Perpisahan vs Pertemuan

1.5K 53 0
                                    

Hari ini Muhi kembali ke desa dengan diantar oleh suami tercinta.

"Hati-hati di jalan sayang, semoga selamat sampai tujuan" kata mama

"Insya allah ma, doakan kami selalu ya ma" jawab Muhi

Muhi pun mencium punggung tangan mama, kemudian memeluk mama erat. Tiap kali Muhi akan pergi, ia selalu tak bisa menyembunyikan air mata nya. Matanya berkaca-kaca. Sedih rasa nya harus berpisah dengan orang yang disayang. Kemudian mencium punggung tangan papah dan memeluk nya. Juga bunda dan ayah. Seperti hal nya Muhi, Adnan pun melakukan hal yang sama. Berat rasanya pergi mengantar isteri baru nya ini untuk berpisah dengan nya. Tapi ini sudah menjadi tugas Muhi sebagai abdi negara. Beda dengan Adnan yang kurang terikat dengan Pekerjaan nya.

Adnan pun kemudian menyalakan mesin motor nya.

"Pegang yang kuat ya sayang, ntar kamu nya ketinggalan lagi.. " kata Adnan datar

" I..ya..A.."jawab Muhi dan langsung pegangan di bahu Adnan dengan canggung

"Kok pegangan nya di bahu sih sayang.. Kan aku bukan tukang ojek, pegang nya di pinggang dong sambil meluk aku.. " Adnan sambil nyengir

Muhi tersenyum malu mendengar nya dan melakukan apa yang diminta Adnan.

" Cie.. Yang udah halal main peluk-pelukan.. So.. Sweet.. " gada Qilla

" Iiiiiih... Qilla...iri ya, makanya cepetan nikah biar bisa peluk-pelukan" jawab Muhi asal

"Pengen sih sebenar nya nikah kak, tapi masih belum dibolehin kan pah?

Papah pun mengangguk sambil tersenyum.

"Ya udah, berangkat sekarang aja kalian, ntar kesiangan, kan perjalanan  jauh.. " mama mengingat kan

" Iya, ntar panas lho kalo makin siang" bunda menimpali

"Iya mah, pah, yah, bun, Qilla.. Kami berangkat, assalamualaikum.. " ucap kami kompak

" Waalaikum salam.. " jawab semua

Kami pun meninggalkan kampung halaman kami. Muhi sudah tidak melihat mereka lagi. Air mata Muhi mengalir kembali saat sudah berada jauh dari mereka. Entah lah, Muhi selalu merasa seperti ini bila pergi meninggalkan orang tuanya. Air matanya pun terasa hangat di punggung Adnan.

" Sayang.. Kamu nangis" tanya Adnan

"Engga papa kok A..cuma sedih aja"

"Jangan sedih lagi ya.. Kan sekarang udah ada aku yang jagain kamu.. Ya walaupun kita engga bisa setiap saat selalu bersama, hehehe "

" Iiiiiih... Gombal... "

" Biarin.. Kan sama istri sendiri, dari pada gombal ama cewe lain.. "

" Sayang.. Entar di desa aku engga bisa lama, aku bisa nya seminggu aja, coz minggu depan aku ada janji ketemu klien di India, kamu engga papa kan aku tinggal sayang, ntar kamu pulang ke rumah mama biar dijemput aja oleh pa Maman sopir kita ya.. "

" Aa berapa hari di India, sampai kapan A?? Iya.. Aku nurut aja A.."

"InsyaAllah aku berangkat ke India rabu sayang, 3 hari aja kok, sabtu siang aku pulang"

"Tapi A..kan hari minggu acara resepsi kita.. Apa Aa engga capek? "

" InsyaAllah aku kuat kok.. Tungguin aku yahh.. "

" Iiiiiih... Gombal... "

Perjalanan Muhi hari ini terasa beda, ini kali pertama Muhi naik motor ama cowok, bisa meluk cowok yang kita cintai dari belakang, bisa merasakan hangat nya tubuh makhluk yang bernama laki-laki hanya dari punggungnya. Jantung pun rasanya berdebar gimana gitu..selain itu, jarak yang biasa ditempuh 6 jam dengan sendirian itu lama nya minta ampun, tapi sekarang seperti sebentar. Ternyata emang asyik naik motor dibonceng ama kekasih halal. duh... Indah nya pacaran setelah nikah..

Kumandang adzan terdengar di telinga kami, Adnan pun singgah di Masjid. Ia pun menunaikan sholat dzuhur. Muhi menunggu di parkiran, karena kebetulan Muhi sedang kedatangan tamu bulanan.

Setelah Adnan selesai sholat, mereka pun melanjutkan makan siang. Mereka singgah di rumah makan yang engga jauh dari mesjid itu.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan nya. Tepat adzan ashar mereka sudah sampai di kota kabupaten tempat Muhi bertugas. Adnan pun kembali menunaikan sholat ashar. Setelah itu lanjut lagi perjalanan ke desa tempat Muhi bertugas.

Adnan senang sekali melihat pemandangan pegunungan meratus saat menuju ke desa. Mereka sempat mengabadikan foto mereka berdua dengan latar pegunungan yang hijau. Mereka berdua selfie dengan berbagai fose, dari yang malu malu tapi mau, sampai yang malu maluin karena aksi kocak mereka semua terekam dalam kamera. Indah sekali memang ciptaan Nya.

Akhir nya mereka tiba di Polindes tempat Muhi bertugas. Muhi dan Adnan memasukkan barang ke dalam rumah. Kemudian langsung ke rumah Ma Elya dan masih Zein untuk memperkenalkan suami tercinta nya.
Mereka cuma sebentar di rumah ma Elya dan masih Zein karena hari sudah gelap. Mereka pun pulang, menyalakan lampu teplok, dan Adnan menunaikan sholat maghrib.

Setelah itu Muhi dan Adnan langsung bertemu ke rumah kepala desa agar tidak terjadi fitnah. Rupanya kabar bu bidan yang datang dengan suami nya sudah menyebar seantero kampung. Semua orang yang mereka lewati saat menuju rumah pak kepala desa, langsung menyapa dan ingin berkenalan dengan cowok yang bisa mendapat kan bu bidan. Tak terkecuali Said Ali yang sudah ada di depan rumah kepala desa yang sedang berkumpul dengan pemuda desa juga ikut menyapa dan berkenalan dengan suami Muhi. Walaupun Ali bukan warga desa ini, tapi Ali sudah mendengar saja kabar kepulangan Muhi.

"Assalamualaikum Bu bidan Muhi.. Selamat ya.. Ibu sudah menikah, jangan lupa undang kami dalam resepsi nya bu" kata Ali dengan terlihat tegar walaupun Muhi tahu Ali kecewa. Ali berusaha menyimpan kekecewaan nya.

"Makasih Al..InsyaAllah nanti undangan nya aku kasih kan ke kamu. Oh iya Al.. Kenalin.. Ini ka Adnan suami aku.. Ka Adnan, ini Said Ali teman ku di Puskesmas "

" Adnan" sambil mengulurkan tangan dan langsung disambut oleh Ali

"Ali.. " kata Ali dengan tatapan yang sulit di artikan. Tak sengaja Muhi menatap ke arah dua laki-laki itu. Seperti ada aura persaingan di antara keduanya. Entah lah, apa ini hanya perasaan Muhi saja. Muhi kemudian menundukkan pandangan.

" Kami ke rumah pak Kades dulu ya Al.. " sambung Muhi

" Ya.. Silakan.. " jawab Ali

Setelah basa basi dengan pak Kades, mereka pun pulang. Adnan seakan tidak mau melepas Muhi barang sedetik pun. Ia terus menggenggam tangan Muhi. Mereka berjalan dengan ditemani senter. Sepi, gelap keadaan saat malam hati di desa ini. Hanya ada suara binatang khas malam yang terdengar.

----------------------------------------------------------

"A, mau mandi?? " tanya Muhi

" Iya.. "jawab Adnan

" Aku siapin baju nya ya.. Air di penampungan masih ada sedikit, insyaallah cukup untuk kita hari ini" jawab Muhi

Adnan pun mandi kemudian dilanjutkan oleh Muhi. Kemudian Muhi memasak ala kadar nya. Nasi putih plus telur dasar ditambah kecap. Cuma ini bahan yang ada.
Mereka berdua pun makan. Setelah itu mereka melihat jam menunjukkan pukul 8 dan Adnan bergegas sholat isya.

Selesai sholat, Adnan melihat Muhi sudah tertidur di atas tempat tidur.
Kasian Muhi, pasti kecapean. Ya Allah.. Ternyata berat menjadi Muhi.. Apalagi dia bisa bertahan menjalani ini. Istri ku ini memang hebat dan tiada dua nya. Puji Adnan dalam hati. Ia pun kemudian mengecup lembut kening istri nya. Ia berbaring di Samping Muhi. Ia melingkarkan tangan nya ke pinggang Muhi. Adnan merasakan capek yang luar biasa. Ia tidak pernah melakukan perjalanan jauh sebegini jauh nya dengan naik motor. Ia pun akhir nya terlelap dengan posisi memeluk Muhi.

Aku dan kamu dalam doa (complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang