Chapter 7

5.9K 361 5
                                        

Sesampainya di rumah, aku menulis buku harianku lagi di kamar mama dan papa.

"Lelah sekali abis nganterin Jerry. Mana sempit-sempitan naik motor bertiga bareng Bang Ray, haha. Aku akan merindukan Jerry. Ia memelukku sangat erat ketika perpisahan tadi. Itu membuat Bang Ray sangat penasaran terhadap hubunganku dengan Jerry yang lebih dari adik-kakak ini. Namun, aku takkan memberitahu Bang Ray hingga saatnya nanti."

Ketika malam tiba, seperti biasa Mba Lia memanggilku untuk makan malam di ruang makan. Menu kali ini adalah sop ikan. Karena aku, Jerry, dan Bang Ray dilahirkan dari rahim yang sama, jadi kami bertiga sangat suka menu ini. Sayangnya Jerry tidak makan ini sekarang. Aku sedikit merindukan Jerry. Padahal setengah hari ditinggalkannya pun belum. Wajahku tak seceria kemarin saat bersamanya.

"Loh? Kamu biasanya suka banget sop ikan. Ini Mba Lia sengaja bikin spesial, loh." ujar Mba Lia dengan penuh keheranan.

"Kenapa Mba Lia gak bikin kemaren pas masih ada Jerry? Kan dia juga suka sop ikan." jawabku sedikit kesal.

"Sumpah ya, gua bener-bener kepo, lu sama Jerry ada apa sih?"

"Apaan sih, gak ada apa-apaan juga." bantahku sambil menyuap sop ikan.

"Iya, Han. Mba juga ngerasa kamu sama Jerry bukan Hanna dan Jerry yang biasa. Kamu selalu cerita semuanya sama Mba kan? Kenapa sekarang gak pernah cerita?"

Mba, aku bisa mati berdiri jika aku bercerita tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Tau, cerita aja, kek." bujuk Bang Ray.

"Apaan sih, orang gak ada apa-apa juga." bantahku kesal lalu berdiri dari kursi makan dengan kasar dan pergi ke kamar membawa amarah.

Apakah urusannya akan seribet ini? Bagaimana kalau aku dan Jerry terus berlanjut dan memiliki hubungan yang lebih serius? Meskipun itu tak mungkin, tetapi aku sudah mulai merasakan itu walau hanya sedikit. Lebih baik aku memberitahu Jerry agar aku tidak menanggung beban ini seorang diri.

R "Jer. Bang Ray sama Mba Lia kepo banget tentang kita. Gue takut deh."

· "Selow, udah jangan dikasih tau. Mereka gak bakal tau kalo lu gak kasih tau."

R "Tapi gue bingung kalo terus ditanya gini."

· "Hindarin sikap yang buat mereka nanyain itu. Kalo mereka tetep nanya ya alihin aja obrolannya."

R "Ya udah, iya."

· "Oke, tidur jangan malem-malem ya. Good nite."

Agak aneh diucapkan selamat malam dengan adik sendiri. Namun, ya anggap saja seperti itu lah.

3 hari kemudian, aku masuk sekolah seperti biasa. Seperti biasa pula aku mengobrol dengan Vanya dan bercerita tentang semua hal tentang aku dan Jerry. Aku sudah merindukan Jerry, padahal baru saja 3 hari, masih 4 hari lagi. Mungkin aku sudah bisa menerima Jerry di hatiku dan mungkin pula aku bisa melupakan Rio yang semakin dingin kepadaku.

Ketika bell pulang sekolah berbunyi, semua murid pulang ke rumah masing-masing. Aku dan Vanya berjalan keluar gang sekolah untuk menunggu angkot. Di pertengahan jalan sebelum jalan raya, ada banyak sekumpulan anak basis di pinggir jalan. Aku dan Vanya tertarik untuk ikut melihatnya. Betapa kagetnya aku saat melihat Rio berada di tengah sekumpulan anak-anak BERSAMA KA RENI! Perasaanku mulai tidak enak tentang ini.

"Gimana, Ka?" tanya Rio dengan penuh harapan.

"Hmm... iya deh." jawab Ka Reni sambil tersenyum malu.

Brother ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang