Chapter 22

3.5K 152 2
                                    

Aku melihat Jerry dan Bang Ray keluar dari kamar mandi. Lalu aku tersadar dari lamunanku. Ternyata nasi goreng yang aku buat sedikit gosong. Langsung saja aku mematikan kompornya. Hmmm. Mereka bisa mandi berdua, lah aku? Coba aku juga punya kakak atau adik cewek. Eh, tapi nanti dia jadi sainganku, haha.

Jerry dan Bang Ray menghampiriku yang sedang menuangkan nasi gorengnya ke piring

"Masak apa? Udah mateng?" tanya Bang Ray dari belakangku.

"Udah... kematengan malah, hehe."

"Aduh, gimana mau jadi istri yang baik coba kalo masak nasi goreng aja gosong." teguran Jerry dan berjalan ke sampingku.

Istri? Hmm.

"Udah, sana mandi. Biar gua yang masak." perintah Jerry.

"Hehe, okay!" ujarku lalu masuk ke dalam kamar mandi dan tak lupa menguncinya.

Selesai mandi, aku kembali ke dapur untuk mengambil sarapan. Jerry dan Bang Ray masih berdiri di dapur sambil melihatku tanpa mengambil makanan yang sudah siap.

"Kok gak makan?"

"Nungguin lu. Lama banget sih mandinya."

"Udah, lah. Kuy makan." Bang Ray mengambil nasi gorengnya dari atas wajan.

Akhirnya kami makan nasi goreng yang dibuat oleh Jerry di halaman depan vila sambil menikmati pemandangan indah dan udara yang sejuk.

"Kok masakan lu enak dah, Jer. Sejak kapan lu bisa masak?" tanya Bang Ray sambil mengunyah makanannya.

"Sejak gua tau orang yang gua suka pengen punya cowok yang jago masak." jawab Jerry spontan.

Apakah yang dimaksud adalah aku?

"Mantep juga tuh cewek. Siapa namanya?"

Jerry hanya tersenyum dan tidak menjawabnya.

"Gue suka cowok yang bisa masak." ujarku dihela-hela keheningan.

"Karena lu gak bisa masak." sahut Jerry.

"Nah, mending lu belajar masak sama Jerry. Nanti lu berdua masakin gua dah."

"Gue racunin nanti, haha."

"Gitu amat sama mantan, eh abang." ujar Bang Ray keceplosan.

Suasana berubah menjadi canggung. Aku terdiam dan melanjutkan makanku, begitu juga Bang Ray dan Jerry. Hih, makananku jadi tidak seenak sebelumnya. Satu kata itu mengubah mood-ku.

Tak ada topik lagi setelah kata-kata itu keluar dari mulut Bang Ray. Selesai makan, kami berganti baju untuk siap-siap pergi ke Taman Matahari. Kami pergi ke Taman Matahari naik taksi. Suasana canggung masih menyelimuti perasaanku dan Bang Ray. Haduh, dia sangat merusak suasana dengan hanya mengucapkan satu kata itu. Di Taman Matahari, kami sudah menyusun rencana untuk melakukan kegiatan apa saja selama seharian ini. Pertama, kami menaiki mobil wara-wiri, yaitu mobil yang rutenya mengelilingi Taman Matahari. Kami duduk bertiga di paling belakang, dan seperti biasa aku duduk di tengah seperti ratu yang dijaga pangerang-pangerannya.

"Abis ini kita kemana?"

"Flying fox!" usul Jerry.

"Ah, gua takut ketinggian." tolak Bang Ray.

"Rumah hantu aja, gimana?" usul Jerry lagi.

"Gak mau, gue takut hantu." tolakku.

Brother ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang