•36• Kerinduan seorang Thessa

50 4 0
                                    

Aku rindu, sangat.

-Little Change-

🌹

Hari Sabtu adalah hari pembagian rapor di SMA Pancasila. Baik siswa kelas 10, 11, dan 12 akan menerima rapor semester ganjil mereka dan melihat prospek nilai dari awal masuk tahun ajaran baru sampai sekarang.

Di saat itulah, banyak jantung yang hampir copot karena nilai. Yang tadinya suka bolos dan tak pernah mendengarkan penjelasan guru tiba-tiba tobat nasuha dan merasa menyesal. Akhirnya mereka menyadari, jika penyesalan itu datangnya belakangan. Kalo awal, namanya pendaftaran.

Begitu juga dengan suasana kelas XI IPA 2. Riuh anak-anak murid di kelas tersebut memenuhi seluruh sudut kelas. Tampak ada yang deg-degan, bahkan terlihat biasa saja. Seolah ini hanyalah angin berlalu.

"Thes," panggil Kalista kepada Thessa yang sedang menyeruput es teh ditemani dengan ponselnya.

Kini, Kalista dan Thessa berada di kantin untuk melepas kegegeran di kelas mereka. Thessa pusing melihat anak-anak kelas ribut sendiri bahkan sampai heboh. Entah apa yang mereka ributkan, yang jelas Thessa lebih baik menyingkir daripada ia mengamuk nggak jelas kepada mereka.

"Lo udah agak mendingan, kan?" tanya Kalista dengan nada cemas. Kalista menatap intens mata Thessa yang memandangnya bingung.

Setelah mencerna pertanyaan Kalista, Thessa mengangguk dengan senyum tipisnya. "Lo nggak usah khawatir. Gue baik-baik aja. Jauh lebih baik."

"Gimana nggak khawatir! Lo aja murung mulu tiap kita ngobrol bertiga. Tapi, pas ketauan sama gue, sedih lo itu langsung lo sembunyiin," ujar Kalista.

Thessa menggeleng pelan. Ia menyedot es tehnya sebelum menimpali kekhawatiran Kalista kepadanya. "Lo liat aja sekarang. Emang gue sedih? Bintang itu berobat, bukan tewas dan dikubur di sana. Yang bisa gue lakuin cuma doa. Itu aja."

Kalista memutar bola matanya. "Kan kirain, pe'a."

Tawa Thessa mengembang. Kalista memperhatikannya, dalam hati ia bersyukur jika Thessa tak bersedih terlalu lama. Kalista mengira, jika Thessa akan terus-terusan menutup dirinya seperti hari di mana kepergian Bintang menuju Australia. Saat itu, Thessa pingsan dan baru sadarkan diri ketika 3 jam lamanya. Malam harinya, ia mengurung diri di kamar dan mogok makan. Dan akhirnya, berat Thessa turun 3 kilogram secara drastis.

Tapi yang sebenarnya, bukan itu yang Thessa rasakan. Ia terpaksa memakai topeng untuk membuat orang lain tak begitu khawatir dan kasihan kepada Thessa. Sebetulnya, Thessa benci dengan keadaan seperti ini. Tetapi, apa boleh buat? Cara ini satu-satunya yang bisa membuat mereka lega walau Thessa merasakan pedih yang tak dapat mereka rasa.

Suasana kembali menyelimuti meja tempat mereka duduk di kantin. Baik Thessa maupun Kalista menunduk untuk memainkan ponsel mereka. Diam-diam, Kalista melirik Thessa yang menatap kosong di ponselnya. Benar aoa yang dikatakan oleh hatinya, Thessa tidak baik-baik saja.

Kalista kini beralih menatap ponselnya dan mencari kontak orang yang ia hendak bertukar pesan dengannya. Setelah menemukan, jempol Kalista beradu di papan tombol untuk mengetikkan sesuatu di dalam sana.

Kalista: Talitha di mana? Sekolah nggak lu?

Tanpa menunggu waktu lama, pesan terbalaskan dari sosok yang daritadi Kalista tunggu, Talitha.

Talitha🐨: Ih, kan Talitha udah ngomong kemaren kalo Talitha nda masuk krna ke Bandung. Rapornya diambil nti siang ama tante. Emg kenapa?

"Etdah." Kalista memukul jidatnya. Ia lupa kalau Talitha tak dapat hadir di sekolah untuk menemani kesendirian Thessa bersama dengan Kalista karena ada keperluan keluarga. Kalista menggigit bibir bawahnya, lagi-lagi ia memainkan keypad di ponselnya.

Little Change [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang