Feyla keluar ruangan dengan nafas yang menghembus panjang. Ia sangat bersyukur bahwa ujian pada hari pertama berjalan dengan cepat. Gadis itu sejenak berdiri diambang pintu menunggu seseorang yang masih mengemasi barang-barangnya untuk pulang bersama. Ia tersenyum begitu temannya itu mulai menghampirinya, tapi seketika senyumnya luntur ketika yang didapatnya hanya tatapan dingin seakan mengacuhkan kehadirannya.
"Cal, mau kemana?" tanyanya lalu berjalan mengikutinya. Perempuan bernama Calista itu hanya terus berjalan tanpa mempedulikan pertanyaan yang dilontarkan Feyla. Tak ambil pusing, Feyla pun menyusulnya dan berjalan disamping, tapi hanya sesaat karena Calista buru-buru mendahului agar posisinya tidak berdampingan dengan Feyla. "Cal, apa yang terjadi?" memang, sejak tadi pagi Feyla belum berbicara dengan Calista dan Feyla sendiri memakluminya karena memang saat ini bukan waktunya untuk mengobrol, tapi fokus terhadap ujian.
"Maaf. Sampai disini saja. Aku diantar oleh Chand." Ucap Calista saat mereka berdua telah sampai di gerbang sekolah. Feyla menangkap lambaian tangan Chand beserta senyumannya yang dimana pemuda itu sedang terduduk diatas motor berwarna merahnya, dia berada di seberang jalan. Feyla tersenyum, mungkin Calista sedang tak ingin diganggu, pikirnya.
"Jaga dia baik-baik, pak ketua!" teriak Feyla seraya tertawa kecil melihat Chand yang dibalas oleh senyuman juga.
"Siap! Serahkanlah padaku!" teriak Chand. Feyla mengangguk-ngangguk dan ia pun hanya melihat kepergian sahabatnya dengan senyum. Genggaman hangat dari tangan besar membuat ia terkejut. Siapa lagi jikalau bukan Erlangga.
"Ayo, kita juga harus pulang." Feyla mencubit lengan Erlangga cukup keras yang membuat pemuda itu meringis. "Aw! Aku merindukan hal itu." Feyla menjadi merona mendengarnya.
"A-apa yang kau katakan? Ayo kita pulang, elga!" Feyla berjalan mendahului disusul Erlangga yang tertawa melihat gadisnya. "Ga, boleh antarkan aku membeli boneka?" tanya Feyla seraya sedikit mendekatkan tubuhnya agar suaranya terdengar oleh Erlangga karena mereka saat ini sedang dijalan raya yang ramai, mereka sedang mengendarai motor tentunya.
"Boleh. Memangnya kau suka boneka? Aku terkejut."
"Ish, begini juga aku perempuan. Tapi aku bukan membelinya untukku sendiri."
"Lalu untuk siapa? Kau memiliki seseorang yang istimewa?" Feyla mengangguk.
"Untuk kak Fizar. Dia berulang tahun hari ini." Erlangga tersenyum.
"Kau yakin dia menyukai boneka?"
"Tentu saja. Karena dia menyukai hal yang sederhana." Feyla tersenyum bila ia mengingat pemuda itu.
Beberapa menit kemudian motor terparkir di tempatnya. Feyla meminta Erlangga untuk menunggunya saja diluar sementara dia sendiri masuk kedalam toko boneka itu.
Ia berniat untuk membelikan Fizar boneka rusa, mengingat pemuda itu yang mengakui bahwa ia menyukai rusa. Tangan Feyla menelusuri rak penuh boneka yang terjajar rapi. Matanya dengan lekat mencari boneka berbentuk rusa. Sampai jari jemarinya pun menyentuh sesuatu yang terhimpit boneka-boneka lain, Feyla menebak bahwa itu adalah kepalanya yang sedikit terlihat. Ia pun menggeser boneka-boneka lain hingga ia pun tersenyum ketika yang dicarinya telah ditemukan. Tangannya menarik pelan boneka rusa yang berdiri gagah di rak.
KAMU SEDANG MEMBACA
senja setelah fatamorgana 。[✔️]
Teen Fiction[ COMPLETE ] ❝Kelak kau akan bersama denganku disatu episode kehidupan.❞ 「Feyla F Feranda adalah seorang gadis yang bekerja sebagai pelayan disebuah rumah keluarga. Ia melakukan itu akibat penolakannya pada tawaran yang diberikan oleh salah satu put...