6. Love is..

71 7 2
                                    

Hari ini sungguh sial bagi gadis yang kini tengah berlari marathon demi mengejar waktu agar tidak terlambat datang ke sekolah. Benar, dia bangun kesiangan karena pikirannya yang terus berkelana pada pria itu sampai dini hari.

Ia mengutuk apapun yang membuatnya makin telat seperti sekarang, seperti mamanya yang tak membangunkannya pagi tadi, supir rumahnya yang hilang tiba-tiba, hingga ban ojek yang tadi ditumpanginya kempes di tengah jalan yang mengakibatkan dirinya harus berlari sampai sekolah.

Saat tengah asik dengan rentetan kesialan yang menimpanya hari ini, ia sampai tak menyadari jika ada seorang pria yang sekarang ini ikut berlari di sampingnya. Bibir gadis itu tak hentinya mengomel sampai sebuah tangan membungkamnya.

"Diamlah."

Gadis itu memekik kala sadar siapa orang yang tengah membungkam mulutnya. Itu pria-nya. Gadis itu masih mengerjapkan matanya tak percaya sampai tangan yang tadi membekapnya beralih menyentil pelan keningnya.

"Aduh."

Gadis itu mengusap pelan bekas kejahatan dari pria itu. Ia mendelik sebal lalu melanjutkan larinya.

"Eh tunggu dong, masa ngambek sih?" Ditariknya hidung mungil gadis itu.

"Apa sih, kamu ngak usah pegang-pegang."

Pria itu terkekeh karena tingkah lucu gadis itu. Mereka mulai melanjutkan langkah mereka. Gadis itu memegangi dadanya kala napasnya mulai tak beraturan. Ia berhenti berlari dan mulai berjongkok untuk mengontrol pernapasannya.

Pria itu mulai berhenti saat ia menyadari tak ada seorang gadis yang tadi tengah lari bersamanya. Ia menoleh kebelakang dan menemukannya tengah berjongkok beberapa langkah di belakangnya.

"Kau tak apa?"

"Iya, aku hanya tak terbiasa berlari."

Sebuah tangan akhirnya terulur di depannya. Gadis itu mendongak dan menemukan pria-nya tengah menunduk seraya tersenyum teduh padanya.

Gadis itu meraih tangan itu dan mereka mulai berlari kembali dengan tempo yang lebih lambat. Tangan itu saling berkaitan menciptakan perasaan hangat.

Mereka mulai melepaskan tangannya tepat di tengah koridor yang memisahkan kelas mereka. Mereka tersenyum pada satu sama lain lantas melambaikan tangan singkat.

Belum sempat mereka masuk ke dalam kelas masing-masing. Suara usiran sudah mereka dapatkan. Akhirnya mereka keluar dari kelas hampir bersamaan.

Mereka menoleh ke arah satu sama lain. Menyadari bahwa mereka berdua telah sama-sama diusir dari kelas, tawa pun pecah dari mereka.

Mereka tertawa bersama menyadari kebodohan mereka sendiri sambil menyusuri koridor sekolah yang sepi tanda bahwa pelajaran tengah berlangsung. Canda tawa pun terlontar dari bibir keduanya sampai mereka keluar dari area kelas menuju taman belakang sekolah.

Tak ada rasa yang lebih menyenangkan selain rasa ini.

***

Love is...

when you still wait for me, though we are running late (and getting kicked out from the class).

***

el ♡

Love Is..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang