•21• Sepupu Jauh

86 11 0
                                    

Sejauh ini, cuma kamu yang aku perhatikan. Masa bodoh dengan semuanya, yang penting kamu tetap terjaga keasriannya. Seperti le mineral.

-Little Change-

🌹

"Gue balik duluan, ya? Lo bisa pulang sendiri?" tanya Bintang khawatir.

"Astaga." Thessa berdecak. "Gue nggak pa-pa, kali! Pikirin tuh kesehatan lo. Lo pucet banget."

Bintang tersenyum tanpa sepengetahuan Thessa. Yang Thessa liat hanya matanya yang menyipit karena mulut dan hidungnya tertutup helm full facenya. Tangan Bintang bergerak mengacak rambut Thessa gemas. "Hati-hati. Kalau ada yang nyakitin lo, bilang gue."

"Ish, apa sih! Lebay," cibir Thessa. Bintang menutup kaca helmnya dan melajukan motornya. Thessa melambai-lambaikan tangannya di udara. Menatap punggung Bintang sampai hilang dalam penglihatannya.

Thessa kemudian masuk ke dalam sekolahnya. Tak luput, ia diintrogasi oleh sang satpam yang bertanya dari mana ia tadi? Siapa pria berpakaian sama seperti seragam SMA Pancasila? Thessa tak berniat menjawab semua pertanyaan itu. Lantas, ia melengos pergi meninggalkan satpam yang berteriak memanggilnya.

Sementara itu, di motor, penglihatan Bintang semakin remang-remang. Mimisannya tak kunjung mereda. Kepalanya juga pusing, tapi nggak separah dulu.

Motornya melaju pelan tatkala melihat tulisan besar "APOTEK" di seberang jalan.

"Kesana dulu kali, ya? Kalo gue ke rumah kayak gini, Bunda bisa-bisa bawa gue ke rumah sakit. Terus, diinfus. Nggak lah, bentar lagi UAS. Gila aja gue susulan," omelnya terhadap diri sendiri. Akhirnya, ia menghidupkan sen motornya ke kanan dan menepi benda roda dua itu di depan apotek.

Setelah melepas helm dan mengacak rambutnya sebentar, Bintang turun dari motor dengan handuk kecil yang masih menempel di hidungnya. Handuk itu sebagian sudah terkena noda merah. Entah sampai kapan mimisan Bintang berhenti.

Pintu apotek terbuka otomatis. Bintang lantas melangkah menuju meja tempat ia memesan apa yang ia perlukan.

"Tante, saya pesen obat buat berhentiin mimisan sama meredakan sakit kepala."

Penjaga itu sempat menatap wajah Bintang yang sudah pucat pasi. Segera, Penjaga itu mengangguk dan pergi meninggalkan Bintang yang tengah sibuk menyeka darahnya.

Tak lama kemudian, Penjaga itu datang memberikan sekantung obat yang Bintang perlukan. Lantas, Bintang tersenyum dan membayar total belanjaannya.

"Oh iya," sela Bintang saat ia menerima kembaliannya. "Bisa saya minta minum? Mau saya minum obatnya sekarang, Tan."

"Boleh, kamu duduk di situ aja. Entar saya antar kesana," ucap Penjaga itu. Bintang mengangguk seraya berjalan menuju kursi yang disediakan oleh toko tersebut.

Beberapa detik kemudian, Penjaga menyodorkan sebotol air mineral. Bintang menerimanya dengan senang hati. "Makasih."

"Ya sudah, saya kembali lagi, ya? Cepat sembuh," pamit Penjaga dengan tersenyum. Bintang pun membalas senyumnya dengan senyum simpul.

Setelah penjaga itu pergi, Bintang mengobrak-abrik semua isi di dalam kantung tersebut. Ada 5 macam obat yang harus Bintang minum. Dengan sekali hap, Bintang menenggak air mineral sampai sisa setengah.

"Semoga lah mengurang sakitnya," gumam Bintang.

Untunglah, sekitar 15 menit kemudian, obat itu bereaksi cepat. Darahnya yang terus mengalir berhenti seketika. Kepalanya yang ia rasa sakit tadi menghilang perlahan. Mata Bintang berbinar takjub. "Anjir! Mempan juga nih, obat!"

Little Change [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang