•14• Khawatir

131 7 2
                                    

Hanya melihat senyum tulusmu saja, itu menjadi obat terampuh bagiku.

-Little Change-

🌹

"Jadi, lo ditembak sama Bintang?!"

"Dan Thessa baru cerita sekarang setelah sepuluh hari yang lalu?!"

Kalista dan Thalita heboh sendiri setelah Thessa menceritakan apa yang mengisi pikirannya sekarang. Thessa tidak tahan jika masalahnya terus dipendam dan mengakibatkan Thessa pusing sendiri. Apalagi semenjak Bintang menyatakan perasaannya, anak itu menghilang bak ditelan bumi.

Sekarang, tiga cewek itu sedang berada di rumah Kalista selepas pulang sekolah. Melepas rasa penat sembari beristirahat serta bercerita agar tidak menambah beban dipikiran.

Thessa memutar bola matanya malas. Ini jadinya jika ia baru menceritakan hal lama yang baru diberi tahu. Heboh. "Iya, dan gue sekarang kayak bingung, pusing, galau sendiri."

"Kenapa?" tanya Thalita seraya menggigit-gigit ujung sedotan.

"Ya itu." Thessa menghela napas pelan. "Selama beberapa hari ini, dia itu kayak menghilang gitu aja tanpa kabar. Gue juga bingung. Gue udah coba line dia nyampe isi chat-an gue sama dia itu spam semua."

Kalista mengerutkan keningnya dalam-dalam. "Lo udah nanya sama Ardi?"

"Udah," jawab Thessa memelas. "Katanya, Bintang keluar kota sama keluarganya."

"Hah?" Thalita menghentikan aktivitasnya dan ia memutar badannya berhadapan dengan Thessa. "Kalau dia sama keluarganya keluar kota, masak iya, sih, dia nggak bisa bales line lo?"

"Nah, itu otak lo jalan Thal," ejek Kalista sambil menabok pundak Thalita. Thalita menatap tajam kearah Kalista.

"Tapi, gue setuju sama Thalita. Kecuali, kalo dia di hutan. Hutan kan nggak ada sinyal, apalagi wifi. Ya nggak?"

"Goblok!" Thessa terbahak mendengar ujaran dari Kalista. Memang, Kalista itu kadang bisa bijak, kadang lebih dewasa, kadang gilanya kumat.

Semuanya terdiam lagi. Thessa menggigit bibir dalamnya. Gelisah.

Kalista menatap Thessa seraya mengambil napas untuk berbicara. "Kenapa nggak lo tanya aja sama Kak Caesa? Kan dia temen akrab Kakak Bintang? Siapa tuh namanya gue lupa."

"Anjir! Iya juga, ya? Kenapa otak gue nggak mikir kek gitu?"

Kalista mencebikkan bibirnya. "Makanya, jangan itung-itungan mulu yang lo selesain, pikirin juga nasib cinta lo."

"Iya," timpal Thalita, "Thessa mah matematika mulu yang dipikirin. Jangan-jangan, lo gantungin Bintang pake rumus trigonometri, ya?"

"Trigonometri aja, terus!" balas Thessa kesal.

Mereka berdua tertawa seraya mengejek Thessa yang terlihat bete. Tawa mereka mereda setelah Thessa membantingkan tubuhnya diatas kasur milik Kalista dan memejamkan matanya.

Semua bergulat pada pikiran masing-masing. Tidak ada lagi yang berbicara. Thessa juga bingung hendak bicara apa. Apalagi Kalista dan Thalita.

Lo kemana sih? Tahu nggak? Gue khawatir sama lo!

***

Bintang menatap keluar jendela mobil dengan pandangan kosong. Dahinya menopang pada kaca mobil. Tangannya saling bertautan satu sama lain.

Memang, hari ini Bintang sudah diperbolehkan pulang setelah 2 minggu dirawat dirumah sakit. Selama itu juga, Bintang belum pernah mengaktifkan ponselnya dan tidak mengabari Thessa yang notabennya gebetan.

Little Change [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang