•25• Hantaman

41 4 0
                                    

Semua terjadi bukan karena ketidak sengajaan, tapi skenario Tuhanlah yang berjalan.

-Little Change-

🌹

"Huhhh."

Sudah 3 hari ini, Selo bolak-balik rumah sakit karena menjaga Bintang yang tak kunjung sadar. Setiap pulang sekolah, Ardi bergantian dengan Lia untuk menjaga Bintang, sedangkan Lia kembali ke rumah sekadar mandi atau mengambil pakaian bersih dan menaruh pakaian kotor.

Apalagi minggu ini Ujian Akhir Sekolah semester satu. Tapi, Selo tak ambil pusing dengan itu. Karena nilai UAS diambil hanya 20% saja untuk dimasukkan ke dalam rapor.
Tapi tetap saja, secara Selo murid pindahan yang belum tahu sistem penilaian di sekolah ini. Jadi, ia hanya menerima dengan ikhlas apa hasilnya entar.

Toh, nilai tak berpengaruh bagi masa depan kita, bukan?

Sekali lagi, Selo melirik ke arah jam yang menunjukkan pukul 8 lewat 15 menit. Lagi-lagi ia menghembuskan napas kasar. Matanya menatap Bintang yang masih bergeming di tempat. Mesin EKG yang menampilkan alur jantung Bintang stabil, tidak ada tanda-tanda keanehan. Selo menatap tajam mesin itu dan ingin menghancurkannya sekarang juga karena ia sangat kesal.

Iya, kesal. Kenapa Bintang belum sadar juga sampai sekarang?

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu yang berasal dari luar membuat Selo mengalihkan pandangannya. Ia bangkit dan berjalan untuk membukakan pintu itu.

Selo terkejut melihat gadis mungil dengan membawa dua buah paper bag serta buket bunga mawar merah yang digenggam oleh kedua tangannya tersenyum manis ke arah Selo. Selo diam, kemudian membalas dengan senyum segaris.

"Ini bener ruangan Bintang, kan?" tanya gadis itu. Selo mengangguk.

Tanpa disuruh, Fia masuk keruangan tersebut dan meletakkan paper bagnya. Kemudian, ia melangkah ke tempat di mana Bintang berada. Pun ia menaruh buket bunga itu di atas nakas bangkar Bintang.

Senyum renyah pun terpampang jelas di wajah mulus milik Fia. Matanya berkaca-kaca menatap badan Bintang yang dipenuhi alat pendeteksi jantung serta selang infus yang bertengger di punggung tangannya.

"Bin ..., gue kangen ..." Tangis Fia pecah saat itu juga. Selo memperhatikan setiap bulir yang jatuh dari balik mata Fia. Tulus.

Selo menghampiri, entah mengapa, tangannya terasa gatal untuk mengusap kepala Fia dengan lembut. Akhirnya, Selo lakukan itu.

Fia mendongak ke sisinya. Terdapat Selo tengah tersenyum ke arahnya. Tangan Selo terlepas dari kepala Fia. "Tadi senyumnya manis banget, saya suka."

"Dan sekarang, kamu malah nangis. Untuk apa kamu nangis? Dia sehat, kok. Dia cuma istirahat sebentar," lanjut Selo yang masih memamerkan senyum segarisnya itu. Fia diam, lalu ia terkekeh seraya mengusap jejak air matanya.

"Gue cuma khawatir sama dia," ujar Fia jujur.

Selo sedikit menunduk untuk menatap wajah Fia yang dilihat dari sisi manapun memang terlihat lucu. "Kamu suka sama dia, ya?"

"Eh?" Fia membelalakan matanya. Seketika, pipinya memerah. "Ng-Nggak! Lagipula, dia udah punya pacar, kok!"

"Jadi? Kenapa kamu masih sempet jengukin dia yang bukan siapa-siapa kamu?" Pertanyaan Selo terus mendesak Fia untuk berbicara. Sebenarnya, Fia senang ada yang peduli dengannya. Tapi, ketika Fia hendak menjawab, justru hatinya semakin sakit.

Little Change [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang