🎑 k e t i g a p u l u h t i g a

468 31 0
                                    

33
Harga Diri dan Egois?
-o-

H

ari ini Calista tidak sekolah, ibunya menelpon bahwa dia sedang tidak enak badan. Feyla pun banyak terdiamnya di kelas, kesepian karena teman dekatnya tidak ada. Sama hal nya dengan Chand. Pemuda tersebut tidak terlalu peduli dengan keadaan kelas, biasanya dia mengkondisikan semua orang untuk mengerjakan sesuatu, tapi kali ini tidak. Dia seringkali merenung, memikirkan hal yang tak seharusnya dia pikirkan.

"Fey mau kemana?" Chand menghentikan langkah gadis yang melewati bangkunya.

"Kantin. Kau mau ikut?" Feyla pikir, tidak ada salahnya juga mengajak Chand yang sedari tadi terus terdiam dan sepertinya banyak yang dipikirkan. Chand berpikir sejenak, ia pun berdiri menghampiri Feyla.

Mereka berdua pun duduk disatu bangku. Chand memesankan pesanan mereka. Ia duduk kembali di kursi dihadapan Feyla. Awalnya mereka tak berbicara, seakan canggung. Tapi Feyla pun terpikir sesuatu.

"Tuan Faeyza bilang dia yang memintamu untuk mengantar Calista, apa kau tidak melakukan sesuatu padanya kemarin malam?" tanya Feyla dengan kedua mata sedikit memicing. Sangat berantisipasi pada jawabannya.

"Aku tidak melakukan apa-apa." Jawab Chand sedikit ragu mengatakannya. Feyla tidak langsung percaya, ia hendak bertanya lagi tapi dengan cepat Chand menginterupsi. "Aku memang tidak melakukan apapun padanya, tapi aku juga tidak tahu."

"Maksudmu?"

"Aku tidak mengerti kenapa kemarin malam dia menangis."

"Tentu saja ada yang dirasakan olehnya. Kau mengatakan apa?"

"Hanya mengatakan bahwa yang ada dipikirannya dan yang ada dipikiranku adalah berbeda. Perempuan itu memang tidak pernah mengerti." Chand menggaruk tengkuknya seraya menunduk menghindari wajah Feyla.

"Kaulah yang tidak mengerti Chand. Seharusnya kau tidak mengatakan hal itu padanya. Itu bisa membuat harapannya jatuh."

"Aku mengatakan itu agar dia mengerti."

"Ya jika itu aku mungkin aku bisa mengerti, tapi bisa saja berbeda dengan Calista. Dan siapa lagi yang bisa menyukai seorang pemuda sepertimu? Sampai-sampai dia rela mengorbankan tubuhnya demi membuatmu senang." Feyla berbicara seakan menginterogasi pemuda bertopeng tersebut. Chand tiba-tiba saja merasa terusik oleh ucapan Feyla. Kepalanya menegak menatap kedua netra coklat gadis dihadapannya.

"Kau pikir siapa dirimu? Dengan tenangnya mengatakan hal tersebut tanpa tahu apa yang sebenarnya aku pikirkan selama ini."

"Dan kau pikir dirimu itu siapa? Bisa dengan mudah melecehkan perempuan dan menghancurkan hatinya sebagai pelampiasan tanpa tahu bahwa dia telah benar-benar rapuh jauh sebelum kau menyentuhnya!"

"Em permisi." pembicaraan mereka terhenti oleh pegawai kantin yang akan menyajikan pesanan. Feyla dan Chand pun memberi akses agar pegawai tersebut melanjutkan pekerjaannya.

Chand meminum jus jeruknya yang mungkin bisa membuat pikirannya mendingin. Begitu pun Feyla yang juga meminum es teh manisnya. Mereka tidak memesan makanan, hanya minuman.

"Kau harus segera minta maaf padanya." ujar Feyla dengan sekilas menunjuk wajah Chand.

"Maaf? Ha! untuk apa?" Chand berbicara diselingi tawanya.

"Semuanya."

"Dia yang menyerahkan dirinya sendiri padaku, jadi ya predator mana yang tidak senang bila mangsa datang dengan sendirinya."

"Hentikan omong kosong itu, Chand! Jika melakukan kesalahan segeralah minta maaf, jangan sampai saat air mata seseorang telah kering kau baru menyadarinya."

senja setelah fatamorgana 。[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang