•20• Misteri

79 9 11
                                    

Semua tentang kita akan ku ingat selalu dan ku simpan di dalam memori terdalam.

-Little Change-

🌹

Hembusan angin yang sangat kencang menjadi sorotan pertama yang menyambut kedatangan Thessa dan Bintang di area pemakaman yang terletak lumayan jauh dari sekolah mereka. Bintang memarkirkan motornya tempat para peziarah meninggalkan kendaraan mereka di sana. Kemudian, Bintang menggenggam tangan Thessa dan menuntunnya untuk masuk ke dalam lingkungan pemakaman.

Sejak di perjalanan tadi, berbagai pertanyaan tak luput dari pikiran Thessa. Dan satu pertanyaan mewakili pikiran itu semua, kenapa Bintang membawanya kesini?

Ingin sekali Thessa mengeluarkan suaranya. Udah tahu Thessa orangnya penasaran, malah dibikin semacam teka-teki yang harus dipecahkan oleh Bintang. Kan Thessa maunya langsung bilang, jangan dibentuk seperti rahasia gini.

Ah, tapi itu hanya angan belaka. Thessa mengurungkan niatnya sampai Bintang mengeluarkan suaranya. Sejak tadi, Bintang hanya bungkam. Raganya saja yang bergerak menandakan ia masih dalam keadaan baik, tapi nuraninya? Kita tidak tahu.

Semakin menjauh dari parkiran, maka semakin erat genggaman tangan Bintang. Thessa menatap genggaman itu dan punggung Bintang secara bergantian. Kerutan di dahinya semakin dalam. Thessa benar-benar seperti mati penasaran. KENAPA SIH?! batinnya menjerit.

Langkah mereka terus bersahutan hingga Thessa melihat dari kejauhan kerumunan orang dengan pakaian khas warna hitam. Thessa mendongakkan wajahnya melihat arah mata Bintang yang juga menatap ke arah sana. Thessa kemudian mengangguk samar, jadi ini alasan Bintang ngajak gue ke sini? Terus, yang meninggal siape?

Akhirnya, mereka sampai di tempat orang-orang berkumpul. Thessa dan Bintang berdiri di paling belakang, menyaksikan semua orang berduka cita sampai menitikkan air mata.

Thessa curi pandang ke arah wajah Bintang yang terlihat serius. Kemeja sekolah yang ia keluarkan mendayu-dayu tertiup angin. Rambutnya yang lebat berwarna hitam legam juga melambai-lambai. Thessa diam dan memperhatikannya dengan seksama bagaimana dahsyatnya ciptaan Tuhan yang sengaja Tuhan berikan untuknya.

Setelah berdoa, para peziarah itu berpamitan dan satu persatu meninggalkan tempat pengistirahatan terakhir orang itu. Hanya tersisa beberapa keluarga dan temab dekat saja, seperti Bintang.

Perlahan, genggaman yang menggamit tangan mungil Thessa mengendur. Bintang maju perlahan hingga ia berhadapan dengan batu nisan yang mengukir nama seseorang yang begitu berharga di mata Bintang.

Angkasa Syagafi
Lahir: 17 Juli 1999
Wafat: 10 Desember 2016

Tangannya mengepal. Ia ingin meninju siapapun untuk melampiaskan amarahnya. Kilatan amarahnya muncul di iris mata Bintang. Dadanya naik turun. Emosinya tak tertahankan.

Untunglah, dia tahu tempat dan waktu. Kalau saja dia buta dengan amarah, mungkun nisan di pemakaman ini hancur untuk Bintang jadikan objek tinjuannya.

Bintang kemudian memosisikan tubuhnya di samping nisan tersebut. Ia menundukkan kepalanya meratapi nasib Aksa yang sudah tenang di alam yang berbeda dengannya sekarang. Thessa hanya diam mematung, tidak berani mendekati Bintang apalagi mengajaknya bicara. Memperhatikan dan menyimak apa yang akan dilakukan oleh Bintang.

Keluarga dari Aksa pun bangkit dengan mata serta hidung yang memerah. Kemudian, mereka berpamitan duluan meninggalkan Thessa dan Bintang sendirian. Teman dekat pun yang salah satunya mengenalu Bintang menepuk bahunya dan pamit juga. Thessa tersenyum seraya menatap punggung mereka perlahan menjauh.

Little Change [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang