Chapter 24

5.2K 188 8
                                    

Keesokan harinya, aku terbangun jam 4 pagi. Aku melihat tangan Bang Ray melingkar di pinggangku. Akupun memindahkan tangannya lalu bangkit dari kasur untuk sholat subuh. Saat aku turun dari kasur, Bang Ray bangun dan menggenggam tanganku.

"Mau kemana?"

"Mau sholat subuh. Ayo sholat." ajakku sambil memberikan senyum manis.

Aku dan Bang Ray pergi ke kamar mandi untuk berwudhu dan melaksanakan sholat di ruang tamu.

"Jadi imam ya, Bang." perintahku sambil memakai mukena dan berdiri di belakang Bang Ray yang sedang menggelar sajadah.

"Nanti gua salah."

"Harus belajar makanya. Masa mau jadi calon imam, sholat aja gak bisa."

"Iya deh, tapi kamu jadi makmumnya ya."

Aku hanya tersenyum mendengar perkataan Bang Ray.

"Ya udah, mulai ya."

Aku dan Bang Ray pun memulai sholatnya. Aku sangat bahagia merasakan ini. Akhirnya aku bisa merubah diriku sendiri plus merubah seseorang yang aku sayang.

Setelah sholat, aku dan Bang Ray kembali ke kamar. Aku melihat Jerry sudah terbangun sambil bermain ponselnya. Ia kaget saat aku dan Bang Ray masuk kamar. Akupun ikut mengambil ponselku yang terletak di meja samping kasur. Namun, ternyata baterainya habis dan tak bisa dinyalakan

"Minjem charger, dong."

"Lagi dipake." jawab Bang Ray.

"Mmm... gak bawa."

Hmm. Ya sudahlah, tanpa ponsel aku juga tetap bisa hidup. Apalagi ada nikmat yang tak bisa didustakan, yaitu seseorang di depanku ini, Bang Ray.

"Mm... kita langsung pulang aja ya. Gak usah beli oleh-oleh." usul Jerry.

"Kenapa?" tanyaku dan Bang Ray bersamaan.

"Gak papa. Ada urusan penting dari sekolah, kan gua kelas 9."

"Oh, ya udah. Mau pulang kapan?"

"Abis mandi kalo bisa sih. Sebelum jam 1 siang."

"Okey."

Kami bertiga pun mandi secara bergantian, habis itu sarapan nasi goreng yang dibuat oleh Jerry, lalu beres-beres barang bawaan bersiap untuk pulang.

3 jam kemudian, kami sudah sampai di stasiun Bogor. Di perjalanan menuju Jakarta, Jerry terus sibuk bermain ponselnya, sedangkan aku dan Bang Ray hanya mengobrol karena ponselku mati dan ponsel Bang Ray kuotanya habis. Kami mengobrol tentang banyak hal. Namun, tak ada yang berkaitan dengan semalam karena kami sudah berjanji untuk menutup-nutupinya dari Jerry. Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk tidur di bahu Bang Ray hingga sampai di Jakarta.

Setelah sampai di Jakarta, kami naik taksi sampai rumah. Kami sudah sangat lelah di perjalanan. Di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamarku yang ternyata masih sangat berantakan. Aku membereskan semuanya lalu membuka buku harianku yang ada di bawah bantal.

"AHHH! Kenapa aku lupa membawamu kemarin. Sangat banyak hal yang harus aku tulis di sini! Jalan-jalan itu sungguh membawa arti buat kami bertiga! Aku sangat bahagia! Apalagi, aku dan Bang Ray sudah—"

Jerry masuk ke dalam kamarku secara tiba-tiba.

"Beli makanan dong, Han. Sumpah laper banget."

"Ih, kita kan baru sampe. Capek tau." eluhku kesal.

"Plis dong. Sama Bang Ray. Ayolah." pinta Jerry sambil memohon.

Sama Bang Ray? Hmm boleh juga tuh.

Brother ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang