•12• Mencoba

177 8 4
                                    

Kamu bisa bersabar sedikit? Aku tengah berusaha membuka hatiku untukmu.

-Little Change-

🌹

Pagi Minggu. Matahari pagi telah menampakkan dirinya dari ufuk Timur. Cahayanya yang terik mampu menembus kaca. Burung-burung pun ikut serta dalam menyambut pagi yang cerah ini. Mereka bercicit seperti membuat sebuah nada dan menyanyikannya dengan merdu.

Walaupun pagi ini membuat semua orang merasakan mood yang baik, itu tidak berlaku bagi Thessa. Raut wajahnya menandakan jika ia lagi bete. Sejak kemarin, ia masih memikirkan tentang kejadian yang benar-benar menguras otak.

Hal yang terlintas dikepala Thessa jika ia menjalin hubungan asmara dengan Bintang, yaitu sakit hati. Ya, itu yang mejadi pikirannya.

Mengapa Thessa bisa mengenal sakit hati itu padahal ia belum merasakannya? Itu dari Caesa, kakaknya. Caesa selalu bercerita kepada Thessa jika ia baru menjalin asmara dengan pria yang ia sukai. Dengan semangat 45, Caesa menceritakan dari awal ketemu sampai akhirnya memutuskan jadian.

Dan beberapa bulan kemudian, Caesa kembali lagi bercerita. Tetapi, ini beda kisah. Kisah yang menguras air mata. Apalagi jika bukan sakit hati. Caesa mengungkapkan isi hatinya dan bulir air matanya juga turut serta dalam ambil bagian.

Yang bisa dilakukan Thessa hanya menenangkan kedalam dekapannya. Thessa pengin memberi solusi, tapi ia belum pernah mencobanya. Jadi, Thessa menyimak saja.

Dan sekarang, perasaan dilemanya muncul.

Bagaimana jika Bintang meninggalkannya tanpa alasan?

Bagaimana jika Bintang tidak mencintainya lagi dan beralih keperempuan lain?

Bagaimana jika Bintang tidak sabar menunggu Thessa dan berhenti mengejarnya?

Bagaimana ... ah, terlalu banyak bagaimana dalam hidup Thessa. Yang jelas, Thessa belum merasakan apa yang namanya sakit hati. Tapi, ketika ia mencoba menepisnya, pikiran itu selalu menolak untuk pergi. Seolah-olah membayanginya jika jatuh cinta itu tak seindah dalam drama. Hanya bikin kita nangis, kecewa, gundah, gulita, dan galau.

"Lo kenapa, sih? Dari tadi nunduk-geleng-nunduk-geleng. Sendok dimain-mainin. Kek orang galau, aja." Cibir dari Caesa seketika menyadarkan Thessa dari khayalannya.

Thessa nyengir dengan lebar. "Tau aja sih, Kak. Adikmu ini lagi diambang kebingungan," ucapnya dramatis.

"Eleh, lo emang bisa galau? Setau gue, ya, lo itu anaknya kalo gak kemakan emosi, ya gila. Itu aja," tutue Caesa kelewat jujur. Membuat Mami dan Papinya tertawa.

"Emang ada yang suka sama kamu, ya, Dek?" tanya Damar sembari melirik putri bungsunya yang langsung memanyunkan bibirnya.

"Iya dong, Pi. Papi liat dengan jelas, Eca sebenarnya udah cantik. Tinggal dipoles dikit aja, Tadaa! Cantiknya kek Mami," sahut Eka.

Thessa menaikkan sebelah alisnya. "Emangnya aku mentega apa? Di poles-poles."

"Cie, pipinya merah," goda Papinya menambah mood Thessa menambah buruk. Thessa mengerucutkan bibirnya, ia bangkit dari kursi. Thessa sudah selesai sarapan.

Damar mengerutkan dahinya. "Kok nggak diabisin? Kan kamu biasanya nambah dua kali paling dikit."

"Palingan mau diet, Pi. Biasa, Eca lagi kasmaran," ejek Caesa seraya tertawa dikursi makannya.

"Kenyang Pi. Aku keatas dulu, ya?" pamit Thessa mengabaikan ejekan Caesa. Kakinya menaiki anak tangga satu-satu dan membawanya menuju kekamar.

Setelah terdengar pintu kamar Thessa ditutupnya, Caesa bangkit dan menyusul adiknya itu kekamar Thessa. Karena Caesa kepo, sejak kapan Thessa yang notabennya nggak pernah suka sama laki-laki bisa galau begitu? Malah, Caesa berpikir, Thessa jangan-jangan lesbi? Nggak mungkin, kan?

Little Change [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang