Chapter 12

4.6K 229 20
                                    

            Keesokan paginya, aku sudah siap-siap menuju sekolah. Seperti hari-hari kemarin, aku menunggu Bang Ray di kursi halaman rumah. Sekitar 10 menit aku menunggu Bang Ray, tetapi ia belum juga keluar rumah. Mba Lia keluar rumah sambil membawa sapu.

"Mba, Bang Ray mana?"

"Lah? Mba kira dia udah sama kamu. Dia udah berangkat dari tadi pagi."

"Serius?" tanyaku panik.

"Iya serius."

"Terus aku berangkat sama siapa? Udah tinggal 10 menit lagi!" ujarku panik.

"Telepon ojek kamu aja." usul Mba Lia.

Aku segera menelpon tukang ojek langgananku dengan nada panik. Kira-kira, ia akan sampai 5 menit lagi, sedangkan jarak dari rumah ke sekolah membutuhkan waktu 10 menit. Artinya, aku sudah pasti telat datang ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, benar saja, aku telat 15 menit. Aku kena point 5. Aku masuk ke dalam kelas dengan malu. Pelajaran pertama adalah pelajaran Pak Lio yang terkenal killer. Aku tidak diperbolehkan duduk sampai jam pertama habis. Aku juga tidak melihat Lita di kursinya, ia pindah ke kursi belakang bersama Adel. Vanya juga tidak ada di kursinya. Hmm, ini adalah bad day. Setelah jam pertama selesai, aku duduk di kursiku. Aku menenangkan diriku sejenak di kursiku.

Aku benar-benar menyendiri hari ini. Bahkan sampai pulang akupun sendirian. Entah mengapa Lita bisa meninggalkanku begitu saja dan tidak ingin mengobrol denganku. Pulang sekolah, aku berjalan menuju gang sekolah. Aku tak ingin menunggu Bang Ray karena aku takut ditinggal lagi. Di jalan menuju gang, aku melihat Lita duduk di kursi warung seorang diri sambil menunduk. Aku menghampirinya dan duduk di sampingnya.

"Lita kenapa? Kayaknya sedih banget?" tanyaku sedikit kasihan.

"Kamu bohong. Katanya kamu udah kenalin aku sama abang kamu!" ujar Lita dengan nada tinggi dan terlihat kesal.

Loh? Memangnya dia tau dari mana kalau aku tidak mengenalkannya?

"Loh? Kenapa kamu bisa pikir kayak gitu?"

"Kamu gak tau? Kemarin sore Ka Ray nembak Ka Reni!"

APA?! Jadi itu alasan Bang Ray tega meninggalkanku dan tidak memberitahuku?

"Terus diterima?" tanyaku dengan mata berkaca-kaca.

"Iya lah, siapa yang mau nolak cowok seganteng dia."

Aku tambah sedih mendengarnya. Sepertinya, air mata ini sudah tak bisa tertampung dan akan menetes dengan sendirinya. Sebelum air mata ini sempat menetes, aku berlari meninggalkan Lita sebelum ia melihat pipiku basah. Aku berlari sekencang-kencangnya. Aku menutup wajahku dengan tisu yang ada di tasku. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Bang Ray meninggalkanku begitu saja dan jadian dengan cewek lain? Tetapi aku mulai menyayanginya, bahkan sangat menyayanginya sekarang. Aku sudah berharap banyak kepadanya, tetapi ia menghancurkan harapanku begitu saja. Hanya... ada apa? Mengapa ini bisa terjadi?

Sesampainya di rumah, aku berlari menuju kamarku. Ternyata, di ruang tamu ada Bang Ray dan Ka Reni. Mereka melihatku berlari sambil menutup wajahku dengan tisu yang sudah terbasahi air mataku selama di perjanalan.

"Hanna!" teriak Bang Ray memanggilku.

Aku hanya terdiam membelakangi mereka. Bang Ray menghampiriku dengan tersenyum.

"Kita mau beli makan nih. Lu mau nitip apa?" tanya Bang Ray sambil menepuk pundakku dari belakang.

Bukannya jawab, air mataku malah semakin mengalir. Itu membuat Bang Ray menyadari ada yang berbeda denganku.

Brother ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang