Sekiranya sudah satu jam lebih gadis itu menunggu bus yang tak kunjung datang. Ia menengok ke kanan dan ke kiri dengan bosan. Apakah tak ada angkutan umum lain yang lewat hari ini, pikir gadis itu dengan kesal. Ia sudah sangat lelah. Otaknya semrawut karena dua kuis dadakan hari ini. Badannya juga sudah lengket dan ingin segera diistirahatkan.
Ia melirik ke arah jam tangan biru pastelnya. Jam empat lebih dua puluh lima menit. Sudah cukup sore. Ia tak ingin membuat Ibunya khawatir. Apa lagi sekarang ponselnya mati total jadi ia tak dapat mengabari Ibunya atau memesan ojek online untuknya.
Dengan berat hati gadis itu mulai beranjak menyusuri trotoar untuk mencari ojek di perempatan depan. Belum lama ia berjalan, rintik hujan mulai berjatuhan. Ia menengadah sebentar sebelum berlari mencari tempat untuk berteduh kala rintik itu semakin lebat.
Di depan sana ia melihat sebuah ruko yang sudah tutup. Aku bisa berteduh di sana, pikir gadis itu dan mulai mempercepat larinya.
Saat sudah sampai, gadis itu mulai menepuk-nepuk seragamnya berharap dapat menghilangkan rintik-rintik air yang menempel padanya. Saat ia menoleh, gadis itu baru tersadar bahwa ia tak sendiri di sini. Ada seorang gadis sebayanya dengan seragam yang sama pula ikut berteduh di sebelahnya.
Ia mengamati gadis itu dengan seksama. Rasa-rasanya ia pernah melihat wajah itu. Wajah itu terasa familiar. Tapi dimana?, gadis itu mulai memutar otaknya. Sekarang gadis itu ingat, ia adalah gadis misterius yang bersama prianya tempo hari.
Entah ini takdir atau hanya kebetulan saja. Ternyata memang benar adanya jika bumi ini hanya selebar daun jambu. Iya mengangguk-angguk kecil sebelum pandangannya terfokus pada sepatu miliknya.
Gadis misterius itu bergeming dengan sesekali tangannya memainkan rintik hujan yang jatuh tepat di hadapannya.
"Bukankah hujan itu romantis?" Gadis misterius itu memulai monolognya.
Sedangkan gadis itu menoleh padanya dengan alis bertaut. "Apa maksudmu?"
"Hujan sudah tau rasanya jatuh berkali-kali tapi ia masih mau kembali, bukankah itu hebat?" Pandangan gadis misterius itu menerawang, terlihat tengah memikirkan sesuatu.
"Benar, tapi menurutku alam lebih hebat. Ia rela disakiti setiap waktu tapi ia tetap mau bertahan." Saut gadis itu.
"Tapi alam memberikan bencananya."
"Itu karena ia ingin mengingatkan jika ia hampir mencapai batasannya. Kau tau? Ada saatnya kita bertahan dan merelakan."
Gadis misterius itu tertegun sebentar. Saat ia hendak menjawab, gadis itu sudah berlari menembus hujan.
"Aku harus pergi, sampai jumpa." Teriak gadis itu sambil berlari menjauh.
Gadis misterius itu terus mengulang kalimat itu sampai senyum tipis terukir di sudut bibirnya.
"Kau memang patut dicintai."
***
Love is..
When you can't see it but you can feel it.
***
el ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is..
Short StoryLove is.. Ku persembahkan padamu kisah tentang arti cinta. Lihat dan resapi agar kelak kau mengerti.