aku karena telah mencintai pria lain dalam hati ku.. Aku mohon.. Berikan jalan keluar terbaik untuk cinta kami bertiga. Aku tidak ingin menyakiti hati semua orang yang telah mencintai ku. Aku tidak ingin mereka terluka, merasakan apa yang aku rasakan.. Ya Allah Maha Pengampun dan Pembolak balik hati.. Aku mohon.. Jangan biarkan kami mencintai lebih dari mencintai-Mu. Sembuhkan lah pria yang telah mencintai ku.. Amiin... Muhi berdoa dalam hati.

"Jangan bicara seperti itu dokter.. Hiks.. Hiks... Hiks.. Kami ingin putra kami sembuh.. Kami sangat mencintai nya.. Jangan dicabut semua peralatan nya.. Itu sama dengan membunuhnya dokter.. Biarlah Allah yang menentukan jalan nya " hiks hiks hiks.. Umi menangis

" iya dokter.. Kamu mohon.. Jangan biarkan alat itu dicabut.. Kami akan membayar semua nya dokter.. Ijin kami masuk.. Kami ingin melihat nya" kata abi

Dokter pun mengangguk. Ia memperbolehkan Mereka masuk. Mereka pun masuk bergantian. Abi membacakan ayat suci Al quran dengan ditemani umi. Umi pun membalikkan sesuatu pada telinga Ari.

Setelah 2 jam mereka di dalam. Mereka pun keluar. Ari dan Muhi yang sedang berada di luar tadi, hingga sekarang masih belum ada satu pun dari mereka yang mengeluarkan suara selain tangisan dan lantunan ayat suci Al quran. Mereka mendoakan untuk kesembuhan Ari. Ari akhirnya meminta ijin untuk membawa Muhi masuk ke dalam ruangan Ari.

"Bi.. Izinkan aku dan Muhi masuk menjenguk Ari, kami ingin melihat nya" akhirnya Ari angkat bicara

Abi pun menganggukkan kepala. Umi memeluk abi. Mereka terus berdoa meminta kesembuhan Ari.

Di dalam ruangan serba hijau ini, Muhi dan Adnan menangis. Adnan memeluk bahu Muhi dengan erat. Ia mencoba menenangkan hati Muhi. Ia mencium lembut puncak kepala Muhi. Bagaimana pun ia sangat mencintai istri nya ini namun juga menyayangi sahabat nya Ari. Ia merasakan sakit yang luar biasa saat melihat Ari yang begitu pucat dan lemah terbaring tak berdaya. Mereka pun melantun kan ayat suci Al quran. Begitu pun Muhi juga melakukan hal yang sama. Sebelum mereka pergi, Adnan bicara pada Ari.

"Maafkan aku sahabatku.. Aku baru tahu kau mencintai Muhi.. Aku akan rela melepas Muhi untuk mu Ari jika itu yang kau ingin kan.. Aku rela.. Aku mohon.. Bangun lah Ri.. Kau dengar kan kata-kata ku, kau harus berjuang, kau harus bangun dan sehat jika ingin kembali pada Muhi, aku tahu kalian saling mencintai. Aku rela Ari.. Aku rela melepas Muhi demi cinta kalian jika itu sudah takdir-Nya.. Maafkan aku Ri.. " Adnan menangis dan terduduk di kursi sebelah tempat tidur Ari.

" Aku tidak ingin kalian jadikan bola A... Aku tahu kau mencintai ku.. Dan menyayangi sahabat mu.. Tapi aku istri mu.. Aku tidak mau kalian jadikan bola.. Aku tidak ingin kalian terluka.. Aku tidak ingin kalian kecewa.. Kau dengar Ri.. Begitu banyak orang yang menyayangi mu.. Kamu harus berjuang untuk sehat Ri.. Aku tahu kau mendengar kata-kata ku.. Aku tahu kau pun menyayangi mereka.. Kau pun harus berjuang Ri.. Cinta tidak harus memiliki.. Cinta yang abadi itu jika kita bisa membahagiakan orang-orang yang mencintai kita dan kita mampu mencintai namun tak melebihi cinta pada Tuhan.. Hidup lah dengan cinta Ri.. Begitu pun juga.. Mati lah dengan cinta yaitu cinta pada Rabb...aku mohon Ri.. Bangun... Bangun.. Kembali lah.. " teriak Muhi sambil menangis..

" Aku tak bermaksud menjadikan mu sebagai bola sayang.. Aku mencintaimu namun aku juga menyayangi sahabat ku Ari.. Aku sangat menyayangi Ari.. Aku tidak ingin melihat nya menderita.. Sayang.. Aku mohon.. Jangan lah kalian membenci ku atas semua ini. Aku sangat menyayangi kalian.. Aku mohon.. Kembali lah Ri.. Kembali lah untuk kami.. Jangan siksa diri mu Ri.. Kami begitu menyayangi mu.. Aku mohon"

Tanpa mereka sadari.. Ari telah mengeluarkan air mata. Jari tangan nya pun bergerak. Muhi dan Adnan tidak memperhatikan itu. Tapi abi dan umi yang melihat nya dari luar langsung memanggil dokter untuk memeriksa kondisi Ari..

Aku dan kamu dalam doa (complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang