Chapter 18

3.7K 171 19
                                    

Malam harinya, aku berganti baju sebagus mungkin dan tak lupa berdandan. Aku memakai rok pendek dan memakai blazer hitam. Seseorang mengetuk pintu kamarku, akupun membukanya. Ternyata itu Bang Ray yang berdiri di depanku memakai sweater hitam dan celana jeans. Oh my God! Aku tak menyangka ia adalah abangku. Dia terlihat seperti pangeran yang sedang menjemput putri. Aku bengong melihat Bang Ray, begitu juga Bang Ray.

"Ini adek aku, nih? Aku gak salah ini adek aku?" ujar Bang Ray terpukau melihatku .

"Haha, apa sih, Bang."

"Jangan pake rok pendek, dingin."

"Tapi aku bagus pake ini."

"Pake apa aja kamu tetep cantik, kok. Udah ayo gece, nanti ketauan Mba Lia."

Aku menutup pintu kamar lalu mengganti rok dengan celana jeans sama seperti Bang Ray. Setelah itu aku keluar kamar dan berangkat naik motor Bang Ray. Kami sepakat untuk ke restoran yang biasa kami kunjungi bersama mama dan papa.

Sesampainya di restoran tersebut, kami duduk di bangku sebelah tempat kami biasa pesan bersama mama dan papa. Semua hampir sama seperti makan malam keluarga, tetapi kali ini berbeda. Kami sudah menjadi keluarga tanpa harus berkeluarga, hahaha. Kami memesan makanan dan minuman. Sambil menunggu, kami mengobrol tentang apapun yang ingin kami obrolkan.

"Kita mau gimana selanjutnya?"

"I dunno."

"Kalo soal Mba Lia, mungkin masih bisa kita ngumpet-ngumpet di sekolah. Dia juga gak tau semuanya tentang kita, kan?"

"Tapi Jerry tau semuanya."

"Kamu sama Jerry beneran gak ada apa-apa, kan?"

"Gak ada, Bang. Mungkin dulu cuma sayang-sayangan."

"Sayang-sayangan itu bukan cuma, Han. Itu lebih dari cuma."

"Iya, maaf, Bang, tapi gak lagi kok. Dia juga bisa ngerti walaupun dia masih belum terima." ujarku sambil menunduk sedih.

Bang Ray menggenggam tanganku di atas meja dan mengelusnya sambil menatapku ikut sedih. Aku merasa bersalah dengan Jerry, namun aku tak bisa menolak keinginanku sendiri demi dia.

Setelah kami selesai makan, Bang Ray memesan beberapa makanan lagi untuk dibungkus.

"Buat apa dibungkus? Kan udah kenyang."

"Buat Jerry sama Mba Lia." Senyum Bang Ray.

Bang Ray.... Mengapa kamu tercipta begitu manis dan baik hati. Mengapa tak dari dulu ia bersikap perhatian seperti ini. Ternyata di balik sifat garang dan keras kepala, ia memiliki hati yang sangat lembut.

Kami menunggu makanan itu selesai dibungkus, setelah itu kami pulang.

Di rumah, aku dan Bang Ray masuk ke dalam rumah sambil membawa bungkusan makanan yang kami beli tadi. Aku melihat Mba Lia dan Jerry sedang di dapur. Jerry sedang memasak makanannya sendiri. Seketika mereka melihatku dan Bang Ray. Aku dan Bang Ray berjalan menuju meja makan dan menaruh makanannya di atas meja makan.

"Nih, udah gua beliin."

Seketika Jerry mematikan kompor, mengambil piring, dan memindahkan masakannya ke dalam piring lalu berjalan melewatiku dan Bang Ray.

"Ini udah gua beliin, loh." sindir Bang Ray.

"Mending gua makan masakan gua sendiri." balas Jerry sangat jutek.

Akupun masuk ke kamar tanpa memperdulikan mereka. Aku mengambil dan menulis buku harianku.

"Mungkin kalian semua takkan percaya kalau aku benar-benar jadian sama abangku sendiri! Ya! Aku jadian sama Bang Ray! Aku merasa bersalah sih sama Jerry, tetapi aku tak mau menyesal telah menolak keinginanku sendiri. Kami baru saja pulang makan malam. It's the best day ever! Meskipun aku harus bertengkar lagi dengan Jerry. Namun, aku tetap sangat bahagia telah memiliki abangku sepenuhnya! Semoga aku dan Bang Ray tetap langgeng meskipun hubungan kita terlarang."

Brother ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang