Keesokan paginya, aku terbangun karena merasakan sesuatu di depanku. Ketika aku terbangun, aku melihat wajah Bang Ray full face. Sontak aku yang baru saja membuka mata langsung terbangun.
"Bang Ray! Ngagetin aja sih!" teguranku kesal.
"Sengaja, biar lu bangun. Temenin gua lari pagi yuk. car free day, nih." ajakan Bang Ray.
"Aduh, ya udah nanti dulu deh. Mandi dulu." ujarku sambil mengucak mata.
"Ya udah, jangan lama-lama ya. Gak usah kayak kemaren."
"Iye bawel." Aku bangun dari kasurku dan berjalan menuju kamar mandi.
Selesai mandi dan sarapan, aku dan Bang Ray pergi ke jalan raya untuk mengikuti car free day yang diadakan setiap hari Minggu pagi. Mba Lia hanya membawakan kami botol minuman untuk mencegah dehidrasi ketika berlari.
Sesampainya kami di pusat CFD, aku melihat banyak sekali orang. Bahkan, aku hampir kehilangan jejak Bang Ray karena terhalang orang-orang yang begitu banyak ini.
"Bang, jangan cepet-cepet dong!" teriakku karena terjepit keramaian.
Akhirnya Bang Ray menggandeng tanganku sepanjang jalan agar aku tidak hilang. Hilang diambil orang contohnya, hehe.
"Kita mau ngapain sih, Bang ke sini?"
"Udah ikut aja lu, gak usah bawel. Mau makan gak?"
"Mau, lah. Laper."
Aku dan Bang Ray berjalan menuju suatu pedagang yang menjual bubur ayam. Tempatnya cukup ramai, jadi aku dan Bang Ray makan di pinggiran jalan. Aku menatap Bang Ray yang sedang makan. Di samping bibirnya ada bubur yang menempel. Bolehkah aku membersihkannya wahai abangku?
"Makan tuh yang bener." ujarku sambil mengelap bubur yang menempel di samping bibir Bang Ray dengan menggunakan tisu.
Bang Ray menatapku balik dengan tatapan yang sangat amat dalam.
"Lu juga, kocak." balas Bang Ray.
Ih, aku kira dia mau apa.
"Gak jelas, dasar. Ya udah, ayo pulang."
"Bayar dulu lah, mau cabut aja lu."
"Ya, iya itu maksudnya."
Setelah bayar, kami berkeliling sebentar lalu kembali ke rumah.
"Balapan lari, yuk." ajakan Bang Ray dengan semangat.
"Gak mau, pasti capek."
"Ayolah, cemen ah." ledek Bang Ray.
Cemen? Oh, tentu tidak. Siapa takut.
"Loh? Ya udah ayo!" tantangku.
Bang Ray lari terlebih dahulu sebelum aku menghitung dan melakukan persiapan. Akupun segera lari menyusulnya.
"Eh! Curang!!!" teriakku sambil berlari mengejar Bang Ray.
Kami main kejar-kejaran yang benar-benar menguras tenaga.
Di pertengahan jalan hampir sampai rumah, aku benar-benar capek. Aku duduk di trotoar jalan untuk beristirahat sebentar. Aku tak peduli Bang Ray sudah lari jauh meninggalkanku. Perutku sangat sakit, aku tidak bisa melanjutkan larinya. Tak lama kemudian, Bang Ray kembali dan mendatangiku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Zone
Novela Juvenil(part 1) (part 2 sudah selesai) Hanna, Viray, dan Jerry adalah saudara sekandung yang tidak pernah akur sejak lahir. Tetapi ketika Hanna duduk di bangku SMA, semua hal tentang kedua saudara laki-lakinya itu berubah. Akur, sangat akur. Lebih dari a...