•40• Last

75 3 0
                                    

Bolehkan aku memelukmu dan tak akan melepaskanmu lagi? Jangan salahkan aku. Ini kemauan rinduku, karena tak terpenuhi.

-Little Change-

🌹

00.55

Suasana dingin menyambut Thessa di luar selimut. AC yang bersuhu 25°C itu tampak begitu dingin hingga membuat tubuh gadis itu meringkuk dari balik selimut. Tapi, itu tak jadi penghambat bagi Thessa. Baginya, dingin itu merupakan hal ternyaman dalam hidupnya. Karena apa? Pada saat itulah, ia butuh pelukan yang hangat untuk melindunginya dari itu.

Yah, meski cuma guling yang ia peluk. Namun, tak jadi masalah. Asal, tidur Thessa nyaman tanpa hambatan. Itu saja cukup.

Di samping itu, segerombol manusia beserta keluarga Thessa tengah menyiapkan kejutan sederhana bagi cewek berperawakan tomboy itu. Bahkan, dua anak yang selalu heboh dari zaman zigot itu berceloteh panjang-lebar. Sesekali berpelukan melepas rindu, sedetik kemudian nangis, setelah itu tertawa. Lalu kembali ke fase awal. Heran.

Sedangkan, sekelompok cowok yang tengah meniup balon juga tak kalah heboh. Di dekat mereka tersedia kopi hitam khas bapak-bapak penjaga pos ronda. Kalian taulah, bagaimana kalau cowok sedang kumpul. Sampingkan lah urusan kangen, mereka malah membahas hal tak penting. Contohnya: game. Atau apa saja yang berbau lelaki.

"Woi, udah??" teriak cewek dengan rambut cokelat serta dikuncir tinggi. Semua mengangguk.

"Cus, kita ke atas!"

Rombongan teman-teman Thessa dari SMA dan kuliah berjalan tergopoh-gopoh menaiki tangga. Mereka seolah semut yang menggotong remahan makanan yang berkerumun. Sesekali, mereka cekikikan. Mengundang tawa yang kemudian diam sekejap.

Setelah sampai, salah satu di antara mereka membuka pintu kamar Thessa. Hitungan ketiga, cewek itu membuka pintu dengan teriakan melengkingnya.

"HAPPY BIRTHDAY, THESSA!!"

Thessa yang tertidur nyenyak lantas melonjak kaget sambil memegang jantungnya. Napasnya terdengar cepat, rasa terkejutnya tak bisa ia pungkiri. Matanya yang terdapat lingkar hitam karena kurang tidur melotot sempurna. Ia kaget bukan main.

"Sumpah, mau mati gue!" teriak Thessa. Belum ngeh dengan keadaan. Lantas, Thessa mengambil kacamatanya di atas nakas dan betapa terkejutnya ia ketika melihat semua orang yang ia rindukan berada di sini.

"SAYANG AKU!!" Talitha berhambur memeluk Thessa dari depan. Tak sadar, air matanya jatuh. Rasa rindu yang ia tahan akhirnya meletus juga. Thessa membalas dekapannya sambil mengelus punggung Talitha.

"Gimana kabar lo?" Thessa menjauhkan Talitha dari pelukannya. Tangannya yang kecil menangkup pipi Talitha yang kian mengembang. "Nambah gendut, nambah pesek, nambah tembem, nambah—"

Omongan Thessa terputus saat Talitha memukul pundak Thessa jengkel. Thessa terkekeh, lalu memeluk kembali. "Makin manja, tapi gue sayang."

"Udah, woi! Udah. Ini lilin udah mau cair, nih!" celetuk Terre yang justru membuat Thessa mendengkus.

Ketika Thessa hendak meniup, tiba-tiba bahunya didorong pelan oleh cowok depannya. Siapa lagi jika bukan Venan. "Asal nyelonong aja. Lo nggak mau bikin harapan dulu?"

Little Change [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang