Pergi

1.3K 48 0
                                    

Hari demi hari dijalani oleh Adnan dan Muhi dengan bahagia. Hari ini setelah sholat dhuha tiba saat nya Adnan pulang untuk bekerja. Ia besok akan berangkat ke luar negeri dan akan kembali pada malam sebelum resepsi perkawinan mereka. Ada rasa berat di hati Adnan untuk meninggalkan Muhi seorang diri jauh dari nya dan semua sanak keluarganya. Adnan serasa tidak ingin melepas Muhi sendiri. Entah kenapa seperti ada yang hilang dari nya. Tapi Adnan harus tetap pergi. Perusahaan telah menanti nya, begitu pun dengan pesantren tempat ia dibesarkan sudah menanti kepulangan nya. Ia memang sudah diberikan tanggung jawab oleh ayah untuk memimpin pesantren milik kakek nya.

Lama Adnan memeluk Muhi dengan erat. Ia cium puncak kepala isteri tercinta. Ia pun memandang wajah imut wanita itu. Wanita yang kini sudah menjadi bagian dari jiwa nya. Manik mata mereka bertemu, memandang dalam diam. Seolah pandangan itu yang saling bicara mengatakan bahwa mereka tidak ingin berpisah. Adnan pun mencium kening Muhi dengan lembut dan dalam. Ia merasakan getaran hebat. Tubuh nya memanas. Ingin rasanya ia bopong istrinya itu untuk terus berada dalam pelukan nya. Begitu pun Muhi.. Ia pun merasakan kehangatan menjalar di seluruh tubuh nya. Ia tidak ingin melepas suami nya itu pergi jauh dari nya. Ia sudah mencintai Adnan dan menginginkan pria itu. Hasrat cinta yang mereka rasakan begitu besar. Bahkan tubuh mereka pun tidak bisa memungkiri itu. Ahh, andai saja Adnan tidak pergi hari ini. Seandainya bisa di undur sehari aja kepergian Adnan.

Adnan terus memeluk Muhi dengan erat bahkan semakin erat.. Sampai-sampai Muhi merasa sesak.

"A... Se.. Sak.. To.. Long..longgarkan sedikit pelukan nya"

"Ooo... Maaf sayang.. Maaf kan aku.. Aku terbawa emosi.. Aku tidak ingin meninggalkan mu" sambil melonggarkan pelukan nya.

"Sayang.. Aku pergi dulu ya.. Tunggu kedatangan ku.. I LOVE YOU" emmuach... Adnan mencium bibir Muhi

Muhi pun membalas ciuman itu. Napas mereka memburu. Detak jantung mereka pun saling berlomba. Adnan sadar hasrat di antara mereka begitu besar. Adnan harus bisa menguasai ini. Adnan tahu bahwa mereka belum bisa bersatu mewujudkan rasa cinta itu, mereka belum bisa melakukan penyatuan itu untuk menunaikan ibadah. Mereka belum melakukan malam Zafaf. Muhi masih dalam kondisi mendapat tamu bulanan. Ahh, mungkin memang belum saat nya mereka merasakan indahnya malam Zafaf.

"I LOVE you too.." hiks.. Hiks.. jawab Muhi sambil menangis.. Air mata ini tidak bisa lagi untuk dibendung. Benteng pertahanan nya runtuh. Ia menangis di dalam pelukan Adnan.

"Udah.. Jangan nangis.. Sayang.. Kan jadinya berat ninggalin kamu kalo kamu nya nangis.. Udah donk sayang ku.. Cintaku.. Kasih ku.. Matahari ku.. Udah.. Jangan nangis.. InsyaAllah nanti kita ketemu lagi" Adnan sambil menghapus air mata di pipi Muhi

"Ntar kalo pulang.. Hati-hati di jalan, aku engga mau kamu kenapa-kenapa"

Muhi mengangguk. Ia masih memeluk erat suami nya.

"Kamu juga hati-hati di jalan ya A... Kalo udah sampai telp aku"

"Iya..emang kamu lupa kalo disini engga ada sinyal, gimana aku mau nelpon kamu sayang.. "

" Ooo iya.. Bener juga.. Lupa A.."jawab Muhi sambil nyengir kuda

"Atau kamu mau ikut aku pulang aja sayang.. "

" Engga A..engga enak kalo aku ijin.. Kan tinggal beberapa hati lagi akh ijin lagi A..acara resepsi perkawinan kita. Aku ijin nya 1 minggu A"

"Ya udah.. Kamu hati-hati ya sayang.. Aku mau siap-siap dulu "

" Baju mu udah aku siapin A..kamu mau sarapan sekarang? "

Adnan mengangguk. Mereka pun sarapan. Saat sarapan tak ada yang memulai pembicaraan. Mereka larut dalam menata suasana hati. Sepi.. Rumah ini seakan tak berpenghuni. Mereka bicara dalam diam. Saling menatap dan saling menguatkan dalam hati. Hanya nyanyian sendok dan garpu yang saling beradu.

Setelah sarapan. Adnan membantu Muhi membereskan baju dan memasukkan nya dalam tas. Setelah semuanya beres, Adnan menunaikan sholat dhuha.

------------------------------------------------------

"Aku pamit dulu ya sayang.. Kamu hati-hati ya.. " kata Adnan

Muhi mengangguk. Ia mencium punggung tangan suami nya. Ia pun kemudian memeluk erat suami nya.

" Aku pamit dulu ya sayang.. Assalamualaikum "

" "WA alaikum salam.. " Muhi menjawab salam Adnan. Adnan pun pergi meninggalkan nya seorang diri.

Muhi terus memandangi punggung Adnan sampai laki-laki itu tak nampak lagi di depan mata. Hiks.. Hiks.. Bulir-bulir bening membasahi pipi mulus nya. Ia sadar akan arti seorang Adnan dalam hidup nya. Adnan sudah mampu mengisi semua tempat dalam hatinya. Adnan juga yang memberikan warna dalam hidupnya. Seandainya saja perpisahan ini tidak terjadi.. Ah.. Tidak mungkin, setiap manusia pasti sudah ditakdirkan untuk berjuang baik itu berjuang mendapatkan sesuatu bahkan untuk makan pun kita perlu berjuang menggerakkan tangan ke arah mulut.
Muhi yakin.. Allah Swt telah mempersiapkan masa indah pada waktunya. Dan Muhi akan tetap sabar dalam menunggu waktu itu. Ia yakin akan usaha dan doanya agar dapat berkumpul dengan laki-laki itu. Laki-laki yang sudah mencuri hati nya dan membawa hatinya jauh berpisah dengan raga nya.

Muhi pun menutup pintu rumah nya. Ia memandang foto Adnan dan dirinya dalam bingkai besar di dalam kamarnya. Ia melihat senyum indah milik Adnan yang sedang mencium puncak kepala seorang wanita yang tak lain dan tak bukan adalah dirinya.
Tak terasa air mata Muhi pun kembali menetes membasahi wajah imut nya. Ia merasakan kehilangan seseorang yang sudah berarti dalam hidupnya. Ia berharap semoga ini cepat berlalu.

Adnan Pov
Aku sudah pergi meninggalkan wanita itu sendiri. Aku telah meninggalkan nya seorang diri beberapa hari disini. Andai saja aku dapat mewakilkan tugas perusahaan kepada sahabat ku pasti lah sudah ku wakilkan. Aku merasa tak tega melihat wajah lembut orang yang ku cintai itu menangis melepas kepergian ku. Aku sadar aku sangat mencintainya. Tapi apa boleh buat.. Untuk sementara aku dan dia harus berpisah. Aku berharap akan berkumpul lagi dengan nya secepatnya. Aku akan mengurus pindah tugas nya. Bila itu tak bisa, biar lah ia berhenti bekerja dan akan aku buatkan klinik untuk nya agar ia bisa menerapkan ilmu nya. Akh sungguh tak sanggup untuk jauh dari nya, sungguh aku menderita karena berpisah dengan nya. Aku sadar, aku dan dia bukan manusia sempurna hanya saja.. Kami berusaha melengkapi saling kekurangan kami satu sama lain. Baru saja berpisah beberapa menit bahkan jam dari nya aku sudah merasakan rindu yang luar biasa. Aku sungguh ingin terus berada disamping nya, aku ingin melindungi nya. Aku pun sudah kangen dengan mata indah nya, kangen dengan suara nya dan celotehan nya. Ya Allah.. Ya Rabb Satukan kembali Aku dan istriku.. Rahmatilah rumah tangga kami. Amiin.

Aku dan kamu dalam doa (complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang