Chapter 17

4.1K 192 24
                                    

            Keesokan harinya, aku terbangun karena seseorang menindih tubuhku. Saat aku membuka mata, ternyata itu adalah Jeni dan Milo. Mereka sudah berpakaian rapih.

"Yey, Ka Hanna bangun!" teriak Milo lalu turun dari atasku.

"Loh? Kalian mau kemana? Kok udah rapih aja?"

"Kita mau pulang, Ka." jawab Jeni.

Aku langsung bangun dari tempat tidurku.

"Yah, kok cepet banget?" tanyaku sedih.

"Ayo cepet mandi dulu, Ka!"

Akupun segera mengambil baju lalu pergi ke kamar mandi.

Selesai mandi, aku pergi ke ruang makan. Di ruang makan, semuanya sudah berkumpul.

"Pagi." sapa Bang Ray kepadaku dengan senyumannya yang sangat manis.

Aduh, pagi-pagi sudah liat senyuman semanis itu.

"Sini makan." ajakan Mba Lia.

Akupun makan bersama mereka.

"Ayah dan bunda mereka jemputnya nanti sore. Mau pergi dulu gak?" tanya Mba Lia.

"Pergi kemana, Mba?" tanya Jerry.

"Ke taman bunga yang di situ aja, Mba. Yang kita pernah ke sana sama mama papa." usul Bang Ray.

"Ngapain ke taman bunga?"

"Ya pasti mereka seneng kan liat bunga warna-warni gitu."

"Iya ya, itu juga gak bayar kan masuknya? Ya udah di situ aja." ujar Mba Lia.

"Yey!!!" teriak Milo dan Jeni dengan senang.

Setelah makan, kami ganti baju pergi lalu bersiap-siap untuk pergi ke taman. Jerry dan Bang Ray membawa motor, sedangkan aku, Mba Lia, Jeni dan Milo naik taksi. Bang Ray dan Jerry menawarkanku untuk naik motor bersama mereka, tetapi aku tidak bisa memilih dan tidak ingin mereka ribut lagi, jadi aku memilih naik taksi bersama Mba Lia, Jeni, dan Milo.

Sesampainya di taman bunga, ini sedikit berbeda dari terakhir kali aku ke sini bersama mama dan papa, yaitu sekitar 3 tahun yang lalu. Sangat banyak bunga, iyalah ya ini taman bunga. Aku suka bunga-bunga. Dulu bunga-bunga ini aku bawa pulang untuk aku jadikan masak-masakan, hahaha. Jeni dan Milo bermain di taman bermain yang ada di sini bersama Mba Lia. Bang Ray memisahkan diri, sedangkan aku bersama Jerry berkeliling taman. Aku sedang melihat indahnya bunga-bunga ini dari pagar pembatas. Saat aku menoleh ke belakang, Jerry sedang memotret pemandangan.

"Eh, gue ngalangin pemandangan ya?" tanyaku sambil menghindar dari tempatku semula.

"Ih, jangan gerak! Lu itu pemandangan gua." ujar Jerry sambil memegang ponselnya.

Aku terdiam sambil tersenyum malu. Romantis sekali adikku ini.

Tiba-tiba, Bang Ray datang menghampiriku sambil membawa 5 tangkai bunga berwarna-warni yang sangat indah.

"Taraa! Lucu kan bunganya?" Bang Ray menunjukkan bunga-bunga yang ia bawa.

"Eh, kan gak boleh dicabut." teguran Jerry sambil memasukkan ponselnya ke kantong.

"Gua gak nyabut, gua beli."

"Lah? Buat apa beli?"

"Buat... kamu." Bang Ray memberikan bunganya kepadaku.

Brother ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang