Pesta Perkawinan

1.4K 54 1
                                    

Setelah sholat subuh Muhi sudah duduk manis untuk dirias. Hari ini adalah resepsi perkawinan nya dengan Adnan. Muhi manut saja dengan apa yang dikatakan penata rias nya. Ia ingin tampil cantik di depan suami nya. Hati nya sekarang dipenuhi dengan berbagai macam bunga. Inner beauty nya terpancar jelas. Hati dan pikiran nya yang tengah bahagia memperlihatkan aura kecantikan sesungguhnya. Sebenarnya ada rasa tak sabar  di dalam hati nya ingin berada dekat suaminya yang gagah itu. Panah asmara itu telah tepat mengenai sasaran nya. Jelas ia sekarang telah mencintai suami yang telah mencintai nya itu. Segaris torehan manis di sudut bubur nya itu tak pernah hilang, senyum itu terus menghiasi wajah imut nya. Tak dapat dilukiskan dengan kata-kata bagaimana perasaan nya sekarang. Tak henti-hentinya ia mengucap syukur alhamdulillah atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt, baik itu nikmat kesehatan, nikmat telah dikelilingi oleh keluarga yang menyayangi nya serta nikmat dicintai dan mencintai suami nya.

Muhi sekarang telah selesai di rias dan telah mengenakan gaun pengantian putih yang menutup aurat namun terlihat menawan dilengkapi dengan hijab yang menjuntai menutup dada dengan warna senada.
Ia takjub melihat penampilan nya yang boleh dikatakan cantik itu. Ia pun memutar-mutar tubuh nya di depan cermin. Seakan melihat bayangan di depan cermin itu adalah halusinasi saja. Ia pun meraba wajah nya, bayangan di cermin pun melakukan hal yang sama.. Ah.. Ternyata ini tidak mimpi. Muhi baru tersadar bahwa itu memang dirinya. Senyuman di bibir nya pun terus mengembang.

"Waw... Kak Muhi cantik banget.. "

" Ah.. Qilla tau aja, hehehe" Muhi nyengir.

"Ayo kak.. Kita berangkat.. "

" Engga nungguin ka Adnan dulu"

"Ntar kita ketemuan disana aja, tadi om Zacky telp bilang gitu"

"Oooo"

Adnan pov

Adnan terlihat gagah dengan tuxedo yang ia kenakan. Ia begitu tampan apalagi senyum yang tak pernah pudar itu selalu menghiasi wajahnya. Ia pun sudah tak sabar lagi untuk bertemu dengan seseorang yang selama ini telah mengusik jiwa dan raga. Ia ingin sekali menatap wajah teduh juga imut milik istrinya. Ia ingin sekali melihat senyum di bibir mungil itu. Muhi memang selalu memberikan efek padanya walaupun hanya sekedar mengingat, hati nya sudah berdebar. Sungguh hanya pada Muhi, ia merasakan getaran ini. 10 tahun lamanya ia memendam rasa itu dan akhirnya ia pun dipertemukan dalam ikatan suci dengan gadis yang ia cintai dalam diam.

Tiba-tiba pintu kamar Adnan terbuka

"Nak.. Kamu sudah siap? Ayo kita berangkat " ajak bunda

" Sudah..o iya bun.. Kita jemput Muhi dulu kan bun"

"Ooo engga nak.. Kita ketemuan disana aja, tadi ayah udah nelpon papa mertua mu, kamu engga papa kan kalo kita ketemuan disana aja"

Adnan mengangguk lemah.

"Bunda tau kok.. Putra bunda ini sudah engga sabar lagi untuk ketemu istrinya, tapi kapan lagi kami ngerjain kalian.. Hehehe" kata bunda terkekeh

"Bunda bisa aja.. Adnan jadi malu nich bun.. " jawab Adnan

" kamu belum gituan kan ama Muhi"

"Iiih..apa ini sich bunda.. Mesum aja pikiran nya" jawab Adnan sambil senyum senyum sendiri mengingat masa-masa yang ia lewati hanya berdua dengan Muhi, tapi jangan pada negatif pikiran nya, karena walaupun mereka berdua tidur di ranjang yang sama bendera palang merah telah berkibar..makanya Adnan dan Muhi belum begituan.

"Ditanya kok malah ngelamun" tanya bunda sambil menyenggol tangan Adnan

" Eng... Engga kok bun.. Adnan belum ngapa-ngapain Muhi" jawab Adnan gugup

Aku dan kamu dalam doa (complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang