14. Love is..

41 6 20
                                    

Hari ini, entah hanya perasaannya saja atau memang benar adanya, jika gadis itu terus merasa ada seseorang yang mengikuti setiap pergerakannya. Ia sesekali bahkan menoleh untuk memastikan itu, tapi nyatanya tidak ada siapapun di belakangnya. Ia menghembuskan napas kesal. Saat ia ingin melanjutkan langkahnya, sebuah tangan tiba-tiba menarik kerah baju bagian belakangnya.

"Akh-" gadis itu memekik tertahan, rasa-rasanya ia hampir tercekik karena tarikan itu.

Ia menggapai-gapai tangan yang seenak jidatnya menarik kerah bajunya semakin keras. "Ahpa khau mahu mhembhunuhku hah?" Seru gadis itu jenggkel.

Tangan itu akhirnya melepaskan cekalannya pada kerah gadis itu. Gadis itu segera memegang lehernya dan terbatuk kecil setelahnya.

"Apa kau gila?!"

Sedangkan pelaku kejahatannya tadi hanya memandang ke arahnya dengan wajah tanpa dosa. Dia adalah lelaki urakan yang tak sengaja ia temui kemarin.

"Tidak, habisnya kau menggemaskan sekali seperti kucing liar."

Kurang ajar, batin gadis itu memaki pria yang sekarang ada di hadapannya ini.

Karena malas meladeni lelaki itu ia mulai melangkah pergi tanpa memperdulikannya lagi. Tapi ternyata rencana hanya tinggal rencana. Lelaki itu segera berdiri di hadapannya dan terus menutupi jalannya. Saat ia ke kiri ia ikut ke kiri, saat ia ke kanan pun lelaki sinting itu tetap mengikutinya.

"Menyingkirlah."

"Tidak mau."

"Sebenarnya kau ini kenapa? Apa kau kekurangan stok orang yang ingin kau jaili hari ini?" Tanya gadis itu lagi dengan geram.

Dengan santai lelaki itu manggut-manggut mengiyakan semua ucapan gadis itu. Gadis itu mulai memutar matanya jengah dan menumpukan kedua tangannya pada pinggang dengan gaya angkuh.

"Minggir atau kau akan aku-" belum selesai gadis itu bermonolog lelaki itu dengan cepat memotongnya.

"Cium? Tentu saja aku mau. Nah sekarang cium aku." Lelaki itu mulai menyodorkan pipinya dengan jari telunjuk yang terangkat ke arah pipinya.

Gadis itu segera memukul wajah lelaki itu. "Dasar gila," seru gadis itu dan berlalu pergi dengan kaki menghentak dan gerutuan disepanjang jalan.

Lelaki itu terkekeh sambil mengelus bekas tamparan dari gadis itu. Tidak sakit tapi agak panas, lelaki itu akhirnya terkekeh lagi dengan pemikirannya sendiri.

Mata lelaki itu mengikuti ke arah mana gadis itu pergi. Masih terlihat punggung kecilnya dari tempat ia berdiri sekarang. Dengan jari telunjuk dan jempol yang ia acungkan membentuk sebuah pistol, ia membidik punggung itu dengan keyakinan.

"Piu," sesuai sasaran yang ia inginkan.

***

Love is..

When i wanna make you mine.

***

el ♡

Love Is..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang