Keesokan harinya, aku bercerita tentang Rio kemarin kepada Vanya, tetapi belum selesai bercerita, Vanya sudah memotong omonganku.
"Han, ngomonginnya nanti aja. Gue baru nemu ada restoran baru nih, kita ngomongin di sana aja, kayaknya asik."
"Ayo. Nanti gue izin abang gue dulu, yak."
"Abang atau pacar? Hahaha." ledek Vanya.
"Udahlah, Van." senyumku malu.
Aku dan Vanya lanjut mengerjakan tugas dan melanjutkan obrolan kami nanti setelah pulang sekolah.
Setelah pulang sekolah, aku keluar kelas bersama Vanya. Aku melihat Bang Ray ada di depan balkon kelas dan menungguku pulang. Aku menghampirinya bersama Vanya.
"Bang. Aku mau pergi sama Vanya ke restoran baru gitu sama Vanya. Nanti aku pulang sendiri aja." izinku kepada Bang Ray.
"Di sana ngapain aja? Entar pulangnya sama siapa dan naik apa?" pertanyaan Bang Ray detail.
"Mmm... naik angkot aja. Nanti jalan deh sampe rumah."
"Mmm... pulang aja, ya."
"Kenapa?"
"Nanti ribet, kamunya capek. Pulang aja, ya."
"Tapi aku gak enak sama Vanya." bisikku.
"Nanti kalo ada apa-apa gimana? Udah ya, pulang aja. Jelas sama aku." larang Bang Ray sambil menggenggam tanganku.
Aku menoleh ke Vanya. Vanya hanya mengangkat bahunya mengisyaratkan 'terserah' lalu ia pergi meninggalkanku dengan wajah kecewa. Akhirnya aku digandeng Bang Ray sampai ke parkiran lalu pulang ke rumah.
Di rumah, aku segera mengirim pesan permintaan maaf kepada Vanya soal tadi siang. Aku benar-benar tidak enak kepada Vanya. Lagi pula, aku yang ingin bercerita kepada dia. Mengapa harus dia yang brekorban? Hmm.
Vanya menjawab bahwa ia tidak apa-apa. Tiba-tiba, Bang Ray masuk ke dalam kamarku sambil membawakan makanan.
"Taraaa.... This is your food my lil sis." Bang Ray memberikan makanannya kepadaku.
"Haha, makasih ya, Bang. Baru mau ambil ke sana."
"Kita makan bareng aja ya, di sini. Aku mau ambil makananku dulu." Ia keluar dari kamarku.
Beberapa menit kemudian, ia kembali membawa makanannya lalu kami makan bersama di atas kasurku. Sebenarnya aku paling tidak suka makan di atas kasur karena itu membuat kasurku kotor, tetapi ya... karena bersama dia, jadi okelah. Kami makan seperti biasa sambil diselingi obrolan.
"Bang, aku kenapa gak boleh sih? Aku kan jadi gak enak sama Vanya."
"Kamu abis pulang sekolah, capek. Mendingan istirahat di rumah."
"Ya tapi kan aku juga mau main."
"Main sama aku aja. Kamu mau kemana? Mau ke restoran baru itu? Ayo sama aku."
"Hmm... ya udah nanti deh, Bang."
"Oke! Nanti malam ya!"
Jalan lagi? Okay....
Setelah makan, Bang Ray menaruh piringku dan piringnya ke dapur lalu ke dapur sambil membawakanku minuman.
"Makasih, Bang." ujarku sambil meminum minumanku.
"Jerry tuh kenapa sih, sirik banget liat kita, haha."
Tiba-tiba aku tersedak air minumku lalu mulai batuk-batuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Zone
Teen Fiction(part 1) (part 2 sudah selesai) Hanna, Viray, dan Jerry adalah saudara sekandung yang tidak pernah akur sejak lahir. Tetapi ketika Hanna duduk di bangku SMA, semua hal tentang kedua saudara laki-lakinya itu berubah. Akur, sangat akur. Lebih dari a...