Keesokan harinya, setelah makan dan mandi, kami bermain bersama lagi di ruang tamu. Aku tambah dekat dengan Jeni, ia sangat lucu dan imut. Mungkin aku seimut dia saat kecil haha. Aku bermain bersama Jeni, Jerry bermain bersama Milo, sedangkan Bang Ray sedang pergi dengan Ka Reni. Katanya sih sayang sama anak-anak, tetapi meninggalkan mereka begitu saja.
"Han, tolong jagain Milo bentar ya, gua mau mandi." pesan Jerry lalu pergi ke kamar mandi.
"Iya."
Akupun mendekat ke Milo.
"Mendingan, si Boni naik mobil Milo aja." saranku.
"Oh iya. Aa, Boni mau naik mobil Aa yang warna merah."
"Sini-sini. Aa yang jalanin ya, adek yang pegangin Boninya."
Lalu mereka bermain bersama. Entah mengapa aku terharu melihatnya. Aku iri, masa kecilku tidak seakrab ini. Dulu, aku bermain Barbie sendirian di kamar. Jerry bermain robot di ruang tamu, dan Bang Ray bermain mobil di halaman depan. Kami benar-benar tidak akrab dari kecil, padahal masa-masa kecil adalah masa yang paling indah di dalam keluarga. Walaupun sekarang aku dan Jerry dekat, tetapi aku tidak merasa kedekatan keluarga, itu hal lain.
"Yey, Boni udah sampe di mall. Ka Hanna mau gendong Boni, gak?" tawaran Jeni sambil memberikanku si Boni.
Akupun menggendong Boni. Aku teringat, semua anak perepuan pasti memiliki boneka kesayangannya saat kecil. Dulu, boneka kesayanganku itu berbentuk kelinci, namanya adalah Honey.
Tiba-tiba, Bang Ray membuka pintu rumah dengan sedikit kasar lalu melihat ke arahku dengan tatapan menyeramkan. Ia berjalan cepat ke arahku dan tiba-tiba menarik tanganku untuk ikut dengannya. Boni yang sedang aku gendong pun terlepas. Jantungku berdegup kencang sekaligus takut. Bang Ray sangat menyeramkan. Aku berusaha melepas tangannya, tetapi genggamannya begitu kuat. Ia menarikku ke kamarnya lalu menutup pintu dan menyenderkanku di pintu.
"Lu harus tanggung jawab!" pinta Bang Ray dengan penuh amarah yang membuatku sangat takut bahkan aku tidak berani menatap matanya, aku hanya menundukkan wajahku.
"Tanggung jawab apa?" tanyaku dengan sangat ketakutan.
"Reni mutusin gua. Itu gara-gara lu!"
"Gue? Gue gak ngapa-ngapain!"
"Dia tau kalo lu tuh sayang sama gua!"
"Loh? Terus apa hubungannya?"
"Ya lu tau kan, Reni itu gak mau nyakitin orang."
"Ya terus? Itu salah dia lah."
"Gua gak peduli salah siapa. Tapi gua mau lu tanggung jawab!"
Aku melipat kedua tanganku dan membuang muka.
"Tanggung jawab buat manas-manasin dia lagi? Ogah amat."
Bang Ray lebih mendekat kepadaku membuatku lebih deg-degan.
"Bukan."
"Terus?" Aku lebih memundurkan badanku meskipun badanku sudah mentok ke pintu.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar Bang Ray. Aku dan Bang Ray langsung terfokus ke pintu.
"Ka Hanna, Boninya nangis ini kelempar tadi." ujar Jeni dengan suaranya yang imut dari luar kamar.
"Iya, bentar ya."
Bang Ray memfokuskan dirinya lagi kepadaku.
"Oke. Gini aja. Gua mau lu tanggung jawab dengan cara—"

KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Zone
Novela Juvenil(part 1) (part 2 sudah selesai) Hanna, Viray, dan Jerry adalah saudara sekandung yang tidak pernah akur sejak lahir. Tetapi ketika Hanna duduk di bangku SMA, semua hal tentang kedua saudara laki-lakinya itu berubah. Akur, sangat akur. Lebih dari a...