Bruukkk

1.4K 50 2
                                    

Ari pov

Sekarang aku akan pulang ke habitat ku. Terbang meninggalkan mereka. Aku senang Adnan bahagia dengan wanita yang aku cintai. Aku bisa melihat bahwa wanita itu pun sepertinya mempunyai rasa yang sama dengan ku. Aku dapat melihat dari tatapan matanya. Tapi ia adalah wanita yang baik, ia juga akan membalas cinta sahabat ku secara perlahan. Aku tahu Adnan akan membuat Muhi jatuh cinta pada nya. Adnan seorang pria yang baik dan romantis. Cinta Adnan kepada wanita itu terlalu besar, ia tak akan pernah bisa melihat bahwa aku dan wanita itu saling memancarkan cahaya cinta. Maaf kan aku yang telah mencintai orang yang sama dengan mu wahai sahabat ku. Kita memang mencintai orang yang sama, tapi bedanya cinta mu membawa nya ke dalam ikatan suci sedangkan cahaya cinta ku hanya mampu menerangi nya dari jauh. Aku hanya bisa mencintai nya dalam diam. Cinta yang ku rasakan bahkan sangat lah besar. Biar lah rasa cinta ini ku bawa sampai mati. Rasa sakit akibat cinta ini aku rasakan lebih dari yang aku rasakan sebelumnya. Aku merasakan sakit saat mencari nya dalam 5 tahun terakhir, namun rasa sakit itu tidak ada apa-apa nya semenjak pagi kemaren aku tahu bahwa wanita itu adalah wanita yang bertanding dengan mu di pelaminan. Rasa sakit ini sangatlah menyiksa ku. Hingga aku tak bisa makan dan tak bisa tidur. Lebih baik aku mendekatkan diri ku pada Allah. Ya allah maha pembolak balik hati, hilangkan lah rasa ini pada wanita yang telah resmi menjadi pendamping hidup orang lain. Aku tidak ingin merusak kebahagian sahabat ku sendiri.

-----------------------------------------------------

Sejak acara itu, acara pesta bahagia  sahabat ku yang juga sekaligus pesta menyakitkan untuk ku. Aku seakan tidak bisa menopang tubuh ku lagi untuk tetap berdiri tegar, keceriaan ku selama ini mustahil begitu saja, secercah harapan yang aku nantikan kini sudah tiada, bahkan kini aku terlihat begitu lemah. Memang konyol kedengaran nya. Tapi apa daya ku, rasa cinta ini begitu menyiksa ku. Aku tidak bisa menelan nasi, menelan air pun bahkan tak bisa. Aku menjadi orang yang lemah secara fisik dan batin. Aku hanya mampu untuk mengingat sang pencipta. Semua waktu ku habiskan dengan sang pencipta. Sudah 1 minggu ini, aku memang pergi ke pesantren untuk mengajar. Aku abdikan diri ku untuk membangun dan mengembangkan pesantren ini, namun semakin aku mencoba untuk melupakan nya dengan semakin menyibukkan diri ku maka semakin besar pula rasa hampa di hati ini. Cinta yang telah ada di hati ini terus menggerogotiku hingga aku tak bisa membuka sedikit celah untuk orang lain. Kesibukan ku bertambah tapi aku lupa waktu, lupa bahkan tepatnya tidak bisa makan sehingga tubuh ku kekurangan nutrisi. Tubuh ku semakin hari semakin lemah dan semakin pucat. Aku habiskan dari pagi sampai malam di Pesantren. Abi dan umi pemilik pesantren yang notabene adalah orang tua angkat ku karena sejak aku lahir, aku tidak tahu siapa orang tua ku. Seseorang telah meletakkan ku begitu saja di depan pintu masuk pesantren. Umi lah yang pertama kali menemukan ku saat akh masih bayi dengan tali pusat yang masih basah. Umi dan abi ternyata memperhatikan kondisi ku.

Saat aku berada sendirian di ruang perpustakaan untuk menyusun buku setelah jam berkunjung habis, abi dan umi menghampiri ku.
"Nak..apa kau sakit? Abi perhatikan kau begitu pucat, sudah lah nak, jangan lah kau terlalu sibuk mengurus pesantren " tanya abi

" Tidak abi.. Aku tidak sakit" jawab ku datar. Aku tidak ingin membuat abi khawatir.

"Lebih baik kita periksa ke dokter tentang kondisi mu nak, abi dan umi khawatir"  lanjut umi

"Tidak perlu umi.. Aku baik-baik saja, terima kasih atas kasih sayang umi dan abi"

"Jangan begitu nak.. Kau tetap anak kami, kami sangat khawatir pada mu, lebih baik sore ini kita ke dokter. Kata penjaga dapur, kau jarang terlihat mengambil makanan di dapur.. Ada apa nak? Apa kau ada masalah? "

"  Tidak Abi.. InsyaAllah aku baik Abi.. Doakan saja anak mu ini"

"Baik lah anak ku.. Kami selalu mendoakan mu. Nanti kalau kau butuh sesuatu jangan sungkan bilang sama abi atau pun umi"
Mereka menepuk lembut bahu Ari kemudian meninggalkan Ari seorang diri.

Aku dan kamu dalam doa (complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang