🎑 k e e n a m b e l a s

550 39 0
                                    

Feyla menyilangkan sendok dan garpunya diatas piring. Ia mengambil tissue lalu menyapu bibirnya.

"Sarapan sudah saya habiskan. Jika begitu saya pergi duluan ke sekolah ya, tuan nyonya." Feyla berdiri lalu beranjak dari ruang makan setelah menerima senyuman dari tuan dan nyonya besarnya. Ia berjalan menuju kamarnya dan membawa tas sekolahnya, tak lupa handphone nya pun ia masukkan kedalam saku rok abu-abunya.

Feyla mengikatkan tali sepatunya sedikit cepat. Ia menggeser tubuhnya kekiri saat Fairel ikut terduduk disampingnya dan mengikat tali sepatu. Tangan Feyla tercekal oleh genggaman Fairel saat ia sedang berdiri berniat untuk keluar rumah.

"Tunggu sebentar." Fairel menyelesaikan ikatan sepatu kirinya dengan tak melepaskan genggamannya. Feyla menjadi bingung melihat tuan mudanya, lantas sedikit terkejut pada genggamannya. Fairel melepaskan tangannya dan berdiri. "Ayah, Ibu. Aku berangkat ke sekolah!" teriak Fairel. Pemuda itu melirik sebentar gadis disampingnya. "Ayo, kita punya waktu duapuluh menit menuju ke sekolah." ujar Fairel seraya menelusupkan kedua tangannya kedalam saku celana kemudian berlalu darisana. Ketika sudah diluar rumah, Feyla sedikit bingung kenapa Fairel tidak berbelok kearah garasi, melainkan terus berjalan menuju gerbang utama. "Dasar bodoh. Apa kau akan tetap berdiri disana, Feli?!" karena jarak mereka cukup jauh maka Fairel berteriak seraya membalikkan tubuhnya dan menatap Feyla. Gadis beririskan coklat itu terkejut kemudian ia berlari kecil menyusul Fairel.

"Tuan Fairel, anda akan- Aw!" Fairel menyentil dahi Feyla dan menatapnya dengan datar.

"Bukankah sudah kubilang untuk tidak berbicara formal padaku? Apa kau tidak mendengarnya?"

"Sa-saya- iya a-aku mendengarnya." Feyla hampir saja mengucapkan bahasa formal lagi jika saja Fairel tak mengangkat tangannya untuk menyentil dahinya lagi.

"Jika begitu ayo. Aku sudah lama tidak berjalan kaki." Fairel menggenggam tangan Feyla seraya menariknya. Mereka berjalan berdampingan dengan tangan tergenggam meski selebihnya adalah tangan Fairel.

"Tuan Fairel, tanganmu-"

"Kau itu bodoh. Bisa saja kau meninggalkanku disaat aku lengah, maka dari itu kupegang tanganmu." cela Fairel. Feyla merasakan desiran hangat pada hatinya melihat perlakuan Fairel. Ia sedikit melihat pantulan Fizar padanya.

Limabelas menit kemudian Fairel dan Feyla turun dari angkutan kota. Fairel menggenggam tangannya lagi lalu berjalan bersama menuju gerbang sekolah.

"Tuan Fairel, bukankah kau mengatakan bahwa kita harus berpura-pura tidak mengenal jika disekolah?"

"Apa kau akan melakukan itu meski sedang berpegangan seperti ini?" Fairel berbalik tanya. Feyla menjadi mati kutu oleh ucapannya.

Sekolah sudah cukup ramai mengingat jam menunjukan pukul enam lewat empat puluh menit. Fairel dan Feyla menjadi perhatian publik selama berjalan menyusuri koridor sekolah. "Tuan, lebih baik aku sendiri saja ke kelas. Lihatlah orang lain terus melihat pada kita berdua."

"Aku tidak peduli."

"Tapi tuan-" Fairel mengangkat tangan Feyla lalu mencium punggung tangannya lembut. Feyla spontan terkejut. Wajahnya berubah merah padam, mengingat ia dan Fairel saat ini sedang berada di tengah lapang yang tentunya seluruh orang memperhatikan mereka.

"Baiklah akan kulepas. Ingat, tanganmu barusaja milikku dan panggil namaku dengan benar, Feli." Fairel menatap kedua matanya seakan mengintimidasi. Feyla berharap bahwa jantungnya segera berhenti berdetak kencang. Fairel melepas tangannya lalu pergi meninggalkan Feyla yang masih terpaku ditempat.

"A-apa yang barusaja terjadi padaku?!" tanya Feyla dalam hatinya. Karena merasa ia menjadi pusat perhatian, dengan tergera-gesa Feyla berlari menuju kelasnya. Tubuhnya terpental pelan ketika ia tak sengaja menabrak seorang perempuan yang ternyata Calista. "Eh maafkan aku, Cal." Calista hanya menatap Feyla tanpa arti.

senja setelah fatamorgana 。[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang