Cinta Part 2

1.5K 58 2
                                    

Muhi terbangun. Ia merasakan ada sesuatu yang melingkar pada perut nya. Ini ada lah tangan kokoh yang sekarang telah menjadi pendamping hidup nya. Muhi melirik ke atas nakas. Jam menunjukkan pukul 03.00 wita. Muhi memandang wajah polos dan teduh milik suami nya. Ia sedang melihat sosok seorang laki-laki yang rupawan. Wajah seseorang yang mencintai nya selama 10 tahun terakhir. Orang ini pula yang ternyata sudah menyebut nama nya dalam setiap doanya. Wajar saja perasaan ini harus dibalas, bagaimana pun isteri yang baik harus bisa mencintai suami nya agar bisa memperlakukan suami nya dengan baik. Muhi ingin belajar menjadi isteri yang baik, maka dari itu ia pun harus bisa belajar mencintai suami nya dan melupakan masa lalu nya. Muhi berdoa semoga apa yang dinampakkan oleh suami nya sekarang terus nampak sampai maut memisahkan mereka. Semoga cinta suami nya untuk nya terus bermekaran tidak hanya sampai disini, tapi selamanya. Muhi terus memandangi wajah di depan nya. Wajah yang boleh dibilang sedikit acak-acakan karena tidur tapi tetap bisa menggetarkan jiwa yang memandang nya. Rasanya Muhi tidak ingin jauh dari sosok di depan nya ini. Entah lah, baru seumur jagung pernikahan mereka, tapi cinta nya untuk Muhi terlalu besar, hingga Muhi pun menjadi terlena dibuat nya dan begitu mudah nya dalam melupakan masa lalu itu. Hingga tak ada lagi ruang kosong di hati akibat masa lalu nya itu.

"A..bangun..sudah jam 03.00" Muhi menyentuh pelan tubuh suami nya sambil mengguncang pelan.

Tapi yang dibangun kan malah makin mengeratkan pelukan nya di perut Muhi.

"A..bangun.." Muhi mengguncang badan Adnan agak sedikit keras

Adnan pun terbangun dari tidur nya. Ia tersenyum sambil memandang wajah Muhi. Adnan tau, sebenarnya tidak ada yang istimewa dari sosok Muhi menurut orang-orang, tapi dari pandangan Adnan, Muhi sosok wanita yang bisa memberikan debaran - debaran di hati nya setiap kali berdekatan. Walaupun Muhi tak pernah sekalipun memperhatikan itu. Muhi lah sosok wanita inspiratif yang telah menyentuh bingkai hijrah nya untuk menjadi lebih baik. Tapi kalo dipandang secara dekat seperti ini, Muhi ternyata imut juga dengan bibir mungil dan tipis nya yang merekah itu. Ahh.. Ingin sekali rasanya Adnan menikmati sensasi itu. Sensasi yang mungkin ditimbulkan jika bibir Adnan beradu dengan bibir kekasih halal nya itu..

"A..kok melamun..ayo cepat ambil wudhu sholat tahajud dulu, aku siapin perlengkapan sholat nya dulu ya.. " kata Muhi sambil turun dari ranjang dan menarik lembut tangan Adnan untuk keluar dari kamar.

Adnan pun seperti anak kecil yang menurut perintah ibu nya. Ia wudhu dan sholat tahajud. Kemudian ia melanjutkan dengan hafalan al quran nya agar tidak hilang. Muhi yang duduk tidak jauh dari Adnan seakan hanyut mendengarkan suara Adnan yang merdu dan fasih. Ingin sekali rasanya Muhi ikut bersama dengan kegiatan ini tapi sekarang ia masih kedatangan tamu bulanan. Ia ingin suami nya mengajari nya agar bacaan Al qur'an nya semakin bagus. Karena jujur saja, Muhi merasa masih jauh dari kata baik dalam hal membaca Al qur'an. Setelah sholah subuh, Adnan membantu muhi untuk memasak. Karena bahan makanan sangat minim, mereka memutuskan untuk memasak nasi goreng spesial dengan telur dadar. Duh.. Asyik nya ternyata semua kegiatan jika dilakukan dengan pasangan hidup kita yang telah berpredikat halal. Enggak nyesel kalo tau nikah mah ternyata enak.. Jadi baper.. Hehehe.. Yang jomblo jangan ngiri yahh, kalo mau.. Cepet dihalalin aja.. He.

Pagi nya Adnan pun mulai melakukan aktivitas fisik yang lumayan berat. Adnan harus bolak balik ngangkut air dari sumur tetangga di depan rumah yang berjarak kurang lebih 200 meter. Adnan harus melakukan ini, ya mau gimana lagi.. Listrik belum masuk, mau engga mau kalo mau ada air di rumah, ya harus ngangkut. Adnan engga tega memikirkan kalo Muhi tiap hari harus bolak balik ngangkut air. Kasian Muhi.. Berat juga ternyata perjuangan nya.

Setelah mereka sarapan, Muhi mengajak Adnan untuk jalan-jalan keliling desa. Mereka juga melihat masyarakat desa ini yang sebagian besar bermata pencaharian petani karet sedang menoreh. Ya.. Mereka bilang menoreh. Pagi-pagi begini udara di desa memang sejuk, karena masih banyak pepohonan. Mereka sangat bersyukur atas keindahan alam ini, dari kiri hingga ke kanan mereka melihat pegunungan nan hijau. Mereka pun beberapa kali berselfi ria mengabadikan momen berharga.

juga tak lupa mengajak suami nya naik gunung untuk mencari sinyal. Mereka terlihat bahagia. Mereka duduk berdua berdampingan menghadap ke arah depan. Tangan kekar Adnan memeluk pinggang Muhi. Muhi pun membalas dengan menyenderkan kepala nya di dada bidang milik Adnan. Adnan pun mendengar celotehan Muhi. Adnan senang karena Muhi sudah banyak bercerita dan berinteraksi dengan nya. Ia senang karena Muhi sudah bisa menerimanya sebagai suami nya. Sambil mereka bercengkrama Adnan sering sekali mengelus lembut puncak kepala Muhi dan sesekali mencium puncak kepala Muhi. Adnan memang tak ingin membuat Muhi terluka. Ia sudah berjanji akan selalu membuat Muhi bahagia. Sedapat mungkin Adnan akan selalu melakukan apa yang diinginkan Muhi. Ia akan menyerahkan seluruh jiwa dan raga nya untuk wanita yang dicintainya. Semoga Allah merahmati cinta pasangan ini.

"sayang.. Kita pulang yuk..udah waktunya dhuha ini.. " ajak Adnan lembut. Ia pun berdiri sambil menggenggam tangan Muhi.

" Masih kuat jalan.. Kalo engga.. Naik aja ke punggung ku, biar aku gendong sayang" sambil tersenyum genit dengan mengedipkan sebelah mata nya.

Muhi membalas senyuman Adnan dan mencubit sayang pinggang Adnan.

"Lho.. Kok aku di cubit sih sayang.. Sakit tau.. Gimana.. Mau digendong engga?? "

Muhi tersenyum malu sambil menundukkan pandangan nya.

" Cie.. Isteri ku yang cantik ini blushing.. "

Muhi tidak bisa menyembunyikan semburan merah di pipi nya. Adnan sudah bisa mencuri hatinya. Muhi sangat senang dengan seluruh gombalan Adnan. Adnan selalu bisa menggetarkan hati Muhi, baik itu dari senyum genit nya, sorotan matanya, juga semua tingkah polahnya.

Adnan kemudian menggendong Muhi.

"A..turunin aku.. Malu kan kalo ada yang liat.. Turunin aku A.." sambil menggelitik pinggang Adnan. Dan Adnan pun tidak tahan dengan rasa geli akibat gelitik Muhi pada pinggang nya. Ia pun menurunkan Muhi dari gendongan nya.

"Ampun sayang.. Kamu tu berbakat banget bikin aku geli.. Ntar kalo kita dah di rumah, aku mau donk lagi di gelitikin.. "

" Iiih... Gombal... "

" Tapi kamu suka.. Kan.. "

"Mau.. Aku gelitikin lagi.." lanjut Muhi sambil ancang-ancang mau melanjutkan aksi nya

"Ampun... Ampun.. Engga mau kalo sekarang sayang" jawab Adnan sambil menggenggam erat tangan Muhi

"I love you sayang.. Semoga Allah merahmati cinta kita.. Amiin" kata Adnan

"I love you too..amiin..makasih ya A..sudah hadir melengkapi warna dalam hidup ku"

Mereka pun berjalan menuruni gunung dan kembali ke rumah.

Aku dan kamu dalam doa (complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang