🎑 k e t i g a p u l u h e m p a t

424 31 2
                                    

34
Bersama Dengannya


"Kembalian anda sepuluh ribu, nona. Terimakasih." Feyla menerima uang yang diberikan oleh kasir perempuan tersebut, ia pun tersenyum.

"Iya, terimakasih." selanjutnya Feyla membawa dua kantong kresek berwarna putih yang cukup besar diatas meja kasir. Isinya merupakan barang-barang kebutuhan Faeyza untuk beberapa minggu kedepan.

Fairel yang berada didalam mobil melihat Feyla dari kejauhan barusaja keluar dari pintu mal besar itu. Langkah gadis itu cukup lambat karena barang bawaannya lumayan berat. Ia tersenyum melihatnya, kemudian pintu mobilnya pun ia buka diikuti tubuhnya yang keluar. Saat hendak melangkah menuju Feyla, ia melihat sosok laki-laki lain yang tidak ia kenal menghampiri Feyla, laki-laki itu memakai hoodie dengan penutup kepalanya berwarna hitam jadi Fairel sukar mengenalinya. Detik kemudian laki-laki itu pun membawa kedua kantong kresek tersebut dan sejenak mengobrol dengan Feyla yang terlihat mengenalinya. Fairel mengurungkan niatnya dan memilih kembali masuk kedalam mobil setelah melihat hal tersebut. Kedua iris hitam itu masih mengawasi Feyla dan laki-laki itu, sampai keduanya pun mengeluarkan handphonenya masing-masing. Fairel menebak bahwa mereka sedang bertukar nomor HP. Ia berdecak kesal yang kemudian Fairel menekan beberapa nomor di handphonenya lalu menelpon Feyla. Terlihat gadis itu menerima panggilannya.

"Halo, tuan?"

"Apa yang sedang kau lakukan disana? Kenapa lama?!"

"Maaf, tuan. Tadi antriannya lama jadi saya menunggu sebentar."

"Cepatlah kembali, Feli. Aku sudah menunggu lebih dari duapuluh menit!"

"I-iya, tuan. Maafkan saya." Fairel melihat perempuan itu menelusupkan handphonenya kembali kedalam saku. Feyla pun berpamitan kepada laki-laki tersebut seraya mengambil kantong kresek dibawah kakinya. Fairel kembali tersenyum saat Feyla menolak untuk dibantu oleh pemuda asing itu. Setelah posisi Feyla sudah cukup jauh darinya, Fairel keluar dari mobil dan berlari menghampiri Feyla.

"Dasar payah. Membawa barang seperti ini pun kesusahan." sampai disana Fairel segera merebut kedua kantong kresek itu, sementara Feyla hanya memicingkan matanya seraya mengerucutkan bibir melihat punggung lebar didepannya. Sudah menjadi hal yang biasa bagi Feyla dengan sifat Fairel yang selalu berpikir 'semua hal itu mudah'.

Ketika ia berjalan mengekori Fairel, tiba-tiba saja pikirannya terlintas sesuatu yang menurutnya konyol. Hal seperti Fairel yang mengantarnya belanja, menunggunya di mobil, lalu membawakan barang belanjaannya, seperti hal-hal yang sering terjadi dikehidupan suami istri. Feyla tersenyum merona memikirkan hal itu dan berpikir 'inikah yang akan kulakukan bersama jodohku nanti?'. Ia menyembunyikan rona merahnya dengan menundukan kepala, tanpa tahu bahwa pemuda yang berada didepannya ternyata memikirkan hal yang sama.

Sampai di rumah. Feyla menemukan Nenek di dapur, ia terkejut karena Nenek rupanya telah pulang dari kampungnya selama tiga minggu ini. Feyla memeluk wanita paruh baya itu karena sangat merindukannya. Bagi Feyla, Nenek seperti orang tuanya yang telah tiada. Begitu pula Nenek yang menyayangi Feyla seakan dia adalah cucunya.

"Nek, banyak yang ingin kuceritakan pada Nenek. Nenek mau mendengarkan aku tidak?" tanya Feyla seraya melepas pelukannya. Nenek tersenyum menunjukan keriput matanya seraya mengangguk.

"Tentu saja, sayang. Sambil bekerja ya." Feyla menghabiskan waktu sore harinya dengan Nenek. Ia bercerita banyak tentang hari-hari yang ia alami. Bahkan mereka tidak sadar bahwa dari pintu dapur ada Fizar yang sedang memperhatikan mereka berdua. Fizar tersenyum melihat Feyla kembali ceria akhir-akhir ini. Dan juga ia selalu memperhatikan bahwa adiknya beberapa hari terakhir selalu terlihat dekat dengannya. Ia tahu apa yang sebenarnya dirasakan oleh Fairel, bahkan mungkin ia juga tahu apa yang dirasakan oleh Feyla. Tapi ia lebih memilih bungkam dan biarkan mereka memilih pilihan masing-masing.

senja setelah fatamorgana 。[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang