🎑 k e e m p a t p u l u h l i m a

397 30 0
                                    

45
Awal Selamat Tinggal?
- o -

Feyla POV

Aku menatap sebuah kartu digenggamanku yang disana tercantum namaku, nomor peserta, dan kelas. Lalu dibelakangnya ada jadwal ujian selama satu minggu ke depan.

Tepatnya hari ini adalah hari pertama ujian kenaikan.

Tidak terasa juga sebentar lagi aku akan menjadi anak kelas tiga dan bertemu dengan adik kelas yang baru. Tapi sayangnya saat ini aku belum menentukan apa yang akan kulakukan setelah kelulusan nanti, sementara orang lain sudah banyak menceritakannya padaku.

Calista yang ingin menjadi perawat di akademi keperawatan. Erlangga yang ingin menjadi dokter spesialis. Bahkan Chand tak kusangka dia ingin mengambil jurusan kemiliteran. Lalu aku? Ah, jangankan kelulusan nanti, memikirkan nilai rapot semester ini pun aku berpikir semua akan menurun. Mengingat semakin kemari aku malah semakin kalah dengan pelajaran ipa yang kuenyam kurang lebih dua tahun disekolah ini.

Pijakanku di lorong sekolah terhenti ketika aku tidak sengaja berpapasan dengan tuan muda.

Dia barusaja mematikan handphone nya yang sebelumnya ia pakai untuk menelpon seseorang.

Sudah satu minggu ini dia setiap hari selalu menelpon perempuan yang ditemuinya malam itu, bahkan hari minggu kemarin adalah kencan pertamanya. Mengejutkannya lagi dia seakan tidak menolak perjodohan yang dibuat tuan besar dan nyonya.

Sepertinya dia bahagia.

Begitu menyadari kehadiranku, dia juga ikut berhenti dihadapanku dengan jarak dua meter dari sini.

"Berjalan sendirian di lorong sekolah setelah dua mata pelajaran. Kenapa tidak menghafal pelajaran berikutnya saja di kelas?"

Dia berbicara pelan sehingga kurang jelas terdengar olehku. Aku hanya berdiam saja mematung, tanpa menjawab.

Kemudian dia berjalan lebih dekat lalu memberikan sebuah kaleng minuman dingin padaku, dari kemasannya yang berwarna jingga pasti itu adalah jus jeruk.

"Seorang adik kelas memberiku ini tadi, tapi aku tidak suka rasanya, mungkin kau bisa meminumnya?" ucapnya. "Ambil saja." lanjut dia dengan lebih menyodorkan kaleng tersebut. Tanganku menerima kaleng itu dengan sedikit gugup.

"Terimakasih, tuan-"

"Fairel." sebelum aku menyelesaikan ucapkanku, dia segera mengoreksi. "Ini bukan rumah."

"Iya, terimakasih, Fairel." kemudian dia mengangguk lalu pergi dengan sebelumnya menepuk sebentar kepalaku. Aku hanya bisa melihat dia pergi. Baru kusadari kalau selama ini kami bertegur sapa hanya sebatas seperti sebelumnya. Dan

Sesingkat itu.

Pulang sekolah saat ujian pasti masih siang. Pukul dua belas, suasana semakin panas mengantarkan murid-murid yang ingin segera pulang untuk mendinginkan otak mereka.

Termasuk aku yang sedang kepanasan siang ini. Baru kuingat bahwa ada minuman kaleng yang tadi Fairel beri padaku. Belum kuminum karena tadi waktu masih terbilang pagi. Kalengnya tidak lagi sedingin saat diberikan, tapi ketika kuminum isinya masih dingin. Lumayan, sekedar melepas dahaga sementara waktu.

Akhir-akhir ini aku pulang sekolah sendiri. Ya, Calista selalu diantar Chand dan Fairel juga akan pulang dengan 'jodohnya', lalu Erlangga.... Entah apa tapi malu saja untuk mengajak dia pulang bersama. Jadi aku hanya bisa pulang sendiri. Tidak apa-apa bagiku.

Gerbang sekolah kulewati seraya meminum minuman kaleng tadi. Dan tak kusadari kalau namaku dipanggil nyaring oleh seseorang tak jauh dari lintasanku berjalan. Aku menolehkan kepala ke segala arah demi mengetahui pemilik suara si pemanggil.

senja setelah fatamorgana 。[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang