🌄 p e k a n k e l i m a

439 27 0
                                    

35
Yang Hilang

Calista sudah tiga hari ini tidak masuk sekolah. Hal tersebut membuat Chand berpikir bahwa itu ulahnya. Sampai terpikir olehnya bahwa meminta maaf adalah hal pertama yang harus ia lakukan. Meskipun gengsinya sangat tinggi, tapi jika terus begini maka tidak akan ada penyelesaian. Chand mengalahkan semua itu. Dan ia pun berencana untuk melakukan sesuatu, hingga di hari ketiga Calista tidak sekolah, malam hari sekitar pukul delapan ia sudah berdiri didepan pintu rumah gadis itu. Sebenarnya ia begitu malu dan bahkan ingin sekali mengubur dirinya hidup-hidup, tapi mau bagaimana lagi. Untuk kali ini rasa egoisnya ia pendam dalam-dalam. Embusan nafas dari hidungnya membuat tubuhnya rileks. Chand mengetuk pintu rumah tersebut pelan.

Tok tok tok

Tidak ada sahutan atau tanda. Ia mengetuknya lagi

Tok tok tok

"Permisi!" kali ini Chand ikut bersuara dan tak lama ada sahutan dari dalam, suara seorang perempuan. Chand mempersiapkan wajahnya agar terlihat tidak dicurigai jika-jika yang menyambutnya adalah ibu Calista. Pintu terbuka dan ternyata memang benar, wanita dengan usia sudah sekitar kepala tiga itu menyambut kedatangan Chand dengan kerutan di dahinya.

"Iya, ada apa dan siapa ya, nak?" Chand sudah tersenyum lebih dahulu menatap wanita tersebut yang kemudian menyalami tangannya dengan lembut.

"Maaf, tante. Saya Chand, teman- um, pacarnya Calista. Boleh saya bertemu dengannya?" wanita itu terkejut mendengar hal tersebut. Ia pun tersenyum.

"Nak Chand yang akhir-akhir ini selalu mengantar Calista pulang ya? Iya-iya, tentu saja, nak. Tunggu ya, tante panggil dulu." ibu Calista pun beranjak darisana dan Chand tersenyum mengakui wajahnya yang sudah berhasil membujuk orang lain. Tak lama, diluar dugaan ternyata Calista mau untuk menemuinya. Chand tersenyum melihat Calista seolah dia memang rindu kepada gadis itu, berbanding terbalik dengan Calista yang wajahnya begitu datar. Belum lagi kondisinya yang memang sedikit acak-acakan.

"Ma, Lista diluar dulu sebentar ya." ucap Calista pada ibunya.

"Jangan terlalu lama, sayang. Kau harus beristirahat lagi." ujar ibunya. Calista mengangguk lalu keluar rumah dan menutup pintunya rapat. Ia berjalan bersama Chand meninggalkan rumah itu dan mereka pun berhenti disebuah taman yang sepi. Calista duduk di bangku taman tersebut diikuti Chand yang duduk disebelahnya. Sepanjang jalan mereka tak berbicara. Dan kali ini Calista yang memulai pembicaraan.

"Ada apa kau menemuiku?" tanya Calista tanpa basa-basi dengan masih memasang wajah datarnya. Chand menolehkan kepala dan melihat wajah Calista dari samping lalu menyunggingkan senyumnya.

"Kau tidak merindukanku?" Calista tidak melihat wajahnya. Pandangannya masih datar kedepan.

"Tidak." jawab gadis berambut pendek tersebut singkat. Chand masih memandang wajahnya meski dari samping.

"Aku baru tahu kalau rindu bisa ditipu." Chand terkekeh kecil. "Apa kau masih menaruh perasaan padaku, Anastasia?"

"Jika tujuanmu menemuiku untuk menanyakan hal itu, lebih baik kau pulang saja." pandangan Chand pun berbalik kedepan, ia menggosok-ngosok telapak tangannya yang saling bertempelan demi membuatnya terasa hangat.

"Lalu kenapa kau melakukan hal bodoh seperti ini?"

"Aku memang benar-benar sakit, dan untuk hari ini sudah lumayan baik."

"Syukurlah. Oh iya, Kemarin lusa aku tak sengaja menyinggung temanmu." Calista pun tertarik perhatiannya, ia menolehkan kepala melihat Chand disampingnya.

senja setelah fatamorgana 。[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang