•5• Kenangan

62 10 0
                                    

Hidupku memang kelabu. Makanya aku butuh kamu untuk membuat hidupku jadi berwarna. -Little Change

🌸

Definisi Minggu bagi Thessa; hari dimana aktivitas yang berbau dengan pelajaran dilepaskan. Biarkan otak menari semaunya sampai ia bisa merasakan kebahagiaan tanpa materi-materi dan angka yang selalu menghantui pikirannya.

Dan bagi Thessa, minggu adalah waktu yang tepat dimana ia bisa tidur dan bangun dengan semaunya. Tanpa gangguan dari siapapun kecuali ...

"Thessaria Aldini!"

Teriakan Kakak perempuannya dari luar membuat Thessa mau nggak mau harus bangkit dengan malasnya dari singgasananya.

Thessa membuka pintu kamarnya dan menatap Caesa datar. "Apa?"

"Bangun! Lo dipanggil Papi dibawah."

Napas Thessa tercekat. Hari ini, ia tidak mau berurusan dengan apa yang membuat ia emosi. "Bilang aja entar malam, masih pagi ini," tolak Thessa yang hendak menutup lagi pintu kamarnya dan ditahan oleh Caesa.

"Masih pagi? Lo liat sekarang jam berapa. Jam 11 Adikku, Thessa," cetus Caesa dengan tangan terlipat didepan dada.

"Kak," bisik Thessa dengan mata yang masih terbuka setengah. "Lo tau 'kan? Papi pasti ngebahas nilai gue disekolah. Belum lagi masalah dua hari yang lalu. Mampus Kak, gue."

Caesa mendesah. "Lo hadapin aja dulu. Entar, gue bantu ngomong."

Sejenak berpikir, akhirnya Thessa setuju. Ia membalikkan tubuhnya dan masuk kekamar mandi untuk sekedar mengusap wajah dengan air.

Beberapa detik kemudian, Thessa keluar dari kamarnya dan mengikuti Caesa dari belakang menuju tempat Papinya. Sambil menuruni tangga, ia sibuk dengan pikirannya.

Setelah mereka sampai dilantai satu, Thessa menerawang disekelilingnya. Dengan begitu serius, ia mencari sosok berperawakan rahang keras.

"Kamu ngapain liat-liat kayak gitu?"

Sontak, Thessa membalikkan tubuhnya dan menemukan sosok pria bertubuh besar dan berkumis tipis. "Eh, Papi," cengir Thessa kepada Damar, Papinya.

Thessa mencium tangan Damar dan dibalas pelukan sangat erat oleh Damar. Ia mengusap rambut anak bungsunya itu. "Eca kangen Papi, nggak?"

Lah, kenapa Papi gue mendadak lembut gini? Biasanya masang muka garang. Segera, Thessa mengangguk, "banget, Pi." Kalo lagi baik.

Perlahan, mereka melepaskan pelukannya. Caesa masih berdiri didekat tangga sembri memainkan jarinya diatas layar ponsel itu. Thessa celingukan mencari sosok Maminya yang dari tadi tidak ia temukan.

Seolah mengerti tingkah Thessa yang kebingungan, Damar menjawab, "Mami lagi arisan."

Thessa menoleh dan ia balas hanya manggut-manggut. "Pi, kata Kak Caesa Papi panggil aku, kenapa?"

"Oh, iya. Ikut Papi sini."

Thessa menurut dan segera mengikuti perintah Damar. Keduanya melangkah menuju taman belakang yang dibuat Papinya dulu ketika Thessa dan Caesa waktu masih kecil. Terlintas dibenak Thessa, ia merindukan sosok lelaki yang berjarak 5 tahun darinya. Lelaki yang sangat Thessa sayangi dahulu. Lelaki yang selalu membelanya dimanapun dan kapanpun mereka berada. Lelaki yang Thessa rindukan sampai sekarang.

"Pi, Eca jadi kangen Bang Fatah," suara Thessa bergetar.

Damar menoleh kebelakang dan menarik Thessa kegenggamannya. "Papi juga, Eca."

Little Change [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang