Malam harinya, papa dan mama pergi lagi. Aku masuk ke kamarku dan membuka laci untuk menulis buku harianku lagi. Ketika aku membuka laci, aku tidak melihat ada buku harianku. Di situ aku mulai panik. Aku takut ternyata mama dan papa melihat isi buku harianku. Aku langsung berlari keluar kamar dan menghampiri Mba Lia di dapur.
"Mba! Tadi mama masuk kamar aku gak?" tanyaku panik.
Mba Lia terdiam sejenak.
"Kamu duduk di ruang tamu. Nanti Mba Lia panggil Jerry sama Bang Ray." perintah Mba Lia lalu pergi ke kamar Bang Ray.
Aku hanya menuruti perintah Mba Lia. Aku duduk di sofa sambil menonton TV dan menunggu Jerry dan Bang Ray. Tak lama kemudian, mereka datang dan ikut duduk di sampingku. Mba Lia pergi ke kamarnya lalu kembali ke ruang tamu sambil membawa satu kotak. Ia duduk di depan kami bertiga. Ia meletakkan kotak itu di meja lalu menumpahkan semua isi kotak tersebut. Aku melihat ada buku harianku dan beberapa foto-foto aku bersama Jerry dan aku bersama Bang Ray. Aku juga melihat banyak buku-buku, dan beberapa foto dan kertas yang tertumpuk.
"Pertama, Mba mohon maaf kalo lancang udah bongkar-bongkar dan ngambil barang pribadi milik kalian. Tapi Mba lakuin ini supaya kalian gak kena masalah. Karena tadi mama membongkar seluruh isi kamar kalian. Ini silakan ambil yang merasa milik kalian."
Kami mencari barang-barang milik kami. Yang pertama kali aku ambil adalah buku harian. Setelah itu aku melihat fotoku bersama Jerry. Di saat aku mengambilnya, Jerry juga ingin mengambilnya. Alhasil aku dan Jerry berebut foto kami saat di mall.
"Ini punya gue, Jer." ujarku sambil menarik fotonya dari tangan Jerry.
"Punya gua." ujar Jerry menarik fotonya lagi.
"Tapi ini foto yang gue simpen."
"Gua juga nyimpen foto ini."
Jer? Jadi kamu masih menyimpan foto kita meskipun kamu bilang kalau kamu sangat membenciku?
Aku melepas fotonya kepada Jerry, namun Jerry juga melepas fotonya. Suasana canggung pun terasa antara kami berdua.
"Kayaknya foto itu ada dua deh." ujar Mba Lia.
Jerry mencari fotonya dan barang-barangnya lagi, sedangkan aku mengambil fotonya.
"Nih, foto lu." Jerry memberikan fotoku bersama Bang Ray.
"Coba tanya dulu, itu punya kamu apa Bang Ray." saran Mba Lia.
"Hah? Enggak. Gua gak nyimpen foto itu." ujar Bang Ray tetap mencari barang-barangnya.
Jadi... Bang Ray tidak menyimpan fotoku? Padahal aku sangat menyimpannya baik-baik, loh. Kok sakit ya.
Tiba-tiba Bang Ray menemukan sesuatu. Ia terlihat bingung dan heran melihat kertas foto itu. Aku mengintip apa yang Bang Ray lihat dan pegang. TERNYATA ITU ADALAH FOTO KAMI YANG ADA TULISAN "I LOVE YOU." Sontak aku langsung mengambilnya dan mengumpatkannya di dalam buku harianku. Bang Ray menatapku dengan tatapan kosong dan sedikit bingung. Aku mengambil semua barang-barangku dan membawanya masuk ke kamar.
"Hanna. Mba belom selesai ngomong." teguran Mba Lia dari belakangku.
Aku tetap berjalan menuju kamar.
"Hanna!" panggilan Mba Lia dengan lebih keras.
Aku mengabaikannya dan masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintu kamar. Aku menaruh semua barang-barangku di laci. Setelah itu aku mengumpat di bawah selimut. Aku sangat sedih mendengar perkataan Bang Ray, namun aku juga sangat malu melihat Bang Ray yang menemukan foto aku dan dia dengan tulisan "I Love You.". Lebih baik aku mengungkapkannya di buku harianku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Zone
Подростковая литература(part 1) (part 2 sudah selesai) Hanna, Viray, dan Jerry adalah saudara sekandung yang tidak pernah akur sejak lahir. Tetapi ketika Hanna duduk di bangku SMA, semua hal tentang kedua saudara laki-lakinya itu berubah. Akur, sangat akur. Lebih dari a...