Semenjak itu, aku dan Jerry sangatlah awkward. Tidak berani menatap satu sama lain. Rasanya aku ada di keluarga yang salah. Mba Lia dan Bang Ray terlihat heran kepadaku dan Jerry. Biasanya kami bertengkar, tapi sudah 2 hari ini aku dan Jerry benar-benar seperti orang asing. Sekarang hari Kamis sore, aku sedang berada di ruang tamu sambil menonton TV dan memakan cemilan di toples. Ketika aku mengambil cemilan, yang kupegang bukanlah toples, melainkan tangan seseorang. Sontak aku menoleh kepada pemilik tangan tersebut. Ternyata itu adalah Jerry! Aku langsung menarik tanganku kembali dan lanjut menonton TV dengan ekspresi yang canggung.
"Hallo." sapa Jerry canggung dan menghadap ke arah TV.
"Hai." sapaku balik dengan penuh kecanggungan.
"Sebelumnya gua mau minta maaf. Dua hari lagi gua ke Yogyakarta seminggu. Nah, lu mau gak temenin gua nyari perlengkapan dan barang-barang yang harus gua bawa?" ajakan Jerry sambil sesekali menunduk.
Aku mau jika hubungan kita tak secanggung ini. Entah apa yang akan terjadi nanti jika aku menemaninya. Apakah aku akan mati berdiri atas semua kecanggungan ini?
"Gua masih nunggu jawaban." sindir Jerry sambil membuang muka.
Aduh aku jawab apa ya....
"Iya deh, iya. Emang mau ke mana?"
"Udah ikut aja. Gua tunggu di halaman depan ya!" ujar Jerry sambil tersenyum.
Aduh, mulai lagi!
Setelah ganti baju dan rapih-rapih, aku menghampiri Jerry di halaman depan. Ia terlihat tampan memakai baju hitam dan bawahan jeans.
"Kuy."
Aku dan Jerry naik motor menuju tempat yang ingin kami kunjungi. Entah mengapa, aku masih merasa awkward meskipun hubungan kami sudah terlihat membaik.
Motor Jerry masuk ke dalam parkiran mall. Itu artinya Jerry mengajakku ke mall dan menemaninya membeli barang-barang yang ia perlukan di sini.
"Lo mau beli apa emangnya?"
Jerry terdiam dan berpikir sejenak.
"Di toko buku." jawab Jerry sambil merapihkan rambutnya.
Ah! Vanya memang benar. Kalau aku lihat-lihat, Jerry memang ganteng banget!
"Sekarang kita kemana?" tanyaku sedikit canggung setelah mengatakan hal tadi.
"Udah ikut aja, ya."
Aku dan Jerry berkeliling mall hingga aku melupakan apa tujuanku mengantarkannya ke sini. Lama-kelamaan, kecanggungan ini hilang dan tergantikan oleh keseruan. Bahkan kami sudah berpegangan tangan sambil berkeliling mall. Meskipun aku masih sedikit risih melakukan hal ini.
"Lo ngajak nemenin buat beli perlengkapan tapi kayak ngajak gue jalan, haha." ujarku sambil berjalan dan berpegangan tangan dengan Jerry.
"Emang niat gua ngajak lu jalan. Kalo gua ajak jalan pasti lu ga mau." jawab Jerry spontan.
What the hell. Jadi dia benar-benar mengajakku jalan?
"Ih, dasar curang."
"Tapi lu seneng kan? Haha."
Ya, iya sih....
"Apaan sih, haha. Balik ayo malem Jumat, nih."
"Emang kenapa malem Jumat? Haha."
"Ya, besok sekolah."
"Kita belom photo box. Ayo foto dulu." Ia menarik tanganku yang memaksa untuk mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Zone
Teen Fiction(part 1) (part 2 sudah selesai) Hanna, Viray, dan Jerry adalah saudara sekandung yang tidak pernah akur sejak lahir. Tetapi ketika Hanna duduk di bangku SMA, semua hal tentang kedua saudara laki-lakinya itu berubah. Akur, sangat akur. Lebih dari a...