Sejenak ia termenung tepat di depan kelas prianya. Ia ragu untuk masuk karena tak mau dianggap lancang. Ia menoleh ke sekeliling memastikan ada orang atau tidak. Entah kenapa sekarang ia merasa seperti pencuri.
Saat ia menengok ke pintu kelas itu lagi, tiba-tiba pintu itu terbuka. Gadis itu terkesiap kaget lalu mundur beberapa langkah. Seorang lelaki dengan baju berantakan keluar dari kelas itu dengan vape yang berada di genggamannya.
Gadis itu mengernyit kala lelaki itu dengan santainya memakai vape itu tanpa memperdulikan sekitarnya. Bukankah sekolah melarang siswanya untuk memakai alat itu, batinnya. Saat asap dari mulut lelaki itu tepat mengenai wajahnya, gadis itu terbatuk dan mendelik sebal setelahnya.
"Apa yang kau lakukan! Apa kau tidak bisa melihat jika ada orang di depanmu?!" Seru gadis itu dengan emosi.
Lelaki itu hanya tersenyum miring sebelum mendekati gadis itu, "itu urusanku kenapa jadi kau yang repot?" Tanya lelaki itu tepat di depan wajahnya.
Wajah gadis itu memerah menahan emosi. Saat ia hendak memukul lelaki itu dengan kepalan kecilnya, sebuah tangan menahannya. Gadis itu segera menoleh dan seketika raut wajahnya berubah.
"Jangan kau kotori tanganmu dengan menyentuk lelaki itu," kalimat itu meluncur dengan mulus dari bibir prianya.
Pria itu menarik tangan gadis yang ada di genggamanya dengan lembut. Mereka berjalan menjauh dengan diiringi tatapan tajam dari lelaki itu. Di balik bola mata coklat terang lelaki itu ada sesuatu yang ia simpan. Dia berdecih lirih kala mengingat kembali kejadian tadi. Dengan santai ia mulai melenggang ke arah sebaliknya dengan makian lirih entah untuk siapa.
Dua insan itu sekarang telah tiba di taman belakang dan duduk di tempat favorit mereka. Genggaman itu tidak dilepasnya. Mereka diam dan sibuk dengan pikiran yang melayang entah kemana. Sampai gadis itu membuka suara.
"Apa kau tau lelaki tak sopan tadi, tuan?"
Pria itu terlihat diam sebentar sebelum menjawab dengan singkat, "rival."
Gadis itu mengangguk-angguk mengerti, "dia satu kelas denganmu?"
Pria itu mengangguk singkat dan menjawab, "bisakan kita berhenti membicarakannya dan memulai obrolan baru yang lebih bermutu?"
Gadis itu diam-diam melirik ke arah genggaman tangan pria itu yang semakin mengerat entah karena apa. Ia mengangguk.
"Baiklah, lalu kita akan membicarakan apa?"
"Kita,"
Saat itu juga gadis itu menoleh ke arah pria itu dengan terkejut. Apa maksudnya? Apa ia juga menyukaiku?, pikir gadis itu. Senyum mulai mengembang di sudut bibirnya sebelum kalimat yang keluar selanjutnya menghancurkannya.
"Pertemanan kita."
***
Love is..
When you say i'm just a friend to you and i act like i'm okay.
***
el ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is..
Short StoryLove is.. Ku persembahkan padamu kisah tentang arti cinta. Lihat dan resapi agar kelak kau mengerti.