•29• Penuturan Bintang

34 3 0
                                    

Hati bisa saja berlabuh ke manapun. Namun, ia akan tahu tempat di mana seharusnya ia menetap di sana.

-Little Change-

🌹

Thessa mengerjapkan matanya berulang kali. Matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam iris matanya. Perlahan, ia bangkit dari kasur. Beberapa detik, kepalanya sakit dan membaringkan kembali tubuhnya di kasur bersprei soft blue.

Ekor matanya melirik ke sisinya. Tampak Kalista tengah tertidur pulas dengan guling di pelukannya. Menghadap ke arah Thessa. Wajahnya polos, seperti manusia yang tak ada dosa.

Thessa kemudian mengalihkan pandangannya. Memandang langit kamar berwarna coklat itu. Pikirannya kembali berkelana, mengingat kejadian semalam membuat Thessa ingin menonjok orang.

Entah kenapa Thessa bisa sampai di rumah Kalista. Sepemikirannya, ia berniat pergi ke rumah sakit tempat Bintang dirawat. Ingin menyampaikan keluh kesahnya yang sangat di luar pemikirannya. Thessa saja masih tidak percaya, setan apa yang memasuki tubuh kakaknya itu. Tega banget sama Thessa.

Dan tiba-tiba, mobil Kalista hampir menabrak tubuhnya yang hendak menyeberang jalan. Kalista ingin memaki, tapi dilihatnya Thessa yang tengah menangis di tengah jalan. Kalista melotot, dan menyuruh Thessa masuk. Di situlah, Thessa menangis meraung-raung. Sampai Kalista tak konsen menyetir dibuatnya.

"Kampret," umpat Thessa. Perlahan, ia kembali bangkit. Pandangannya berputar-putar ditambah sakit kepala pula. Thessa meringis pelan. Kakinya ia paksa berjalan dan menuntunnya untuk menuju cermin besar di pojokan kamar.

Pertama Thessa lihat adalah pantulan dirinya yang sangat m e n y e d i h k a n. Mata sembab, rambut seperti orang gila, baju seragam masih melekat di tubuh, dan juga badannya lengket serta bau asam menggelitik hidungnya. Thessa bergidik geli.

Pun Thessa bergerak mundur dan duduk di tepian kasur Kalista. Ia melirik arloji di pergelangan tangannya, pukul 08.00 pagi. Thessa diam sesaat sampai otaknya kembali mengingat tujuan awal ia pergi dari rumah dan mencari tempat curhatnya kala itu.

Bintang.

Segera, Thessa meraih ponselnya di saku rok kanan. Thessa menghidupkan tombol power karena semalam ia sengaja matikan karena pasti Damar dan Eka sibuk meneleponnya.

Ternyata, ponselnya habis baterai.

"Yah ...." Bahu Thessa melemas. Ponsel berwarna silver itu ia banting ke samping pahanya. Dan lampu di otaknya kembali menyala. Akalnya kembali bekerja setelah kejadian semalam.

Thessa berdiri dan mencari ponsel Kalista yang biasanya anak itu charger sebelum tidur. Senyum Thessa mengembang dan diambilnya ponsel itu kemudian melenggang menuju tempat Kalista larut dalam mimpi.

Tangan Thessa mengguncang bahu Kalista keras. Terdengar decakan berkali-kali, tapi mata Kalista setia merem. Thessa tak menyerah, ia kembali mengguncangkan tubuhnya sampai Kalista terbangun dari mimpinya.

"Apa, Anjeng?" Mata Kalista masih setengah terbuka. Nggak tega juga, sih, banguninnya. Tapi gimana, ini darurat banget.

"Password hape lo, apaan?" kepo Thessa.

"Astaga." Kalista mengusap wajahnya kasar. "Bangunin gue cuma karena password hape?"

Thessa mengangguk polos.

Little Change [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang