Saat gadis itu akan berbelok ke arah koridor tempat kelasnya berada. Sepasang matanya menemukan sebuah jepit rambut berbentuk bintang yang dikelilingi berlian tepat di bawah kakinya. Sangat cantik, pikirnya. Ia mengambilnya dan mulai mengedarkan padangan untuk menemukan pemilik dari jepitan ini. Tapi nihil, tak ada seorangpun di sini.
Dengan cuek gadis itu mengantongi jepit itu dan kembali melangkah ke kelasnya. Karena kelasnya yang memang agak menjorok ke belakang, ia bisa melihat ke arah taman belakang sekolah.
Di sana, tepat di bawah pohon mangga seorang laki-laki tengah duduk dengan kepala tertunduk. Itu pria-nya. Dengan langkah terburu-buru gadis itu menghampirinya. Setelah tepat berada di depannya, gadis itu duduk tepat di sampingnya.
"Apa kau tak apa, tuan?" Tanyanya dengan suara lirih.
Lelaki itu mengangkat kepalanya dengan lesu. Wajahnya pucat dengan kantong mata yang menghitam menandakan pria yang sekarang berada di sampingnya ini sedang dalam keadaan yang tak baik-baik saja. Gadis itu menempelkan sebelah tangannya pada dahi pria itu. Normal, batinnya.
"Aku tak apa," saut pria itu. "Aku hanya sedang banyak pikiran."
Gadis itu hanya mengangguk dan terdiam, memikirkan sekiranya hal apa yang dapat ia lakukan untuk membantu prianya ini.
"Sebaiknya kau tak memikirkan hal yang tak perlu dan mungkin kau bisa menceritakan padaku hal apa yang membuatmu frustasi."
Pria itu diam sebelum menggumam, "aku tak bisa."
Gadis itu sempat terdiam sejenak sebelum tersenyum kecil, "apa kau tak mempercayaiku, tuan?"
Pria itu segera menggeleng tegas sebelum menjawab, "bukan begitu. Aku percaya padamu, hanya saja aku belum siap menceritakannya."
"Tenang saja tuan, aku hanya bercanda." Gadis itu tertawa. "Tunggu di sini sebentar ya, aku ingin memberimu sesuatu."
Gadis itu segera bangkit berdiri dan mulai berlari kecil menjauhi pria itu. Pria itu hanya terdiam di tempatnya tadi sembari melamunkan sesuatu. Tatapannya menerawang jauh.
Tak berselang lama gadis itu datang dengan es krim di kedua tanggannya. Ide jail pun terangkai dalam otaknya.
"Tuan," panggil gadis itu.
Pria itu menoleh dan dengan segera gadis itu menempelkan salah satu es krim yang di bawanya tadi ke arah wajah tampan itu. Gadis itu tertawa geli melihat prianya terkesiap kaget. Pria itu mendengus geli sebelum mengambil es krim di tangan gadis itu dan balas mencolek wajah gadis itu dengan es krim yang sama. Gadis itu berhenti tertawa dengan wajah cemberut.
Entah bagaimana, sekarang mereka mulai saling mencolekkan es krim pada wajah masing-masing. Tawa pun keluar dari bibir kedua insan manusia itu.
Diam-diam gadis itu bersyukur bisa mengembalikan tawa prianya. Ia suka tawa itu.
***
Love is..
When the happiness
of someone you love is essential to your own.***
el ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is..
Short StoryLove is.. Ku persembahkan padamu kisah tentang arti cinta. Lihat dan resapi agar kelak kau mengerti.