Chapter 4

6.8K 389 2
                                    

"Mm... maaf banget ya. Gue lupa naro laptopnya di mana. Gimana kalo ditulis dulu aja? Nanti gue yang salin deh."

"Ya udah gak papa, Han."

"Eh, itu tadi siapa?" tanya Vanya sambil tersenyum.

"Oh itu. Itu adek gue namanya Jerry."

"Ganteng banget. Kelas berapa?"

"Kelas 9."

"Oh my God! Please banget kenalin gue!" pinta Vanya dengan semangat.

"Haha gue gak deket sama adek atau kakak gue."

"Lo punya kakak juga?" tanya Ardit.

"Iya. Udah-udah, ayo mulai." ujarku mengalihkan pembicaraan.

Kami pun menulis tugas kami di selembar kertas.

Tak lama kemudian, Bang Ray membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Semua mata memandang Bang Ray. Termasuk aku, tetapi aku memandang tas yang dibawa Bang Ray. Itu seperti tas laptopku! Atau jangan-jangan...

"Bang Ray!!!" teriakku sambil berlari menghampiri Bang Ray.

Bang Ray melihatku dengan heran.

"Apaan sih?"

"Itu laptop gue ya!"

"Oh. Iya, tadi gua ada presentasi. Laptop gua mati. Jadi minjem laptop lu."

"Kok gak ngomong dulu sih?"

"Minjem ya, Dek. Nih udah, gua balikin." Bang Ray memberikan laptop kepadaku lalu lanjut berjalan menuju kamarnya.

Sebenarnya aku masih ingin melampiaskan semua amarah, tetapi, ya sudah lah. Gak enak juga dilihat teman-teman yang lain. Aku kembali ke teman-temanku dan menyalakan laptopku. Dan ternyata, baterai laptopnya habis.

"Astaga, cobaan apa lagi ini." ujarku pasrah.

"Sabar, sabar." ujar Ardit.

"Hanna! Kok kamu gak bilang Ka Ray itu abang kamu! Kan aku jadi gak so'udzon sama kamu." ujar Lita tersenyum kepadaku.

"Loh, so'udzon kenapa?"

"Iya. Dia orang yang aku suka! Aku kira kamu suka juga sama dia."

"Haha, gak mungkin lah. Dia kan kakak aku."

"Bisa aja." sambung Vanya.

"Brocon." sahut Ardit.

"Brocon itu apa?" tanyaku bingung.

"Han. Kita kerja sama yuk. Aku kenalin kamu sama Rio, kamu kenalin aku sama kakak kamu!" saran Lita dengan antusias.

Mau banget! Tapi... aku takkan bisa dekat dengan Bang Ray.

"Tapi gimana ya..." pikirku bingung.

"Udah, gak papa. Janji yaa! Oke sip! Ayo kerjain!"

Ya, suka-suka kamu sajalah, Lit.

Kami pun mengerjakan tugas kerja kelompok. Entahlah, aku jalani saja. Aku tidak yakin akan mengenalkan Lita kepada Bang Ray, tetapi aku sangat ingin berkenalan dengan Rio. Okelah, semangat!

Kami mengerjakan tugasnya sampai selesai. Kami selesai jam setengah 9 malam. Vanya dijemput oleh ayahnya, Ardit pulang sendiri, sedangkan Lita masih bingung. Aku tak tega melihat Lita sangat kebingungan, tetapi aku tidak bisa membawa motor. Namun, sepertinya aku punya ide.

"Bentar ya, Lit." Aku pergi ke kamar Bang Ray untuk meminta tolong.

Bang Ray sedang berbaring di kasurnya sambil memainkan ponselnya.

Brother ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang