Pencuri Hati

1.5K 62 0
                                    

Hari ini aku akan menghadiri acara rutin mingguan di Puskesmas kami,  seperti biasa Said Ali selalu menjemput ku. Yahh,, walaupun aku selalu menolak untuk ikut boncengan di kendaraan nya. Ku akui Ali selalu punya cara untuk bisa membuat ku tersenyum, ada saja tingkah nya yang membuat hari-hari ku indah.

"Hai cantik... Udah Siap? Yuk berangkat? Ikut Aa aja yahh,, ntar jatoh lagi" kata Ali sambil menampilkan sederet gigi putih nya yang muncul dibalik senyum manis nya.

"Aku pake kendaraan ku aja Al" Jawab ku sambil menghidupkan mesin motor ku.

"Engga takut jatoh la..gi..cantik" godanya

"Apa an sih kamu Al" kataku merajuk.  Jujur saja sampai saat ini aku masih malu dengan kejadian tempo lalu saat aku jatuh ke lubang di depan Ali bahkan ia mentertawakan nasib buruk ku saat itu.

"Maaf cantik.. Aku hanya mengkhawatirkan mu. Aku hanya tidak ingin kau terluka. Aku lebih menderita jika melihat mu terluka." lanjut Ali sambil menyalakan mesin motor nya.

"Makasih Al.. Atas perhatian kamu" ucap ku lirih

-----------------------------------------------------------

Di Puskesmas Ali pun terlihat seperti biasa, kadang ia mencari cara untuk dekat dengan ku.

"Muhi..aku ingin bertanya sesuatu boleh?" Ali duduk mendekati di ruang rapat.

"Mau tanya apa?" jawab ku

"Boleh kah aku tau siapa orang yang ada di hatimu?"

"Apa an sich kamu Al,  ngaco dech" jawab ku

"Beneran enggak ada seseorang yang mengisi hatimu,  yakin?? Aku tahu kamu menyembunyikan kan nya, aku hanya tidak ingin melihat mu kecewa memikirkan dia yang disana"

"Beneran Al.. Engga ada kok"

"Beneran atau bohong?? Aku tahu kamu membohongiku, tolong Muhi.. Jangan biarkan aku terlalu jauh masuk ke dalam hati mu dan berharap lebih dari kamu. Jujur saja, semakin mengenal mu semakin aku sulit untuk menjauh dari mu dan semakin aku berusaha untuk menjauh dari mu semakin besar pula rasa itu di dalam hati ku"

"Em... Mmm" aku bingung harus berkata apa. Aku tidak merasakan  getaran halus dalam hati ku untuk Ali.  Ia hanya sebatas teman baik bagi ku. Astagfirullah... Apa kah aku telah salah bergaul dengan nya, membiarkan celah itu ada diantara kami. Hati ku sudah dipenuhi oleh orang nun jauh disana. Astagfirullah... Jangan biarkan hati ini terlalu mencintai dia makhluk mu Ya allah... Jangan biarkan cinta ku pada makhluk mu mengalahkan cinta ku pada Mu ya Allah..

Ku akui.. Kamu yang jauh disana,, yang aku tidak tahu siapa namamu, yang aku tidak tahu dari mana asal mu dan keluargamu, yang aku tidak tahu dimana kamu sekarang berada. Aku hanya tahu wajah mu yang pernah beberapa kali aku lihat.

Flassback on
" Papah.. Mama.. Papah..mama.. Dimana kalian?? "aku teriak meneteskan air mataku ketika menyadari terpisah dari rombongan saat tawaf.
Kemana lagi aku mencari diantara kerumunan manusia seluruh dunia yang sedang berkumpul di Masjidil Haram. Aku bergegas menemui ustadz pembimbing kami untuk memberitahu perihal ini. Kemudian kami bersama-sama mencari kedua orang tua ku. Aku masih teriak menangis menyadari kehilangan kedua orang tua ku. Tak terasa mata ku sembab karena menangis. Bulir-bulir bening sebening kristal itu telah membanjiri wajah ku. Tak lupa aku senantiasa berdoa kepada Allah agar aku dipertemukan dengan kedua orang tua ku. Aku sedih bukan main. Pencarian kami berhenti saat adzan dzuhur dikumandangkan. Kami pun mengikuti sholat berjamaah. Aku berdoa agar dapat dipertemukan secepatnya dengan kedua orang tua ku.  Selesai dzuhur kami pun melanjutkan pencarian kami. Hingga saat adzan ashar belum juga ketemu. Kami berhenti melakukan pencarian untuk menunaikan sholat ashar. Setelah ashar ustadz pembimbing ku dan seorang ibu dari jamaah kami membujuk agar kami istirahat dulu untuk makan siang mengingat sudah sore. Mereka membujuk ku agar nanti bila di restoran Indonesia ataupun di hotel tidak bertemu orang tua ku maka mereka akan melakukan pencarian lagi. Aku menyetujui nya.

Aku dan kamu dalam doa (complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang