43
Pergi
- o -Feyla terduduk di kursinya setelah ia menyimpan tas sekolahnya diatas meja. Wajahnya tampak merenung sejak ia baru saja berangkat dari rumah. Kian waktu ia selalu memikirkan kata-kata tuan besarnya malam tadi. Saat makan malam tepatnya.
"Fairel, Fizar, besok pukul tujuh, keluarga kita akan pergi ke tempat makan malam untuk menemui James Oakly dan keluarganya. Ayah dan Ibu akan pulang lebih awal besok, jadi bersiaplah." Fairel mengangguk, merasa ia memang sudah mengerti.
"Ada apa, yah? Tidak biasanya kita makan malam dengan keluarga lain."
"Tempo hari adikmu bertanya tentang Oakly, jadi ayah pikir ayah harus mempertemukan dia dengan putrinya, Grisella." Fairel berhenti mengunyah, ia pun tahu kalau ayahnya berniat menjodohkannya karena dirinya sendiri bertanya tentang putra dan putri James Oakly kemarin. Mungkin bisa jadi itu adalah penyebabnya.
"Ohya? Wah, kau sudah menemukan pilihanmu, Rel. Aku turut senang." Fizar menepuk pelan punggung Fairel. Adiknya tersebut sekilas melihat kearah Feyla kemudian menundukan kembali kepalanya ke makanan.
"Ya aku juga." jawabnya. Sementara disisi lain Feyla hanya terdiam mendengar pemberitahuan dari tuan Zay. Jauh dari dasar hatinya, ia merasa
Dikhianati
Feyla mengembuskan nafasnya guna merilekskan tubuhnya lalu menyandarkan kepala keatas meja.
Ia tidak mengerti apa maksud ciuman Fairel, pengakuan Fairel, dan juga janji. Itu semua tidak masuk akal dengan kabar yang super tiba-tiba untuknya.
"Pagi, Fey." tidak lama datang gadis berambut pendek yang duduk disamping Feyla.
"Em, pagi juga." balas Feyla dengan nada malas. Gadis bernama Calista itu menyadari ada yang aneh dari sahabatnya.
"Ada apa di pagi ini sudah buram seperti itu?"
"Tuan muda."
"Oh? Ada apa dengan dia?" Calista sedikit tertarik dengan topiknya.
"Aku bingung bagaimana memulainya."
Feyla menceritakan apa yang terjadi semalam tadi. Mulai dari pengakuan Fairel, ketiba-tibaannya dan berita mendadak dari tuan Zay. Calista sempat terkejut meski tidak sepenuhnya, karena Chand telah banyak bercerita tentang Fairel dan Feyla padanya. Ia hanya dikejutkan oleh perjodohan. Ya siapa juga tidak akan mau jika masih berusia tujuh belas tahun tapi sudah dipaksa mencintai seseorang yang tidak dikenalnya dengan ancaman 'Jangan melawan orang tua, kau bisa mendapat dosa karenanya'.
"Aku tidak percaya bisa begitu, Fey. Dan kenapa juga harus tiba-tiba? Apakah tuan Zay tidak berpikir kalau Fairel masih harus mencari karirnya nanti?"
"Justru itu, aku khawatir dia tidak bisa mengejar mimpinya yang mungkin dia sendiri belum menemukannya sampai saat ini." Feyla semakin lemas mendengarnya. Entahlah, baginya Fairel termasuk jajaran yang selalu dia khawatirkan.
"Lalu, dia tidak menentang ketika ayahnya membahas itu? Dia....... menyukaimu 'kan?" tanya Calista dengan sedikit ragu.
"Baru kali ini aku melihat dia menurut." jawab Feyla. Calista mengembuskan nafas seraya menggaruk pelan kepalanya.
"Apa kau akan menyerah?"
"Menyerah apa?"
"Kau juga menyukainya 'kan?" Feyla untuk kali ini tidak menjawab. Ia memalingkan wajahnya kelain arah berbalik dari wajah Calista.
Feyla menyukainya, ia mengaku. Tapi Fairel menyangka bahwa dia membencinya, jadi mana mungkin juga rasa suka diubah benci, seperti janji Fairel untuk tidak mengubah perasaan. Feyla merasa bahwa ia akan bisa bertahan dengan janji itu. Meski pagi tadi Fairel tidak lagi mengantarnya kesekolah atau memberi senyuman lagi padanya. Semua kembali seperti saat ia pertama kali bertemu dengannya. Dingin dan tidak peduli, namun kali ini lebih dari itu. Mungkin itu cara Fairel untuk tidak terpicu agar kembali lagi.
Bel berbunyi nyaring, Feyla segera mengangkat tubuhnya ketika guru dengan cepat memasuki kelasnya.
- o -
Fairel terbangun dari tidurnya yang terlelap diatas meja oleh getaran ponselnya. Ia melihat sekeliling masih di jam istirahat kedua dengan keadaan kelas hampir kosong.
Fairel mengecek handphonenya dan menerima suatu pesan dari Rei. Ia membukanya dan menerima sebuah data berformat word dan juga pesan singkat Rei.
"Maaf saya mengerjakannya terlalu lama. Tapi saya harap ini tidak mengecewakan tuan.
Data Oakly.docx "Fairel sudah mengetahuinya, tapi ia juga penasaran dengan Farsha, apakah benar saudaranya Feyla atau bukan. Ia mengunduh file tersebut seraya dirinya beranjak untuk menuju ke ruang lab komputer.
Disana ia membuka file tersebut. Tampaklah deretan silsilah Oakly lengkap dengan seluruh pelayan beserta latar belakang mereka. Fairel tidak melihat apapun, tapi ia segera menarik kebawah untuk menemukan Farsha. Membaca latar belakangnya, sampai disana pun tercantum 'Farsha Ferdinan memiliki seorang adik perempuan namun terkena kasus penculikan saat adiknya masih berusia empat tahun, hingga saat ini belum ditemukan' kilas waktu memutar memorinya kebelakang.
"Jangan membuatku tertawa. Kau pasti salah orang, tidak ada nama Feyla disini." ujar Fairel menggelengkan kepalanya dengan tersenyum tipis.
"Iya, itu sebelum dia hilang sampai berusia empat tahun."
Sejenak Fairel mengingat perkataan Farsha yang begitu mirip dengan yang dibacanya saat ini.
Fairel lanjut membacanya sampai akhir, tidak ada yang terlewat, dan ternyata hanya satu hal yang menjadi bukti bahwa Feyla memang adiknya Farsha. Meski tidak begitu kuat.
Fairel memijat keningnya. Dalam kebingungan itu Fairel mencari sesuatu tentang Grisella. Dikatakan disana bahwa Grisella merupakan seorang putri yang memiliki bakat sempurna, dalam akademik pun. Sama halnya dengan Fairel, tapi sayangnya Grisella tidak begitu memanfaatkan hal tersebut untuk masa depan. Ia hanya merasa bahwa hidupnya akan dijamin. Fairel sempat berkata 'Ah, sombong' tapi Fairel menyadari babwa dirinya sama seperti Grisella.
Fairel menekan tombol print untuk mencetak sesuatu yang ketika hasilnya muncul segera ia mengguntingnya. Yang dicetak itu foto sebuah figur manusia, dari seorang gadis cantik berambut pirang. Tidak lama, Fairel meninggalkan lab itu dengan membawa foto tadi yang ia masukan kedalam sakunya.
"Mungkin dengan begini, aku bisa mulai menyukainya." Fairel bergumam dalam hatinya.
- w -
Feyla menarik dasi yang tergantung di kerah leher pemuda berjas hitam itu dengan pelan. Hingga ketika sudah pas, Feyla melepasnya lalu menyapu sedikit disekitaran kedua pundaknya. Pria dihadapannya hanya memasang wajah datar.
"Sudah beres, tuan. Kau sudah rapi sekarang." ujar Feyla tersenyum, lebih tepat tersenyum masam. "Apa kau akan membawa tas? Biar kuambilkan." Fairel menggeleng.
"Terima kasih. Kau bisa menjaga rumah?"
"Tentu saja, tuan." Feyla mengangguk. Fairel menatap arlojinya sejenak.
"Fairel, kau sedang apa disana? Ayo sebelum terlalu malam!" teriakan nyaring datang dari luar rumah, suaranya Fizar. Sementara mereka berdua sedang didepan pintu rumah.
Fairel menelusupkan kedua tangannya kedalam saku celana.
"Baiklah, aku pergi." ujar Fairel lalu berjalan membuka pintu, keluar dari rumah dan menutupnya lagi. Feyla menyadari bahwa Fairel begitu cepat menghilang dari pandangannya. Dapat terdengar oleh dia suara deruman mobil menjauhi rumah.
Sepanjang hari, Fairel baru berbicara seperti beberapa menit yang lalu pada Feyla, selebihnya ia hanya terlihat menjauh. Tapi Feyla tahu Fairel sedang menghindarinya dan Feyla hanya bisa berdiam.
Tanpa tahu kalau kalimat terakhirnya memang berarti mendalam.
-TO BE CONTINUED-
A.N : "KOK GAADA SCENE FEYLA SAMA FAIRELNYA?!" hehe buat kali ini gaada dulu ya 😂 paling cuma itu sedikit aja gapapa deh :")
Tunggu chapter selanjutnya dan terus vote ya! 🌟4 Juni 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
senja setelah fatamorgana 。[✔️]
Novela Juvenil[ COMPLETE ] ❝Kelak kau akan bersama denganku disatu episode kehidupan.❞ 「Feyla F Feranda adalah seorang gadis yang bekerja sebagai pelayan disebuah rumah keluarga. Ia melakukan itu akibat penolakannya pada tawaran yang diberikan oleh salah satu put...