11. Love is..

39 7 1
                                    

Gadis itu terlihat gelisah, sedari tadi ia terdiam di bangku yang biasa diduduki oleh pria-nya. Pikirannya menggembara, memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Tepukan di bahu gadis itu membuyarkan lamunannya. Ia menengadah, menemukan pria-nya tengah menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Apa yang kau lakukan di sini, nona?" Pria itu mengambil tempat duduk tepat di sampingnya.

Gadis itu masih bergeming, bingung harus menjawab apa padanya. Akhirnya ia membuka suara dengan lirih.

"Tidak ada, aku hanya ingin sendiri saja." Gadis itu memalingkan wajahnya ke meja di depannya.

Pria itu mulai mengernyit tak mengerti. Ada yang aneh dengan gadis itu, pikir pria itu. Ia memilih diam saat sadar mungkin suasana hati gadis itu sedang buruk.

Untuk pertama kalinya mereka berada disituasi yang tidak menyenangkan. Keduanya diam, tapi bukan keheningan nyaman yang tercipta melainkan keheningan mencekam yang terasa.

Tak kuasa dengan keheningan ini, pria itu membuka suara. "Aku ingin menanyakan sesuatu padamu, boleh?"

Gadis itu menoleh dan mengangguk singkat tanpa ada kata yang terucap dari bibirnya.

"Aku menyukai seseorang," pria itu berdehem sebentar sebelum melanjutkan, "tapi ada satu hal yang membuatku ragu untuk mengungkapkan hal itu padanya, aku takut dia kecewa saat ia tau kebenarannya. Menurutmu aku harus bagaimana? Diam atau sebaliknya?"

Tubuh gadis itu menegang sesaat sebelum bahu itu merosot turun saat ia mengingat kembali kejadian di ruang musik. Pria-nya menyukai gadis lain. Gadis itu tertawa kecil menertawakan dirinya sendiri sebelum menjawab.

"Menurutku kau harus mengungkapkannya dan soal kebenaran itu, apa maksudmu?"

Pria itu terdiam sesaat sebelum menggumamkan maksutnya, "sesuatu yang akan menyakitinya saat ia mengetauinya nanti."

Gadis itu mengernyit tak mengerti. Sebenarnya ia ingin menanyakan maksud dari ucapan pria itu lebih lanjut, tetapi lagi-lagi kenyataan menghantamnya dengan telak. Ia bukan siapa-siapa pria ini, ia hanya teman. Gadis itu mencoba mempertahankan senyumnya disaat hatinya mulai berdenyut sakit.

"Aku rasa kau harus tetap memberitau perasaanmu padanya dan soal rahasiamu itu, nanti waktu juga akan ikut berpartisipasi dalam mengungkapkan kebenarannya, jadi apa bedanya hari ini atau esok hari?"

Gadis itu menoleh padanya dengan senyum meyakinkan. Meskipun sekarang hatinya sakit karena ucapannya sendiri, tapi ia tak boleh egois. Kebahagiaan pria itu adalah segalanya baginya. Katakan ia bodoh, tapi memang begitulah adanya.

Ia selalu berdoa, agar pria-nya senantiasa bahagia meskipun itu bukan dengannya atau karenanya.

***

Love is..

when I support you in everything you do, either at the moment or future.

***

el ♡

Love Is..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang