19. Love is..

32 4 0
                                    

Hari ini gadis itu sudah dapat masuk sekolah seperti biasanya. Meskipun rona pucat pada wajahnya masih terlihat jelas, tapi ia tetap memaksa masuk. Ia sudah sangat bosan di rumah.

Jam masih menunjukan pukul enam lebih tiga puluh lima menit, jadi kira-kira masih ada sekitar dua puluh lima manit lagi sebelum bel berbunyi. Gadis itu ingin pergi ke taman belakang.

Saat ia ingin berbelok, tak sengaja ia menabrak tubuh seseorang yang mengakibatkannya jatuh tersungkur. Umpatan pun tertangkap jelas di telinganya bersaman dengan bunyi dentuman yang cukup keras.

"Fvck."

"Maafkan aku, aku tak sengaja menabrakmu." Tangan gadis itu terulur bermaksud untuk membantunya.

Orang itu yang ternyata adalah seorang lelaki mulai mendongak dengan tatapan nyalang.

"Maaf tidak akan membuat sakit di pantatku menghilang, dasar gadis ceroboh," gerutunya.

Gadis itu terbelalak kala mengenali sepasang mata coklat terang itu. Lelaki menyebalkan, kalimat itu dengan sendirinya datang di kepalanya. Gadis itu memutar bola matanya lantas menarik kembali uluran tangannya.

"Aku menyesal mengucapkan maaf ke padamu dan jika aku tau lelaki yang aku tabrak tadi adalah kau, sudahku pastikan jika kau tak akan sadarkan diri saat ini," ucapan pedas itu pun keluar dengan sendirinya dari mulut gadis itu.

Dengan cepat ia melengos begitu saja tanpa memperdulikan lelaki yang sekarang ini tengah mengejarnya dengan salah satu tangan yang memegangi pinggangnya.

"Dasar gadis kurang ajar, kau harus bertanggung jawab! Hey! Berhenti kataku!"

Tak ia hiraukan pekikan lelaki itu. Ia terus melangkah hingga ia sampai di taman belakang. Saat ia mengedarkan pandangannya tak ia temukan prianya. Apa mungkin ia belum sampai? Mungkin juga, pikirnya.

Belum sempat ia melangkah ke arah bangku tempat favoritnya berada, sebuah tangan tiba-tiba menariknya dengan cukup kuat, menyebabkannya dirinya hampir terjengkang ke belakang.

"Apa yang kau lakukan!"

"Aku sudah bilang jika aku ingin pertanggung jawabanmu, apa kau tuli?" Lelaki itu berdesis sinis padanya. Gadis itu melotot garang kepadanya. Tangannya pun tak henti-hentinya berontak.

"Aku tidak mau, kau saja yang seenaknya berada di tengah jalan. Jadi itu bukan kesalahanku! Sekarang menyingkirlah!" Gadis itu memekik gemas padanya.

"Aku tak menerima alasan apapun, jadi kau ikut aku." Jawaban santai dari lelaki itu semakin membuat gadis itu berang.

Gadis itu terus memberontak sampai ia menyadari jika ia tak akan mampu melawannya sendiri, apalagi dengan kondisinya yang belum sembuh total. Jadi ia memilih diam dan mengikuti ke mana lelaki menyebalkan ini akan membawanya pergi.

Di sisi lain tempat itu sepasang mata memperhatikan mereka dengan tangan mengepal erat.

***

Love is..

When i try to keep you by my side.

***

el ♡

Love Is..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang