Chapter 3

7.2K 383 5
                                    

"Oke, perkenalan diri satu-satu dari yang paling ujung ya." ujar Ka Farah sambil mengoper mik yang sedang ia pegang.

Paling ujung adalah Lita. Setelah Lita perkenalan, selanjutnya adalah cowok itu. Aku membenarkan posisi dudukku dan memasang telingaku baik-baik untuk mendengar suaranya.

"Hai, namaku adalah Rio. Aku dari kelas 10 IPA 3. Hobiku adalah bermain musik." ujar Rio, cowok yang akhirnya aku tau namanya.

Ah, aku sangat bahagia! Akhirnya aku mengetahui namanya, kelasnya, bahkan hobinya. Aku akan terus mengincarmu, Rio!

Beberapa saat kemudian, kakak-kakak OSIS sedang berunding siapa yang akan menjadi raja dan ratu MOS tahun ini. Aku hanya duduk terdiam sambil memandang pangeranku yang tepat berada di samping orang yang tidak aku kenal, namun selalu ada di rumahku itu.

"Sekarang kami akan mengumumkan hasil perundingan kami barusan. Yang jadi raja dan ratu MOS tahun ini adalah... Lita dari 10 IPA 1 dan Rio dari 10 IPA 3! Selamat yaaa."

Oh my God! Teman dan gebetanku bersatu! Ah, kesempatan emas! Lita bisa menjadi penyambung antara aku dan dia! Yes! Aku pasti bisa mendapatkannya!

Aku pulang sekolah dengan hati yang bergembira. Di rumah, aku makan siang sambil menonton TV di ruang tamu. Tiba-tiba, Bang Ray melempar tasnya lalu duduk di sampingku. Ia terlihat sangat lelah. Pokonya, aku harus mengintrogasi Bang Ray tentang si Rio!

"Eh, Bang. Bang Ray kenal sama cowok yang tadi lo gandeng ke depan gak?"

Bang Ray berpikir sejenak.

"Oh, Rio."

"Kenalin dong, Bang." pintaku memelaskan diri.

"Sono kenalan sendiri. Ogah amat gua nolongin lu." ujar Bang Ray lalu masuk ke kamarnya.

Apa sih? Salah apa lagi aku, Ya Tuhan. Memang aku selalu salah apapun yang aku lakukan di dalam keluarga ini! Sekali lagi abang atau adek mengacaukan hidupku, aku akan bilang ke mama dan papa bahwa aku akan ikut mereka pindah ke Bali. Aku sangat muak berada di rumah ini!

Akupun pergi ke kamarku sambil membawa sejuta emosi. Saat aku membuka pintu kamar, aku melihat Jerry sedang memakai laptopku. Amarahku tambah memuncak.

"Jerry ngapain!!! Itukan laptop gue!!!" teriakku sangat marah.

"Gua lagi ngerjain tugas, laptop gua lagi download kalo dipake panas. Dikumpulin besok." jawab Jerry santai tanpa bersalah dan tetap menatap layar laptop.

"Ya bilang dulu dong, ya ampun. Diajarin sopan santun gak sih?"

Sangat lelah dengan semua ini.

"Ya udah. Pinjem." Jerry malah menutup laptopku lalu keluar dari kamarku.

Aku menutup pintu kamar dan langsung menjatuhkan tubuhku di atas kasur dengan penuh kelelahan.

Ya, aku benar-benar lelah. 16 tahun aku hidup seperti ini. Sepertinya aku harus mengambil langkah baru untuk keluar dari masalah ini. Aku akan menelpon mama dan membujuknya agar aku bisa tinggal di sana bersamanya dan keluar dari semua masalah ini.

Aku mengambil ponselku dari dalam tas sekolahku dan menelpon mama. Namun, mama tak kunjung mengangkatnya. Ditelepon sekali lagi pun tetap tidak ada jawaban. Sampai tiga kali aku menelponnya tetap masih tak ada hasil. Mama kemana di saat aku sangat membutuhkanmu? Aku lelah. Aku muak berada di sini. Aku capek. Ini semua membuang-buang waktuku. Kalau masalah sekecil itu saja sudah membuatku makan hati, bagaimana jika ada masalah yang besar?

Lebih baik aku keluar kamar dan mencari Mba Lia untuk berbagi cerita. Kebetulan, Mba Lia sedang memasak di dapur. Aku menghampirinya dengan wajah yang sangat kusut.

Brother ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang