Chapter 2

8.2K 417 3
                                    

            Keesokan harinya adalah. hari MOS kedua. Hari ini, jadwalnya adalah keliling sekolah bersama kakak-kakak OSIS. Baru hari ini kami dipimpin oleh kakak-kakak OSIS. Kemarin kami dipimpin oleh wali kelas. Ketika bell masuk berbunyi, semua murid disuruh keluar kelas dan berbaris di depan kelas untuk berkenalan dengan kakak OSIS yang memandu kami. Satu kelas ada 3 orang kakak OSIS. Di luar kelas baru ada 2 kakak OSIS. Satu cewek dan satu cowok.

"Hallo, adik-adik. Di sini, kita akan memandu kalian selama seharian untuk berkeliling sekolah. Kalo kalian butuh apa-apa, silakan tanya. Oh ya, nama aku Reni. Kalian bisa panggil aku Ka Reni." perkenalan Ka Reni dengan ramah.

"Dan aku Bobby, kalian boleh panggil aku Ka Bobby, atau boleh juga nama panggilan aku, Ibob. Jadi Ka Ibob." perkenalan Ka Bobby dengan santai.

"Ada satu lagi kakak OSIS-nya. Mungkin belum datang." ujar Ka Reni.

Aku membicarakan mereka dengan Lita.

"Wah, kakak OSIS-nya ramah banget ya, cantik pula." bisik Lita memuji.

"Iya, kayaknya bakal seru. Kira-kira yang satu lagi cewek atau cowok ya?"

Tiba-tiba, kakak OSIS satu lagi baru datang. Di saat ia datang dan berdiri di depan kami, ternyata itu adalah BANG RAY! What the hell, kenapa ada Bang Ray? Memangnya dia OSIS? Apa pantasnya ia menjadi pengurus OSIS?

Ekspresi wajahku menjadi sangat heran melihatnya, begitu juga Bang Ray yang sedang tersenyum seketika heran melihatku ada di barisan kelas yang ia pandu.

"Nah, ini dia kakak satu lagi. Silakan perkenalkan diri, Ka." ujar Ka Reni mempersilahkan Bang Ray dengan ramah.

Bang Ray masih terheran melihatku dan mengabaikan Ka Reni.

"Ray!" bisik Ka Bobby sambil menyenggol tangan Bang Ray.

"Oh, ehm. Hallo. Nama aku Viray, kalian bisa panggil aku Ka Ray." senyuman manis Bang Ray.

Ih, sok manis banget dia. Jijik.

"Oke deh, ayo kita berangkat. Pertama kita ke ruang laboraturium biologi ya."

Ka Reni dan Ka Bobby memandu di depan, sedangkan Bang Ray memandu di belakang.

Aku berjalan pelan dan sesekali melihat ke belakang.

"Gak usah nengok-nengok." sindiran Bang Ray kepadaku tanpa menatapku.

Lita menoleh ke arah Bang Ray dengan panik.

"Bukan kok, bukan kamu." ujar Bang Ray halus.

Sok halus selembut sutera sama cewek lain. Giliran sama adek sendiri kasar banget kayak amplas kayu.

"Kayaknya kakak yang di belakang galak banget. Ke depan aja yuk, Lit." ajakanku menarik tangan Lita.

Aku dan Lita pun maju ke depan barisan lalu aku menoleh ke belakang dan menjulurkan lidah kepadanya. Ekspresi wajahnya langsung berubah kesal dan mengepalkan tangannya. Senyumku tak tertahankan melihat ekspresi anehnya itu.

Setelah dari laboraturium biologi, kami berjalan ke laboraturium fisika dan kimia. Bang Ray bertukar tempat dengan Ka Bobby. Sekarang ia ada di depanku. Lalu ia berjalan perlahan-lahan hingga ia ada di belakangku. Perasaanku mulai tidak enak. Aku menyuruh Lita untuk maju ke depan lagi.

"Lit, ke depan lagi yuk. Di tengah gak terlalu keliatan."

"Oh, ayo."

Ketika aku mempercepat langkahku, Bang Ray menyelengkat kakiku sehingga aku hampir terjatuh. Untung saja aku bisa memegang tembok yang ada di sampingku, jadi aku tak usah menahan malu karena terjatuh di tengah jalan.

Brother ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang