"Eh bukan seperti itu." terlihat lima murid yang sedang mengerumuni hewan laut berkulit keras juga berduri yaitu landak laut berwarna hitam.
"Memang seperti ini guru biologi juga mempraktekannya." ujar seorang laki-laki bermata sayu- Abi Rafdi -seraya dia mengambil alih pisau dari temannya. "Okay, ambil gambar dari ini." Abi menyuruh perempuan berambut pendek yakni Calista untuk memotret tubuh landak laut yang telah dibelah menjadi dua, Calista pun mematuhinya.
"Potong juga duri-durinya, tapi hati-hati, durinya beracun." ucap laki-laki berkacamata. Tentu saja mereka sudah menggunakan sarung tangan agar tidak terkena racun dan tertusuk. Abi kemudian memotong duri-duri tersebut lalu memperlihatkannya pada Calista yang langsung dipotretnya. Perempuan yang membawa buku dan pulpen juga kemudian menuliskannya-Feyla-pada buku mengenai hasil observasi.
BUAR!
"Aku mendapatkannya!" seruak air laut yang memunculkan seorang pemuda dengan tangan membawa dua landak laut membuat seluruh perhatian orang-orang teralih.
"Kerja bagus, bawalah kemari." perintah pemuda berkacamata-Chand-seraya berdiri kemudian menuliskan sesuatu pada kertas papannya. Pemuda yang membawa landak laut itu melepas kacamata selamnya kemudian menghampiri teman-temannya dan memberikannya. "Tinggal satu langkah lagi, kita harus berfoto bersama sebagai bukti penelitian." Abi pun mengatur posisi tiga landak laut tadi. Sementara yang lain mengambil posisi tempat berfoto. Chand sengaja membawa tripod kamera agar mereka semua bisa berfoto bersama dengan cara hitungan mundur.
"Kalian tersenyumlah." ucap Calista seraya berlari kecil menghampiri teman-temannya dan mengambil posisi disamping Feyla.
JEPRET!
Kamera pun mengambil potret berisi tujuh orang laki-laki perempuan yang tersenyum kearahnya.
"Baiklah ayo kita pulang." Chand berjalan kearah kamera tadi lalu melepasnya dari tripod dan mengalungkannya keleher, tripod itu juga ia bereskan kedalam tas khusus yang kemudian ia kalungkan lagi kepundak kiri.
"Hanya seperti itu?" tanya seorang perempuan manis-Dianita- pada Chand.
"Ya hanya itu. Mudah bukan?" gumam Chand seraya berjalan pelan menjauhi teman-temannya.
"Mudah, tapi kau mengorbankanku." dengus Gentar seraya memasukan dua landak laut tadi kedalam toples.
"Terimakasih untuk hal itu, tar. Ohya, apa kalian menginginkan kapal tadi menuju ke villa atau melewati hutan itu?" Chand menunjuk ke objek sebelah kirinya. Semua teman-temannya pun menoleh kesamping.
"Memangnya ada jalan keluar?" tanya pemuda berkacamata lain-Erlangga-
"Entahlah. Tapi dulu aku pernah kesana dengan ayahku."
"Ayo, itu pasti menyenangkan." ucap Gentar seraya terlebih dahulu berjalan memasuki hutan tersebut diikuti Chand. Yang lain hanya saling berpandangan kemudian ikut mengikuti kedua temannya. Setelah sekitar satu menit berjalan, Gentar bergumam kembali. "Aku rasa kau sedang bercanda, Chand."
"Hm? Bercanda?" Chand mengangkat sebelah alisnya.
"Lihatlah, hutan ini sangat lebat dan pikiranku langsung tersimpul bahwa kita semua tidak akan bisa pulang." Chand yang mendengarnya kemudian terkekeh.
"Aku setuju. Tapi biar kubuka lagi ingatanku agar bisa mengingat kembali apa yang dilakukan ayahku." ucap Chand.
"Aku ragu si mata empat itu akan menemukan jalannya." Calista berbisik pada Feyla.
"Tapi kurasa dia akan bertanggung jawab apabila kita tersesat." bisik Feyla.
"Apa kau yakin?" Calista berbisik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
senja setelah fatamorgana 。[✔️]
Genç Kurgu[ COMPLETE ] ❝Kelak kau akan bersama denganku disatu episode kehidupan.❞ 「Feyla F Feranda adalah seorang gadis yang bekerja sebagai pelayan disebuah rumah keluarga. Ia melakukan itu akibat penolakannya pada tawaran yang diberikan oleh salah satu put...